Teknologi

Pensiun Dini Telkom (TLKM): Apa Konsekuensi dari Aksi Korporasi FMC?

Telkom Indonesia (TLKM) baru saja melaksanakan program pensiun dini yang berdampak pada lebih dari 1.000 karyawan. Langkah ini diidentifikasi sebagai bagian dari strategi perusahaan yang dikenal sebagai Fixed Mobile Convergence (FMC). Melalui program pensiun dini tersebut, Telkom berupaya untuk merampingkan struktur internal perusahaan dan memperkuat layanan digitalnya.

Efisiensi dan Transformasi Digital yang Diharapkan

Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung, Agung Harsoyo, mengemukakan bahwa efisiensi ini bukan semata-mata diakibatkan oleh disrupsi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, keputusan untuk memisahkan segmen usaha FMC yang melibatkan IndiHome dan Telkomsel adalah faktor utama di balik reduksi jumlah pegawai. Penggabungan dua layanan ini diharapkan bisa menguatkan sinergi dalam infrastruktur dan sumber daya manusia di perusahaan. Agung mencatat bahwa hasil evaluasi dari McKinsey menunjukkan potensi sinergi sebesar Rp5 triliun hingga Rp6 triliun per tahun, dengan efisiensi biaya operasional di kisaran Rp1,6 triliun hingga Rp1,9 triliun.

Pensiun Dini dan Kematangan Talenta Digital

Ian Yosef M. Edward, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, menyatakan bahwa program pensiun dini ini berhubungan langsung dengan kebutuhan Telkom akan talenta digital yang lebih siap menghadapi tantangan baru di industri telekomunikasi. Dalam pandangannya, keberadaan talenta digital yang memahami Internet of Things (IoT), Big Data, dan AI akan membantu Telkom bertransformasi ke arah yang lebih modern.

"Telkom ingin memberikan kesempatan kepada talenta digital untuk mengambil peran penting dalam menjalankan visi dan misi perusahaan yang semakin berorientasi digital," ungkap Ian. Transformasi ini diharapkan tidak hanya menciptakan efisiensi operasional tetapi juga meningkatkan daya saing Telkom di pasar global.

Dampak pada Kinerja Keuangan Perusahaan

Program pensiun dini ini diakui berdampak pada kinerja keuangan Telkom. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Heri Supriadi, melaporkan bahwa laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) mengalami sedikit penurunan sebagai konsekuensi dari inisiatif tersebut. Sekitar 1.008 karyawan memilih mengikuti program pensiun dini pada semester I tahun 2024.

Heri menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk menjadi lebih ramping dan secara bersamaan membuka peluang bagi talenta digital yang baru. Meskipun ada dampak jangka pendek, perusahaan memperkirakan bahwa normalisasi EBITDA akan tumbuh 1,9% secara tahunan hingga mencapai Rp39,1 triliun pada semester pertama tahun 2024, dengan margin EBITDA di angka 51,9%.

Respon Karyawan dan Masyarakat

Hingga saat ini, pihak manajemen Telkom belum memberikan keterangan resmi terkait pertanyaan yang diajukan mengenai alasan di balik dilaksanakannya program pensiun dini ini pada waktu yang dianggap cukup krusial. Ada kekhawatiran di kalangan karyawan tentang masa depan pekerjaan mereka, mengingat telanjang hal ini dilaksanakan bersamaan dengan pergeseran arah bisnis perusahaan yang kian menekankan pada transformasi digital.

Sementara itu, masyarakat umum dan pemangku kepentingan lainnya terbelah dalam pandangan mereka. Beberapa melihat langkah ini sebagai langkah yang tepat untuk menyikapi tantangan di era digital yang kian kompetitif. Namun, ada juga yang merasa khawatir tentang bagaimana dampaknya terhadap karyawan yang mungkin tidak siap menerima kenyataan ini.

Masa Depan Telkom dalam Era Digital

Dengan adanya program FMC dan disertai dengan pengurangan jumlah pegawai, Telkom berambisi untuk menjadi yang terdepan dalam industri telekomunikasi tidak hanya di Indonesia tapi juga di tingkat global. Untuk mencapai hal tersebut, mereka perlu mengintegrasikan teknologi baru dan mendorong pengembangan talenta digital yang lebih professional di berbagai lini.

Sebagai salah satu perusahaan pelat merah terbesar di Indonesia, langkah-langkah yang diambil oleh Telkom akan terus diperhatikan oleh industri dan masyarakat. Keberhasilan transformasi digital ini akan tergantung pada seberapa baik Telkom dapat mengelola peralihan ini tanpa mengorbankan stabilitas kerja karyawan yang mungkin terpengaruh.

Dengan langkah yang besar dan transformasional ini, Telkom menghadapi tantangan yang tidak sederhana. Kinerja keuangan dan reputasi perusahaan di mata konsumen dan pemangku kepentingan akan sangat ditentukan oleh seberapa cepat dan efektif mereka dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri yang berubah dengan cepat, sembari mempertahankan karyawan yang berpengalaman tetapi mungkin sudah tidak relevan dengan strategi baru yang diterapkan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button