Peneliti dan akademisi asal Italia baru-baru ini mengungkapkan bahwa masalah kesehatan yang terkait dengan merokok lebih dipengaruhi oleh TAR (tar) yang dihasilkan dari proses pembakaran tembakau ketimbang zat nikotin itu sendiri. Pernyataan ini dilontarkan oleh Riccardo Polosa, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Catania dan Pendiri The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR). Menurut Polosa, produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan menunjukkan risiko kesehatan yang jauh lebih rendah karena mereka tidak melalui proses pembakaran yang menghasilkan TAR. Informasi ini menimbulkan harapan baru dalam upaya pengurangan bahaya merokok, terutama di negara-negara dengan prevalensi merokok yang tinggi seperti Indonesia.
Proses pembakaran tembakau dalam rokok konvensional menghasilkan berbagai zat berbahaya, termasuk TAR, yang dikenal sebagai penyebab utama masalah kesehatan bagi perokok. Polosa menegaskan bahwa "produk tembakau alternatif ini tidak menghasilkan TAR, sehingga mereka lebih aman untuk digunakan." Hal ini menciptakan pandangan bahwa dengan beralih ke alternatif tanpa pembakaran, pengguna tembakau dapat mengurangi risiko yang selama ini mereka hadapi.
Universitas Catania, melalui kerjasama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad), melakukan kolaborasi kajian ilmiah tentang konsep pengurangan bahaya (harm reduction) dalam penggunaan tembakau. Riset kolaboratif ini bertujuan untuk memberikan referensi bagi pemerintah guna menekan angka perokok di Indonesia, yang merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan. Polosa mencatat bahwa penggunaan produk alternatif dapat menjadi jalan keluar untuk menghindari konsekuensi buruk dari pembakaran tembakau yang berbahaya.
"Alternatif ini mewakili cara untuk menghindari konsekuensi dari pembakaran yang berbahaya," tambahnya. Dalam konteks ini, penting untuk berbicara mengenai dampak kesehatan bagi gigi dan mulut yang dihadapi oleh perokok, yang diungkapkan oleh Amaliya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Unpad. Menurutnya, kebiasaan merokok memberikan dampak merugikan karena proses menghisap rokok yang dimulai melalui mulut, sehingga zat-zat berbahaya bisa langsung bersentuhan dengan gigi dan jaringan di rongga mulut.
Penelitian sebelumnya telah memberikan hasil yang mendukung penerapan konsep harm reduction, khususnya dalam konteks kesehatan gigi dan mulut. Dalam sebuah studi klinis bertajuk ‘Nikotin dan Respon Gusi Pada Pengguna Vape vs Perokok Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan’, yang dilakukan oleh FKG Unpad pada tahun 2021, ditemukan bahwa pengguna produk tembakau alternatif menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak dan infeksi bakteri, mirip dengan respon yang dialami oleh non-perokok. Hal ini menunjukkan bahwa dengan beralih ke produk alternatif, pengguna tembakau dapat mengurangi dampak kesehatan yang serius.
Inisiatif riset yang dimulai dengan SMILE Study merupakan bagian dari usaha yang lebih besar untuk mengatasi perilaku merokok di Indonesia dan Italia. Riset dalam konteks SMILE Study berfokus pada penerapan konsep harm reduction untuk memahami sejauh mana produk tembakau alternatif dapat berkontribusi pada kesehatan masyarakat. Lingkup penelitian ini mencakup kolaborasi penelitian antarlaboratorium, yang membandingkan produk tembakau alternatif dengan rokok konvensional, dan mereplikasi berbagai hasil penelitian sebelumnya dari negara lain seperti Italia, Yunani, Amerika Serikat, Serbia, dan Oman.
Data-data dari berbagai penelitian ini menjadi landasan penting bagi badan kesehatan dan pemerintah dalam menyusun kebijakan publik terkait pengendalian konsumsi tembakau. Pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana TAR berkontribusi pada masalah kesehatan dapat membantu masyarakat untuk memahami risiko yang mereka hadapi dan menumbuhkan kesadaran mengenai alternatif yang lebih aman.
Selain itu, perokok yang menginginkan perubahan tidak hanya mencari metode untuk mengurangi dampak buruk merokok, tetapi juga menantikan adanya dukungan dari pemerintah dan institusi kesehatan untuk memberikan akses yang lebih baik terhadap produk tembakau alternatif yang telah terbukti lebih rendah risikonya. Implementasi kebijakan yang mendukung penggunaan alternatif seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan menjadi langkah penting dalam mengurangi prevalensi merokok dan dampak kesehatan yang menyertainya.
Penting untuk diingat bahwa meskipun produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah, penggunaan yang bijak tetap diperlukan. Edukasi dan informasi yang jelas mengenai jenis produk yang tersedia serta efek jangka panjangnya harus disediakan untuk masyarakat.
Perkembangan penelitian ini mengundang harapan bahwa masa depan akan menyaksikan pengurangan signifikan dalam angka perokok dan dampak kesehatan akibat penggunaan tembakau, terutama di negara dengan tingkat merokok tinggi seperti Indonesia. Integrasi antara penelitian ilmiah, kebijakan publik, dan kesadaran masyarakat akan memberikan dampak positif dalam upaya kesehatan masyarakat. Penelitian dan kolaborasi lebih lanjut antara badan akademis dan pemerintah akan menjadi kunci untuk mencapai tujuan ini.