Yogyakarta – Dalam upaya memperbaiki dan merevitalisasi pendidikan di Indonesia, pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia kembali mendapatkan perhatian. Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana, menekankan perlunya mengkaji kembali konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara. Menurut Putu, pendidikan yang holistik adalah fondasi penting dalam pembentukan peserta didik.
“Di mana, peserta didik dibentuk menjadi insan yang berkembang secara utuh yakni rasio, olah rasa, olah jiwa, dan olah raga melalui proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan, serta menyenangkan,” ucap Putu dalam keterangannya pada Sabtu, 5 Oktober 2024. Menurut Putu, pendekatan pendidikan yang bersifat holistik ini sangat relevan untuk diterapkan di era modern saat ini.
Pendidikan yang Berakar pada Budaya
Putu melanjutkan, salah satu pilar dari pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah pentingnya pendidikan yang berakar pada budaya. Peserta didik perlu memahami dan menghargai warisan budaya bangsa, agar dapat meningkatkan rasa identitas dan kebanggaan. Pemahaman ini, menurutnya, juga memberikan pandangan yang lebih baik tentang nilai-nilai lokal.
“Mengenai pendidikan yang holistik, penting juga untuk mengedepankan pemahaman menyeluruh tentang sejarah kebudayaan. Dalam rangka melengkapi penguasaan ilmu dan teknologi, emosional dan spiritual,” jelas Putu, yang juga merupakan Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI periode 2019-2024.
Kutipan Ki Hajar Dewantara yang Relevan
Mengacu pada pemikiran Ki Hajar Dewantara, Putu menghighlight beberapa kutipan yang harus dibumikan dan dimainstreaming dalam dunia pendidikan saat ini. Di antaranya adalah prinsip bahwa pendidikan dan pengajaran di Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan Bangsa Indonesia, yang mengarah pada kebahagiaan batin dan keselamatan hidup lahir.
“Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya,” ungkap Putu sambil mengutip pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Putu juga menambahkan konsep Ki Hajar tentang menjadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang sebagai guru, yang menunjukkan bahwa pendidikan bersifat inklusif dan tidak terbatas pada ruang kelas.
Peran Pendidik dalam Transformasi Pendidikan
“Dunia pendidikan tak lepas dari para pengajar alias guru, para pejuang tulus tanpa tanda jasa yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan dan arahan,” lanjut Putu dalam rangka menekankan pentingnya peran guru dalam pendidikan.
Dengan mengedepankan pemikiran Ki Hajar Dewantara, diharapkan dunia pendidikan Indonesia dapat lebih inklusif dan berorientasi pada pengembangan karakter serta memahami lingkungan sosial dan budaya. Ini menjadi penting, terutama dalam konteks menghadapi tantangan globalisasi yang semakin kompleks.
Pendidikan dan Tantangan Zaman Modern
Dalam perkembangan zaman yang penuh dengan tantangan, pendidikan di Indonesia dihadapkan pada kebutuhan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan. Meningkatnya teknologi informasi dan komunikasi serta dinamika sosial yang terus berubah, memunculkan tantangan baru dalam proses pembelajaran. Putu menegaskan, pendidikan yang bersifat holistik dapat menjadi jawaban untuk menghadapi tantangan tersebut, dengan memberi ruang bagi kreativitas dan inovasi.
“Pendidikan harus mampu melahirkan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan emosional dan spiritual yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan yang dilakukan harus berdampak positif tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat,” tegas Putu.
Pentingnya Dukungan dari Berbagai Pihak
Mengingat pentingnya prinsip-prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara, dukungan dari berbagai pihak menjadi sangat diperlukan. Pemerintah, lembaga pendidikan, orang tua, dan masyarakat luas harus bersinergi untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan yang holistik.
Sebagai langkah konkret, Putu menyarankan agar institusi pendidikan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk museum dan pusat kebudayaan, untuk memperkenalkan dan mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini tidak hanya akan memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga memperkuat identitas budaya bangsa.
Dengan adanya pembaruan dalam sistem pendidikan yang menerapkan ajaran Ki Hajar Dewantara, diharapkan akan tercipta generasi yang lebih kritis, kreatif, dan berkepribadian, yang siap untuk mewarnai masa depan Indonesia dengan kebudayaan yang kaya dan beragam. Hubungan yang harmonis antara pendidikan dan budaya akan membawa dampak positif bagi perkembangan masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman.