Dunia

Pemukulan dan Penyiksaan Tahanan Palestina oleh Tentara Israel: Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Israel, B’Tselem, mengungkap adanya tindakan kekerasan yang sistematik dan menyeluruh terhadap tahanan Palestina di penjara Israel. Dalam laporan terbaru mereka, B’Tselem mengumpulkan kesaksian dari sejumlah tahanan yang mengalami berbagai bentuk penyiksaan. Kondisi penahanan yang keras dan tidak manusiawi menjadi fokus utama dalam laporan ini, yang menggambarkan keprihatinan mendalam tentang perlakuan yang diterima oleh tahanan.

Salah satu saksi, Shaimaa Abu Jiab-Abu Foul (32) dari Kamp Pengungsi Jabalya, menuturkan pengalaman pahitnya. "Leher saya sakit akibat pukulan dan sangat dingin di sana (penjara). Saya hampir tidak bisa berdiri, tapi mereka (militer Israel) memaksa kami berdiri di samping pagar kawat berduri setiap hari," ungkapnya. Fungsi dasar makanan pun menjadi tantangan; ia mengaku hanya bisa menerima makanan melalui pagar berduri dan mengalami kesulitan untuk memakannya.

Kesaksian lain datang dari SB, seorang tahanan dari Yerusalem Timur, yang mencatat bahwa kondisi penjara sangat tidak higienis. "Kondisi yang tidak higienis memaksa kami untuk mandi, tanpa air panas, larangan menjemur pakaian dan tidak boleh keluar, yang berarti kami harus tinggal di sel sempit untuk waktu yang lama," ujarnya. Hal ini menyebabkan dia terkena penyakit kulit, tetapi pengobatan yang diberikan hanyalah Tylenol.

Muhammad Srur (34) dari Distrik Ramallah menggambarkan suara teriakan para tahanan yang mengalami penyiksaan. Ia menyebutkan bahwa para penjaga berpindah-pindah untuk memukul dan mempermalukan tahanan. "Saya pernah dirundung dengan disuruh berdiri, menutup mata dan melilitkan bendera Israel, lalu mengambil videonya. Kemudian salah satu dari mereka melingkarkan lengannya ke leher saya, mendorong saya ke bawah," ceritanya, menambahkan bahwa para penjaga terlihat menikmati tindakan tersebut, bahkan merekamnya untuk ditonton kembali.

Kondisi yang tidak berbeda juga dialami oleh tahanan perempuan. Nabilah Miqdad (39), seorang ibu dari lima anak, menceritakan perlakuan yang dia terima di penjara. "Mereka menempatkan kami di dalam kandang yang hanya memiliki kasur kecil dan selimut tipis yang tidak cukup untuk kami semua. Kami meminta lebih banyak selimut, tetapi mereka menolak," ucapnya. Porsinya untuk makan pun menjadi semakin menyedihkan, di mana ia harus makan dengan tangan terikat.

Laporan B’Tselem dan kesaksian para tahanan menggarisbawahi bahwa penyiksaan dan perlakuan buruk yang diterima tahanan Palestina merupakan bagian dari kebijakan sistemik dan institusional yang lebih luas oleh Israel. Dalam pernyataan mereka melalui media sosial, B’Tselem mengingatkan bahwa perlakuan yang diterima oleh para tahanan jelas bertentangan dengan hukum internasional. Mereka menekankan perlunya penegakan hukum internasional dan mengajak komunitas global untuk menindaklanjuti dan mengawasi situasi hak asasi manusia di wilayah tersebut.

"Kesaksian tentang pelecehan Israel ini tidak menyisakan ruang untuk keraguan bahwa Israel memiliki kebijakan sistemik dan institusional untuk menyiksa semua tawanan Palestina," bunyi kutipan tersebut. B’Tselem juga menyoroti hubungan erat antara kebijakan tersebut dengan dukungan finansial dari Amerika Serikat, yang mereka sebut sebagai faktor yang memungkinkan pelanggaran hak asasi manusia berkelanjutan terhadap masyarakat Palestina.

Dalam konteks ini, mereka menyerukan masyarakat internasional untuk lebih bertindak tegas. "Israel menggunakan uang dan dukungan AS untuk menjalankan kamp penyiksaan dan memperpanjang genosida terhadap warga Palestina. AS harus menghentikan aliran senjata ke Israel dan menggunakan kekuatan untuk menegakkan gencatan senjata segera dan permanen," kata mereka.

Meskipun banyak laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia di wilayah yang diduduki, perhatian internasional sering kali terabaikan, dengan banyak negara memilih tidak berkomentar atau bertindak terhadap situasi ini. Laporan B’Tselem menambah beratnya beban moral bagi komunitas internasional untuk mengambil posisi yang lebih jelas dan berani dalam mendukung hak asasi manusia dan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.

Di tengah berbagai deklarasi dan konvensi internasional yang menekankan perlindungan hak asasi manusia, keberanian para tahanan untuk berbicara dan mengekspresikan penderitaan mereka menjadi penting. Hal ini menjadi panggilan bagi dunia untuk tidak mengabaikan situasi sulit yang dihadapi oleh banyak orang tanpa suara.

Dengan adanya laporan seperti yang disampaikan oleh B’Tselem, diharapkan masyarakat internasional akan lebih tergerak untuk menyuarakan keadilan dan memberikan perhatian lebih kepada mereka yang teraniaya. Di tengah ketegangan yang terus berlanjut, kisah-kisah ini menjadi pengingat yang kuat akan realitas pahit yang harus dihadapi oleh banyak individu setiap harinya dalam sistem penahanan yang keras.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button