Teknologi

Peminat Akses Internet di 3T Tinggi, Keberadaan Satelit Satria-2 Semakin Urgen

Peminat Akses Internet di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) menunjukkan peningkatan yang signifikan, menjadikan keberadaan Satelit Satria-2 semakin mendesak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) melaporkan bahwa tingginya minat masyarakat terhadap program Akses Internet di daerah 3T menggambarkan urgensi pembangunan infrastruktur internet yang lebih kuat dan terjangkau.

Program Akses Internet yang dilaksanakan oleh Bakti menawarkan solusi dengan menyediakan internet berbasis satelit kepada kawasan-kawasan yang sulit dijangkau. Sejak diluncurkannya, Salah satu pilar utama dalam mendukung program ini adalah Satelit Satria, yang telah berperan penting dalam meningkatkan konektivitas di berbagai wilayah di Indonesia. Badan tersebut mencatat bahwa proyek Satria-2 akan memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan pendahulunya, Satria-1, dengan daya tampung mencapai 300 Gbps—dua kali lipat dari kapasitas sebelumnya.

Proyek Satria-2 diharapkan mampu memberikan dampak positif melalui belanja modal yang diperkirakan mencapai sekitar Rp13 triliun untuk konstruksinya. Pembangunan ini menjadi langkah strategis dalam menanggapi permintaan akses internet yang meroket pada beberapa tahun terakhir, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar, yang secara tradisional sulit dijangkau oleh infrastruktur komunikasi yang ada.

Kepala Divisi Satelit dan Akses Internet Bakti Kominfo, Harris Sangidun, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyusun rencana terkait proyek Satria-2. Namun, realisasi proyek tersebut menunggu kebijakan pemerintah selanjutnya. "Kita sudah planning, tetapi eksekusinya harus menunggu," tuturnya dalam sebuah kunjungan ke salah satu RTGS Satria-1 di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Sejak periode 2019 hingga 2020, Bakti mencatat sebanyak 150.000 permintaan akses internet dari masyarakat, sebuah angka yang menandakan tingginya minat dan kebutuhan akan konektivitas digital di daerah-daerah tersebut. Ketersediaan internet di wilayah 3T menjadi kebutuhan mendasar, seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna dan hadirnya penyedia jasa internet swasta yang turut berkontribusi dalam meningkatkan aksesibilitas.

Harris juga menjelaskan bahwa proyek ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan digital yang selama ini menjadi masalah di Indonesia. “Swasta masuk ke beberapa daerah untuk ikutan menyediakan akses internet. Itu lebih bagus kan? Yang tidak dilayani Bakti berarti yang dilayani swasta,” ujarnya. Sementara itu, Bakti fokus pada penyelesaian program dengan target mencapai 20.000 lokasi di seluruh Indonesia. Saat ini, sebanyak 4.078 lokasi telah online, sementara 12.000 lokasi lainnya sedang dalam tahap pengadaan dan pembangunan.

Dengan adanya Satria-1, kini masyarakat di daerah 3T dapat menikmati berbagai manfaat. Konektivitas di daerah terpencil menjadi salah satu peran krusial Satria-1, yang memungkinkan akses internet ke daerah-daerah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh infrastruktur komunikasi darat seperti kabel fiber optik. Terdapat sejumlah aspek positif yang diperoleh masyarakat dari akses internet ini. Misalnya, peningkatan layanan publik memungkinkan fasilitas seperti sekolah dan puskesmas untuk mendapatkan akses informasi dan layanan yang lebih baik.

Salah satu contoh nyata adalah bagaimana sekolah-sekolah dapat mengakses materi pembelajaran daring dan puskesmas dapat berkomunikasi secara langsung dengan rumah sakit di kota. Hal ini memungkinkan koordinasi yang lebih baik dan peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat. Konektivitas internet juga mendorong peningkatan ekonomi, memberikan peluang kerja jarak jauh, memfasilitasi e-commerce, dan memberi akses ke informasi pasar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Lebih jauh lagi, keberadaan Satria-1 juga berperan dalam keamanan dan tanggap darurat. Dengan konektivitas yang andal, informasi terkait bencana bisa tersebar lebih cepat, dan dalam situasi darurat, komunikasi antar lembaga dapat terkoordinasi dengan lebih efisien. Ini sangat vital dalam menanggulangi bencana alam yang sering terjadi di berbagai belahan Indonesia.

Kehadiran infrastruktur komunikasi yang kuat juga berdampak pada peningkatan layanan pemerintah. Melalui internet, pemerintah dapat menyediakan layanan digital yang lebih baik, seperti administrasi online dan e-government, yang menciptakan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, penyebaran informasi kesehatan, kampanye vaksinasi, dan program-program kesehatan lainnya bisa dilakukan lebih baik, sehingga membantu masyarakat yang berada di daerah 3T untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Di tengah meningkatnya permintaan internet, proyek Satria-2 mendapatkan dukungan untuk kajian lebih lanjut oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Apabila proyek ini diakui sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagaimana halnya Satria-1, maka pembangunan ini diharapkan dapat berjalan lebih lancar dan cepat.

Dengan kata lain, keberadaan Satelit Satria-2 akan sangat penting dalam menanggulangi kesenjangan digital dan memastikan bahwa semua masyarakat di Indonesia, terutama yang berada di daerah 3T, dapat menikmati akses internet yang layak. Kajian terhadap proyek ini akan menjadi langkah awal dalam menjawab tantangan besar dalam penyediaan akses internet yang setara dan merata di seluruh pelosok negeri.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button