Kepercayaan masyarakat Indonesia sering kali memasukkan berbagai mitos dan tanda-tanda alam yang dianggap berkaitan dengan nasib seseorang, terutama dalam konteks kesehatan. Salah satu anggapan yang berkembang di kalangan masyarakat adalah bahwa pasien yang berada dalam kondisi kritis yang mengigau dan mendengkur, dapat dianggap sudah mendekati ajal. Namun, benarkah asumsi ini berdasarkan fakta medis yang ada?
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Eka Hospital Cibubur, dr. Zakky Hazami, Sp.JP, menjelaskan bahwa penilaian kondisi kritis dari seseorang tidak bisa hanya didasarkan pada suara mengorok atau igauan yang muncul. Menurutnya, banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kondisi kesehatan pasien, termasuk hasil dari pemeriksaan laboratorium yang komprehensif. "Nggak pasti (tanda kritis), untuk menentukan hal itu banyak yang bisa dinilai," ungkap dr. Zakky dalam sebuah diskusi di Eka Hospital.
Pada pasien yang sakit parah atau dalam kondisi kritis, sering kali terdapat kemampuan tubuh yang menurun untuk mengontrol pernapasan. Dr. Zakky menambahkan bahwa mendengkur dapat terjadi ketika pasien kehilangan kesadaran, yang menyebabkan otot-otot di tenggorokan, termasuk lidah, mengalami relaksasi berlebihan. Hal ini bisa mengakibatkan sumbatan pada aliran jalan napas. "Mengorok itu sebenarnya adanya sumbatan aliran jalan napas… Ngorok itu pada pasien nggak sadar, karena dia kehilangan kesadarannya untuk mengontrol otot lidahnya," jelasnya.
Lebih lanjut, dr. Zakky menekankan bahwa dengkur yang terjadi pada pasien tidak sadar menjadi salah satu indikator adanya masalah serius yang mempengaruhi kinerja otak dan fungsi tubuh secara keseluruhan. Ketidakmampuan untuk mengontrol jalan napas ini dapat menjadi petunjuk bahwa terdapat gangguan yang signifikan dalam kondisi kesehatan pasien. Menyusul ini, kondisi mengigau juga kerap terjadi pada pasien kritis, dan ini bisa menjadi gejala bahwa otak pasien sedang kekurangan aliran oksigen.
Gejala tersebut, menurut dr. Zakky, tidak hanya mencakup perilaku berbicara melantur, tetapi juga bisa disertai dengan emosi yang sangat berubah-ubah, seperti kemarahan atau cenderung mengantuk secara berlebihan. "Salah satunya bisa karena sumbatan pembuluh darahnya, bisa karena pompa jantungnya bermasalah, alirannya nggak oke, atau oksigen di paru bermasalah," tambahnya.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun tanda-tanda seperti mengigau dan mendengkur mungkin menunjukkan kondisi yang tidak baik, dokter menegaskan bahwa ini bukanlah satu-satunya tolok ukur untuk menentukan kesehatan pasien. "Bukan jadi tolok ukur utama kondisi kesehatan pasien. Bahkan pasien tetap berpeluang sembuh dan pulih, jika hasil pemeriksaan menunjukan fungsi tubuhnya mampu bekerja secara baik," tegas dr. Zakky.
Sinyal harapan bagi pasien yang berada dalam kondisi kritis tentu sangat penting. Walaupun terdapat banyak tantangan dalam pemulihan, hasil pemeriksaan yang baik dapat menunjukkan bahwa tubuh pasien masih bekerja dalam kapasitas normal dan dapat berjuang untuk sembuh. "Masih (berpeluang sembuh) jelas!," pungkas dr. Zakky, menunjukkan optimisme dalam pengobatan yang diterima oleh pasien.
Dalam konteks ini, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa meskipun ada beberapa tanda fisik yang mungkin terlihat menakutkan, perspektif medis secara menyeluruh harus diutamakan dalam penilaian kesehatan seseorang. Sebagai pasien atau kerabat yang mendampingi, penting untuk mencari informasi dan melakukan konsultasi dengan tenaga medis agar mendapatkan penjelasan yang valid terkait kondisi yang dihadapi.
Selain itu, langkah-langkah preventif dalam menjaga kesehatan juga sangat diperlukan agar masyarakat tidak mudah terjebak pada mitos dan asumsi yang tidak berdasar. Pengetahuan tentang apa yang terjadi di dalam tubuh dan bagaimana cara merespons berbagai gejala dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan medis secara rutin.
Dengan cara demikian, pasien yang mengalami kondisi kritis—meskipun mungkin menunjukkan beberapa tanda fisik yang mengkhawatirkan—masih memiliki peluang untuk pulih dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Edukasi tentang penyakit, tanda-tanda kondisi kritis, serta penanganannya, dapat membantu masyarakat lebih siap dan tidak mudah terpengaruh oleh mitos yang berkembang di sekitar mereka.