Otomotif

Pasar Mobil Lesu: Strategi Jitu yang Harus Diterapkan APM untuk Pulihkan Penjualan

Para agen pemegang merek (APM) di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat ketika pasar mobil mengalami penurunan penjualan yang signifikan pada tahun ini. Data dari Gaikindo menunjukkan bahwa sepanjang periode Januari hingga Agustus 2024, penjualan mobil secara wholesales hanya mencapai 560.619 unit, turun 17,1% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang mencapai 675.859 unit. Tidak hanya itu, penjualan ritel juga mengalami penurunan sebesar 12,1%, dengan total penjualan mencapai 584.857 unit pada delapan bulan pertama 2024, dibandingkan dengan 665.262 unit pada 2023.

Situasi ekonomi yang lesu turut berkontribusi terhadap penurunan ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi secara bulanan, dengan deflasi sebesar 0,12% pada September 2024. Secara tahunan, indeks harga konsumen (IHK) mencatat inflasi sebesar 1,84% year on year, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,12%. Selain itu, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia masih terkontraksi dengan nilai 49,2 pada September 2024, meskipun terjadi sedikit peningkatan dari bulan sebelumnya yang berada di level 48,9.

Melihat kondisi ini, strategi yang perlu diterapkan oleh APM untuk mendorong penjualan mobil menjadi sangat penting. Menurut Yannes Martinus Pasaribu, seorang pakar otomotif dan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), APM perlu merancang strategi yang solutif dan taktis secara terintegrasi. Salah satu langkah awal yang direkomendasikan adalah inovasi produk. APM disarankan untuk mengembangkan model kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan pasar, termasuk mengembangkan varian kendaraan listrik yang lebih terjangkau seperti Battery Electric Vehicle (BEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV), dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV). Ini penting karena daya beli masyarakat kelas menengah saat ini belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan.

Strategi pemasaran efektif juga perlu diperhatikan. Pembangunan brand awareness melalui kampanye kreatif, penawaran promo dan insentif menarik, serta pemanfaatan platform digital untuk pemasaran dan penjualan merupakan langkah-langkah yang saling mendukung untuk menarik minat konsumen. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital saat ini, pemasaran berbasis online menjadi kunci untuk menjangkau lebih banyak konsumen dengan cara yang lebih efisien.

Selanjutnya, peningkatan layanan purna-jual sangat penting bagi APM untuk mempertahankan pelanggan. Memperluas jaringan diler dan bengkel serta menyediakan layanan berkualitas, baik dalam perawatan maupun layanan purna jual, akan membantu meningkatkan retensi pelanggan. Program loyalitas yang menarik juga bisa menjadi daya tarik tambahan bagi konsumen untuk tetap memilih brand tertentu.

Di era digital yang semakin maju, APM juga dihadapkan pada tuntutan untuk beradaptasi terhadap tren dan teknologi. Mengadopsi teknologi digital dalam operasional, mengembangkan platform online, serta mengintegrasikan AI untuk mempersonalisasi pengalaman pelanggan akan memberikan keunggulan kompetitif. Konsumen saat ini lebih menginginkan pengalaman yang terpersonalisasi dan nyaman dalam melakukan transaksi, sehingga APM perlu memanfaatkan teknologi untuk menciptakan journey pelanggan yang positif.

Berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti perusahaan pembiayaan juga menjadi strategi yang relevan dalam menghadapi situasi ini. APM bisa menjalin kerjasama dengan lembaga pembiayaan untuk menawarkan skema cicilan yang lebih ringan, sehingga konsumen merasa lebih mudah untuk membeli kendaraan. Selain itu, kerjasama dengan penyedia infrastruktur pengisian daya untuk kendaraan listrik juga dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan daya saing produk yang ditawarkan.

Yannes juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah untuk memfasilitasi beberapa strategi ini. Kebijakan yang kondusif dari pemerintah seperti pemberian insentif fiskal berupa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) atau Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan pasar otomotif. Peningkatan insentif fiskal dengan pengurangan PPnBM dan BBNKB serta pemberian subsidi langsung kepada konsumen dan produsen kendaraan listrik akan menjadi dorongan positif bagi industri otomotif di Indonesia.

Menanggapi seluruh faktor-faktor tersebut, APM harus cepat beradaptasi dan menciptakan strategi yang relevan dengan situasi pasar saat ini. Dengan menerapkan berbagai strategi tersebut secara adaptif dan terintegrasi, APM dapat berpotensi tidak hanya untuk mengoptimalkan penjualan namun juga untuk mempertahankan posisinya di pasar otomotif yang semakin kompetitif. Langkah-langkah proaktif yang dilakukan saat ini memiliki peluang untuk membentuk masa depan yang lebih cerah untuk industri otomotif di Indonesia, meskipun tengah menghadapi tantangan yang cukup berat.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button