Seruan “Peringatan Darurat” dalam mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) kini semakin berkumandang, tidak hanya di media sosial tetapi juga di panggung konser. Banyak musisi yang memanfaatkan platform mereka untuk menyuarakan kepedulian terhadap isu-isu penting di Indonesia, dengan mengajak penonton dan khalayak untuk bersama-sama menyuarakan dukungan atas ajakan tersebut. Para seniman ini tidak hanya berbicara, tetapi juga mengekspresikan pesan mereka melalui visual yang ditampilkan di panggung, menjadikan ini sebagai bentuk dukungan kolaboratif terhadap proses demokrasi di negara ini.
Beberapa musisi terkemuka ikut serta dalam gerakan ini, termasuk Baskara Putra atau lebih dikenal dengan nama panggungnya, Hindia. Ia merupakan salah satu penggagas awal penggunaan visual "Peringatan Darurat" saat tampil. Melalui media sosial, Hindia mengajak rekan-rekannya untuk melakukan hal yang sama dan menggunakan simbol burung Garuda dengan tulisan tersebut. Dalam unggahannya di platform X, Hindia menekankan pentingnya menjaga tekanan publik terkait putusan MK, dan menyatakan, “Ingin mengajak kawan-kawan musisi (dan siapapun yang manggung dan bisa melakukan) untuk menggunakan visual Peringatan Darurat saat tampil di panggung.”
Musisi lainnya yang turut berpartisipasi adalah Kunto Aji, yang menyampaikan seruan ini pada salah satu konsernya di Jakarta bertajuk “Perjalanan Menawar Racun.” Dalam penampilannya pada tanggal 22 Agustus 2024, Kunto Aji dan para penontonnya menunjukkan solidaritas dengan menggunakan visual "Peringatan Darurat". Ia juga menyampaikan melalui akun X-nya, “Sudah direncanakan dari awal, karena hari ini belum bisa ikut turun,” menunjukkan bahwa para seniman ini benar-benar berkomitmen terhadap isu ini.
Seniman muda berbakat seperti Iqbaal Ramadhan, yang banyak dikenal melalui perannya di dunia hiburan, juga turut menyampaikan pesannya. Dalam penampilannya di acara Latihan Pestapora 2024, Iqbaal mengintegrasikan visual "Peringatan Darurat" saat membawakan lagu ‘Malam Minggu’. Selain itu, ia juga aktif mengampanyekan pesan yang sama di media sosial, menunjukkan bahwa dukungan terhadap isu ini merentang di berbagai generasi musisi.
Band asal Bandung, Feel Koplo, juga tidak ketinggalan. Mereka memasang visual "Peringatan Darurat" selama penampilan di acara Mandiri Porseni 2024 dan mengeksplorasi tema ini lebih lanjut di akun media sosial mereka. Seruan ini juga diambil oleh Juicy Luicy, yang menggabungkan pesan tersebut saat tampil di acara Zap Fest 2024. Momen ini sangat berharga, karena tidak hanya memperlihatkan dukungan, tetapi juga membangun kesadaran di kalangan penggemar mereka.
Di LaLaLa Fest 2024, band Reality Club menunjukkan kepedulian mereka dengan menampilkan visual "Peringatan Darurat". Vokalisnya, Fathia Izzati, menyerukan untuk “Kawal terus putusan MK” kepada para penggemar sebelum melanjutkan penampilan mereka. Kesadaran kolektif ini menjadi semakin kuat ketika Danilla Riyadi juga melakukan hal serupa, dengan visual tersebut muncul saat ia tampil.
Perhatian terhadap isu ini tidak hanya berhenti di sana. Musisi lain seperti Fiersa Besari mengungkapkan dukungannya melalui media sosial, menekankan bahwa meskipun tidak dapat berkontribusi banyak, ia tetap ingin memperkuat gerakan ini. Dalam salah satu konsernya, ia menunjukkan visual "Peringatan Darurat", menegaskan bahwa pesan solidaritas ini harus didengar.
Eva Celia dan band legendaris Gigi juga memperkuat gerakan ini dalam momen-momen spesial mereka. Eva menayangkan visual tersebut saat menyanyikan lagu ‘C.H.R.I.S.Y.E.’ di LaLaLa Fest 2024, sementara Gigi menampilkannya pada pembukaan konser perayaan 30 tahun mereka di Istora Senayan, Jakarta, yang berlangsung pada tanggal 24 Agustus 2024.
Keterlibatan para musisi ini menciptakan ruang dialog publik yang sangat penting. Mereka tidak hanya melaksanakan peran sebagai entertainer, tetapi juga sebagai penggerak sosial yang membawa isu-isu penting ke panggung utama. Menggunakan kekuatan musik sebagai alat, para seniman ini berhasil menyampaikan pesan yang dapat menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya pelibatan publik dalam proses demokrasi.
Melalui seruan "Peringatan Darurat", para musisi menunjukkan bahwa suara mereka dapat berfungsi sebagai pengingat kolektif bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap perkembangan politik dan hukum yang berlangsung di Indonesia. Dengan memanfaatkan panggung sebagai platform untuk menyuarakan isu-isu krusial, mereka menciptakan jembatan antara seni dan aktivisme yang bisa menginspirasi banyak orang untuk turut serta dalam menjaga keadilan dan kebenaran di tanah air.
Keterlibatan para musisi dalam menggaungkan "Peringatan Darurat" saat manggung tidak hanya menjadi sebuah gaya, tetapi sebuah pernyataan keberpihakan yang kuat. Dengan melangkah maju untuk menggunakan suara dan kekuatan artistik mereka, mereka berkontribusi pada upaya memperkuat demokrasi di Indonesia, mendorong orang-orang untuk bersama-sama menjaga dan mengawal keputusan signifikan yang sedang dipertaruhkan.