Kesehatan

Pakar Indonesia Uji Klinis Fexuprazan sebagai Terapi Baru untuk Pengobatan GERD

Tim yang terdiri dari Key Opinion Leaders (KOL) terkemuka di Indonesia, dipimpin oleh ahli gastroenterologi ternama, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, telah mengumumkan pelaksanaan uji klinis untuk Fexuprazan, sebuah terapi inovatif untuk pasien yang menderita Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD). Uji coba ini bertujuan untuk mengevaluasi tidak hanya efektivitas penyembuhan gejala, tetapi juga keamanan dari penggunaan Fexuprazan pada pasien di Indonesia.

Fexuprazan, yang merupakan Potassium-Competitive Acid Blocker (P-CAB), dikembangkan oleh Daewoong Pharmaceutical dari Korea Selatan. Salah satu keunggulan utama Fexuprazan dibandingkan dengan terapi yang sudah ada, seperti Proton Pump Inhibitors (PPI), adalah kemampuannya memberikan pereda gejala dengan cepat sejak dosis pertama. Ini berbeda dari PPI yang memerlukan aktivasi yang dipicu oleh kadar asam dalam lambung. Dengan demikian, Fexuprazan menawarkan solusi yang lebih efektif untuk pasien yang sering mengalami nyeri ulu hati dan gangguan lainnya akibat GERD.

Uji klinis ini adalah investigator-initiated trial (IIT) yang menjadi langkah signifikan dalam upaya pencarian alternatif pengobatan GERD yang lebih baik di Indonesia. Uji coba ini akan dilaksanakan di tiga lokasi di Jakarta: Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Rumah Sakit Islam Cempaka Putih (RSI Cempaka Putih), dan Rumah Sakit Menteng Mitra Afia (RSMMA). Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk memastikan representasi pasien yang luas dan beragam, sehingga pengumpulan data terkait kemanjuran Fexuprazan menjadi komprehensif dan relevan dengan kondisi demografi Indonesia.

Fase uji klinis terbaru yang dilakukan di Korea Selatan menunjukkan bahwa Fexuprazan lebih efektif dibandingkan esomeprazole, salah satu PPI yang umum digunakan. Dalam uji coba tersebut, lebih banyak pasien melaporkan perbaikan gejala dalam beberapa hari pertama pengobatan. Selain itu, Fexuprazan memiliki waktu paruh yang lebih lama, yaitu sekitar 9 jam, yang memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap gejala di malam hari—a aspek yang sangat penting untuk kenyamanan dan pemulihan pasien.

Prof. Ari Fahrial Syam mengungkapkan harapannya bahwa hasil dari penelitian ini akan mendefinisikan kembali pengobatan GERD di Indonesia. Dalam pandangannya, upaya ini tidak hanya menyoroti komitmen Indonesia dalam menghadapi kebutuhan medis yang belum terpenuhi, tetapi juga berfungsi sebagai tolok ukur baru untuk standar perawatan pasien di tingkat nasional. “Penelitian ini, yang berakar kuat pada kebutuhan lokal, bertujuan untuk meningkatkan praktik perawatan kesehatan dan memastikan bahwa masyarakat kita memperoleh manfaat langsung dari kemajuan global dalam bidang kedokteran,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan.

CEO Daewoong Pharmaceutical, Seongsoo Park, menambahkan bahwa kolaborasi dengan para peneliti Indonesia menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan inovasi medis yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan khusus masyarakat Indonesia. "Kami berkomitmen untuk meningkatkan perawatan pasien melalui perawatan inovatif seperti Fexuprazan,” terangnya. Dukungan dari Daewoong dalam bentuk sumber daya dan keahlian diharapkan dapat mempercepat proses uji klinis ini dan membuahkan hasil yang memuaskan.

Sejauh ini, Fexuprazan telah memasuki atau siap untuk memasuki pasar di 30 negara, termasuk Korea, Filipina, Meksiko, Ekuador, dan Chili. Aplikasi pasar juga telah diajukan di 11 negara lainnya, seperti Tiongkok, Brasil, serta Arab Saudi. Selain itu, kontrak ekspor telah ditandatangani dengan negara-negara seperti India dan UAE, menunjukkan potensi global dari Fexuprazan sebagai terapi untuk GERD.

Ketertarikan terhadap uji klinis ini juga mencerminkan perhatian yang semakin meningkat terhadap penyakit refluks di seluruh dunia. GERD adalah kondisi umum yang mempengaruhi kualitas hidup banyak orang, dan pengganti PPI yang lebih efektif dan aman seperti Fexuprazan dapat mengubah paradigma pengobatan di negara-negara yang masih bergantung pada pengobatan lama.

Dengan dilakukannya uji klinis ini, diharapkan dapat dibuktikan bahwa Fexuprazan tidak hanya membantu meredakan gejala GERD dengan lebih cepat dan efisien, tetapi juga mengurangi efek samping yang sering kali dialami pasien dengan pengobatan tradisional lainnya. Ini merupakan langkah besar dalam mendukung pasien GERD di Indonesia, yang selama ini mengalami berbagai tantangan dalam mengendalikan gejala mereka secara efektif.

Kesuksesan dari uji klinis ini akan menjadi berita baik tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk sistem kesehatan Indonesia secara keseluruhan, mengingat adanya upaya kolaboratif antara ahli kesehatan lokal dan industri farmasi global, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tentu saja, hasil penelitian ini akan ditunggu-tunggu oleh banyak pihak, khususnya mereka yang hidup dengan GERD, serta komunitas medis dan peneliti kesehatan lainnya.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button