Sains

Pakai Aplikasi Ini untuk Deteksi Siswa Gunakan AI, Guru Dapat Coba Fitur Canggihnya

Pakar komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, baru-baru ini menyoroti potensi besar sekaligus tantangan yang dibawa oleh kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan. Dalam pernyataannya, Firman mengungkapkan bahwa AI dapat membantu guru merancang materi pembelajaran yang lebih menarik dan efektif. Materi yang dulunya berbasis teks dapat diperkaya dengan elemen audio-visual, sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa yang memiliki gaya belajar beragam.

“Dengan memanfaatkan AI, guru bisa melakukan pemetaan gaya belajar siswa. Melalui analisis terhadap tugas-tugas yang diberikan, AI dapat mengidentifikasi metode mana yang lebih efisien untuk masing-masing siswa, apakah itu audio, visual, atau studi kasus. Ini memberikan kesempatan bagi guru untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan lebih tepat,” jelas Firman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin (21/10/2024).

Namun, di balik potensi tersebut, Firman juga mengingatkan bahwa ada ancaman serius jika penggunaan AI tidak didampingi dengan panduan yang tepat. Ia menyoroti risiko ketergantungan siswa pada AI untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik, seperti menulis esai. “Ketergantungan ini dapat menghambat perkembangan kognitif siswa. Kebiasaan siswa memanfaatkan AI dalam menyelesaikan tugas bisa membatasi kemampuan berpikir kritis mereka,” tambahnya.

Untuk itu, Firman menekankan pentingnya pengembangan kemampuan dasar sebelum siswa diperkenalkan dengan penggunaan AI. Menurutnya, “Kemampuan untuk mengartikulasikan ide dan gagasan harus terlebih dahulu terbangun dengan baik. Penggunaan AI yang efektif juga membutuhkan keahlian dalam merumuskan prompt yang tepat. Jika kemampuan ini tidak dimiliki, hasil yang diperoleh dari penggunaan AI akan jauh meleset dari tujuan pembelajaran yang diinginkan.”

Di samping itu, Firman juga menyentuh pentingnya pengawasan dalam penggunaan AI oleh siswa. Dengan adanya alat pendeteksi seperti GPT-Zero dan Turnitin, para guru dapat lebih efektif dalam mengidentifikasi siswa yang menggunakan AI tanpa tanggung jawab. Alat-alat ini diharapkan dapat mencegah penyalahgunaan dan memastikan integritas dalam proses belajar-mengajar.

Lebih jauh, Firman menegaskan bahwa AI dalam pendidikan harus diintegrasikan secara bijak. Batasan-batasan yang jelas tentang kapan dan bagaimana AI dapat digunakan sangat penting untuk mencegah potensi penyalahgunaan. “Penggunaan AI dalam pendidikan boleh dilakukan secara luas, namun guru dan perancang kurikulum harus memahami langkah-langkah pendukung yang diperlukan. Penggunaan AI tidak boleh menjadi semacam ‘kucing-kucingan’. Penting untuk memahami potensi bias dan kesalahan yang mungkin muncul dari proses yang menggunakan AI, agar hasil pembelajaran tetap sejalan dengan tujuan yang ditetapkan,” sebut Firman.

Seiring dengan perkembangan teknologi AI, guru-guru diharapkan dapat mengeksplorasi dan mencoba berbagai aplikasi yang ada, seperti Turnitin dan GPT-Zero, untuk mendeteksi siswa yang menggunakan AI secara tidak etis. Terlebih, pemanfaatan AI dalam pendidikan perlu diimbangi dengan pendidikan etis mengenai teknologi dan pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa.

Dengan melakukannya, diharapkan siswa tidak hanya mampu memanfaatkan teknologi untuk membantu proses belajar, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang esensial di dunia modern saat ini. Potensi AI dalam pendidikan sangat besar, tetapi jika tidak dikelola secara hati-hati, kita harus siap menghadapi tantangan-tantangan yang menanti.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button