Dunia

Netanyahu Klaim Saat Ini Tengah Melawan ‘Poros Jahat Iran’ untuk Keamanan Wilayah

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim bahwa negaranya sedang terlibat dalam konflik yang lebih besar melawan apa yang disebutnya sebagai ‘poros jahat Iran’. Dalam pernyataannya, Netanyahu menekankan bahwa Israel berperang untuk bertahan hidup di tengah ancaman yang ditimbulkan oleh Tehran. Dalam sebuah upacara belasungkawa untuk tentara Israel yang tewas di Lebanon, Netanyahu menyatakan, “Teheran saat ini mencoba memusnahkan Israel, dan kita sekarang tengah berperang melawan poros jahat Iran.”

Kematian tentara Israel diumumkan pada Rabu, 2 Oktober 2024, dan terjadi setelah serangan darat Israel yang melintasi perbatasan utara ke Lebanon. Serangan ini dimulai di malam Rosh Hashana, yang merupakan perayaan Tahun Baru Yahudi. Militer Israel melaporkan bahwa satu kelompok berisi delapan tentara telah tewas dalam dua insiden terpisah yang terjadi saat konflik semakin menghangat.

Operasi darat yang diluncurkan Israel ini ditargetkan terhadap Hizbullah, sebuah kelompok militan yang didukung Iran dan dianggap oleh Israel sebagai ancaman serius. Netanyahu menjelaskan bahwa serangan ini menandai pembuka dari fase baru dan berbahaya dalam konflik yang telah berlangsung hampir satu tahun. Dalam pernyataan resminya, kabinet keamanan nasional Israel menyebut langkah ini sebagai “fase berikutnya dari perang kami melawan Hizbullah.”

Konflik ini bukanlah yang pertama kalinya Israel melibatkan diri secara terbuka dalam tanah Lebanon; dalam hal ini, keterlibatan militer Israel telah terjadi empat kali dalam hampir 50 tahun. Serangan terbaru adalah yang pertama sejak perang 34 hari pada tahun 2006, yang berfokus pada menghentikan tindakan militer dari Hizbullah. Situasi ini sangat kompleks, mengingat bahwa Israel telah melakukan serangan udara yang meluas di Lebanon, mengakibatkan ratusan orang tewas dan memaksa sekitar 1 juta orang mengungsi akibat serangan yang dipicu oleh pertumpahan darah tersebut.

Militer Israel memperkuat serangannya dalam beberapa hari terakhir, yang berfokus pada sarang Hizbullah, dalam upayanya untuk mengurangi atau menghilangkan ancaman yang berasal dari paramiliter yang kuat tersebut. Eskalasi pada pekan lalu terjadi setelah Israel meluncurkan serangan udara yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dengan langkah itu dianggap sebagai pemangkasan struktur kepemimpinan salah satu kekuatan militer terkuat di Timur Tengah.

Situasi di Lapangan

Kondisi di lapangan semakin tegang, dengan laporan yang menyatakan bahwa Israel telah memanfaatkan technique serangan gabungan, termasuk serangan darat dan udara, dalam upayanya memerangi kekuatan militer yang didukung Iran ini. Dari serangan-serangan ini, Hizbullah dinyatakan sebagai entitas lawan yang dengan sigap merespons setiap tindakan agresi dari Israel.

Seperti yang dilaporkan, khususnya mengenai dampak humanitarian di Lebanon, serangan Israel telah menghancurkan rumah-rumah dan fasilitas publik, menambah beban pada populasi yang sudah menderita akibat konflik berkepanjangan. Kemungkinan jalur diplomatik untuk meredakan ketegangan tampaknya semakin jauh, sementara netanyahu terus mendorong narasi tentang perlunya tindakan tegas untuk melindungi kepentingan Israel.

Konteks Geopolitik yang Lebih Luas

Klaim Netanyahu mengenai Iran juga harus dilihat dalam konteks geopolitik yang lebih luas di Timur Tengah. Iran, sebagai bagian dari poros yang meliputi Syria dan Hizbullah, dianggap berupaya untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan tersebut. Ketegangan antara Israel dan Iran telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan pernyataan Netanyahu mencerminkan keprihatinan yang mendalam mengenai potensi pemerintahan Teheran untuk melakukan proksi perang di wilayah tersebut.

Israel, di sisi lain, terus mencari dukungan internasional, dalam upaya mendemonstrasikan bahwa kebijakan militernya adalah bagian dari pertahanan yang lebih luas terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh pengaruh Iran. Dengan dukungan dari sekutu-sekutu strategis, terutama Amerika Serikat, Netanyahu menekankan pentingnya untuk menegakkan garis keras terhadap provokasi dan agresi dari Iran dan sekutunya.

Ke depan, dinamika ini diperkirakan akan semakin rumit dengan keterlibatan berbagai kekuatan global dan regional, memperburuk keadaan bagi jutaan orang di kawasan yang sudah tidak stabil ini. Di Lebanon, kerusakan yang dihasilkan dari konflik ini menghadirkan tantangan besar bagi masyarakat, termasuk pengungsi yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah serangan berkelanjutan dan krisis kemanusiaan.

Tentunya, langkah-langkah selanjutnya dari Israel dan reaksi dari Iran dan Hizbullah akan menjadi sorotan dunia internasional, yang akan sangat memengaruhi stabilitas regional di Timur Tengah.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button