Sains

NASA Astronauts Tinggalkan Boeing Spacesuit, Pilih Gear SpaceX: Ini Alasannya!

Dalam pengumuman terbaru dari NASA, diumumkan bahwa misi pesawat luar angkasa Boeing Starliner mengalami masalah teknis, sehingga tidak dapat kembali ke Bumi secara berawak. Astronot Butch Wilmore dan Suni Williams, yang seharusnya kembali ke bumi dalam waktu dekat, kini terpaksa tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) hingga Februari 2025. Kabar menariknya, keduanya tidak hanya akan kembali dengan pesawat SpaceX Crew Dragon, tetapi juga mengenakan pakaian luar angkasa dari SpaceX. Ini menandakan pergeseran yang signifikan dalam kolaborasi antara NASA dan kontraktor luar angkasa, terutama dalam hal desain dan fungsionalitas pakaian luar angkasa.

Mengapa Astronot Starliner Meninggalkan Pakaian Suit Boeing?

Keputusan untuk beralih dari pakaian luar angkasa Boeing menuju SpaceX bukanlah hal yang sepele. Pakaian luar angkasa yang dirancang oleh Boeing dan SpaceX memiliki desain dan fungsionalitas yang sangat berbeda. Boeing CST-100 Starliner, misalnya, menggunakan tiga parasut dan sistem kantong udara saat mendarat di permukaan yang keras, sementara SpaceX Dragon mengandalkan empat parasut utama untuk mendarat di lautan.

Ukuran dan desain dari masing-masing pesawat luar angkasa juga berperan dalam ketidakcocokan ini. Starliner memiliki diameter 15 kaki dan panjang 16,5 kaki, sedangkan SpaceX Dragon lebih besar, dengan panjang 26,7 kaki dan lebar 13 kaki. Oleh karena itu, sesuai dengan pernyataan dari NASA, "pakaian untuk penyedia yang berbeda tidak dirancang untuk kompatibilitas di luar pesawat luar angkasa mereka sendiri, karena setiap desain pakaian harus cocok dengan sistem masing-masing."

Program NASA bertujuan memiliki sistem yang berbeda demi ketahanan misi luar angkasa. Ini mengacu pada kebutuhan akan sistem alternatif, mengingat potensi kegagalan seperti yang baru saja dialami oleh Starliner.

Di Mana Wilmore dan Williams Mendapatkan Pakaian Suit SpaceX?

Meskipun secara teori Wilmore dan Williams dapat kembali ke Bumi tanpa mengenakan pakaian luar angkasa, hal ini akan membahayakan nyawa mereka. Penurunan tekanan kabin dan perubahan suhu dapat mengakibatkan cedera serius yang dapat mengancam keselamatan mereka. Untungnya, solusi telah ditemukan untuk masalah ini.

Saat ini, ada satu pakaian luar angkasa yang kompatibel di ISS. Williams telah mencobanya, dan pakaian itu cocok untuknya. Untuk Wilmore, pakaian dengan ukuran yang sesuai akan dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. SpaceX Crew-9 yang dijadwalkan meluncur sekitar tanggal 24 September akan menjadi misi pengiriman yang penting, tidak hanya untuk membawa astronot baru tetapi juga menyediakan pakaian untuk Wilmore.

Langkah ini telah dipersiapkan dengan baik. Menurut Steve Stich, program manager NASA’s Commercial Crew Program, ketika kontrak untuk pengembangan pakaian dan sistem antariksa ditandatangani, para kontraktor diperbolehkan untuk mencari pakaian dan antarmuka mereka sendiri. Ini menunjukkan betapa fleksibilitas dan persiapan yang cermat diterapkan dalam misi luar angkasa.

Kendala dan Solusi dalam Misi Luar Angkasa

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh NASA dan mitrakontraktor adalah mengembangkan sistem yang tidak hanya efisien, tetapi juga aman. Kesalahan teknis dalam misi Starliner menunjukkan betapa pentingnya melakukan evaluasi terus-menerus terhadap sistem yang ada. Ketika satu sistem menghadapi kegagalan, sistem alternatif harus siap digunakan. Keberadaan dua atau lebih sistem yang berbeda menjadi krusial dalam mengatasi masalah ini.

NASA tak hanya berfokus pada pengembangan teknologi baru tetapi juga pada pentingnya pelatihan keterampilan baru dan pemahaman yang mendalam dari astronot mengenai berbagai sistem. Dalam konteks ini, semua astronot perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang prosedur misi dan alat yang akan mereka gunakan, termasuk pakaian luar angkasa.

Tantangan Teknologi dalam Desain Pakaian Luar Angkasa

Desain pakaian luar angkasa merupakan tantangan tersendiri. Dengan berbagai kondisi yang ekstrem di luar angkasa, pakaian ini harus mampu melindungi astronot dari radiasi, suhu ekstrem, dan kecelakaan lainnya. Desain yang beragam dari SpaceX dan Boeing mencerminkan upaya mereka dalam menciptakan produk yang memenuhi standar keselamatan dan operasi yang tinggi. Ini juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi astronot di luar angkasa.

Kesuksesan misi luar angkasa tidak hanya ditentukan oleh teknologi yang digunakan, tetapi juga oleh kerjasama antara NASA dan perusahaan swasta. Dengan setiap misi, pengetahuan dan pengalaman baru diperoleh yang dapat digunakan untuk perbaikan di masa mendatang.

Apa Artinya untuk Misi Masa Depan?

Keputusan untuk beralih dari Boeing ke SpaceX menandakan perubahan besar dalam cara NASA beroperasi dengan mitrakontraktornya. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, kerja sama dan inovasi akan berkontribusi pada keberhasilan masa depan dalam eksplorasi luar angkasa. Perubahan ini tidak hanya akan memengaruhi misi saat ini tetapi juga pengembangan teknologi yang lebih aman dan efisien untuk misi astronautik di masa depan.

Kedepannya, kita dapat mengharapkan lebih banyak inovasi yang dihasilkan dari kerjasama ini, menjadikan perjalanan luar angkasa sebagai usaha yang lebih aman dan lebih dapat diandalkan. Dengan misi-misi yang akan datang, baik dari NASA maupun perusahaan swasta, keingintahuan manusia tentang luar angkasa akan terus berkembang, membentangkan jalan bagi generasi mendatang untuk menjelajahi dan memahami semesta ini.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button