Kesehatan

Nafsu Makan Buruk pada Anak: Dampaknya terhadap Status Gizi dan Gangguan Perkembangan

Permasalahan nafsu makan pada anak menjadi salah satu perhatian utama bagi orangtua, karena dampaknya yang serius terhadap tumbuh kembang anak. Menurut dr. Ulul Albab, Sp.OG, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), di Indonesia, hanya 20-50 persen anak yang mengalami pertumbuhan normal. Angka ini menunjukkan bahwa banyak anak yang berisiko mengalami gangguan perkembangan akibat berbagai faktor, salah satunya adalah masalah nafsu makan yang buruk.

Berdasarkan data terkini, sekitar 70-89 persen anak dengan gangguan perkembangan menghadapi masalah pemberian makan, termasuk nafsu makan yang menurun. "Jika permasalahan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, efek buruknya bisa sangat signifikan, bahkan bisa menyebabkan gizi buruk atau malnutrisi," jelas dr. Ulul dalam acara kampanye Semangat Makan Sehat #MakanHapHapHap yang diselenggarakan oleh Sakatonic ABC. Ia menekankan bahwa anak yang mengalami malnutrisi memiliki risiko kematian yang hampir 12 kali lipat lebih tinggi dibandingkan anak yang mendapatkan gizi yang memadai.

Data dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 turut memperlihatkan kondisi gizi anak di tanah air. Temuan itu mencatat bahwa satu dari 12 anak balita mengalami wasting, satu dari tujuh anak balita mengalami stunting, satu dari empat balita mengalami anemia, dan satu dari 13 anak mengalami kelebihan berat badan. Angka-angka ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan gizi anak untuk memastikan mereka tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Kesehatan gizi yang baik tidak hanya berfungsi untuk mencegah masalah-masalah seperti stunting, wasting, underweight, atau overweight, tetapi juga sangat erat kaitannya dengan perkembangan fisik dan mental anak. Dr. Ulul menegaskan pentingnya menjamin nafsu makan yang baik pada anak usia dini. Hal ini tidak hanya membantu mereka mendapatkan asupan gizi yang diperlukan, tetapi juga membantu menyusun pola makan yang sehat di masa depan.

Asupan makanan yang bergizi dan seimbang menjadi kunci dalam mendukung nafsu makan anak. Ibu Adelia Theresia, Head of Vitamin Category di Kalbe Consumer Health, menyarankan pentingnya memperhatikan tiga aspek dalam meningkatkan nafsu makan anak. Pertama, orang tua perlu memberikan asupan makanan yang cukup dan bergizi. Zat gizi seperti protein, vitamin, dan mineral sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kedua, penting untuk memberikan vitamin dan suplemen yang mendukung tumbuh kembang anak. Sebagai contoh, Sakatonik ABC Curcuma Madu, yang merupakan vitamin tablet hisap, dapat membantu meningkatkan nafsu makan serta menjaga daya tahan tubuh anak. Dengan memasukkan suplemen semacam ini dalam rutinitas harian, diharapkan anak-anak dapat memperoleh asupan nutrisi yang menyeluruh.

Ketiga, orang tua harus secara rutin memeriksa berat badan dan memastikan kebersihan anak terjaga. Kebersihan makanan dan lingkungan sekitar anak dapat mempengaruhi nafsu makan dan kesehatan secara keseluruhan. Kombinasi dari ketiga aspek ini nantinya akan menghasilkan dampak positif terhadap tumbuh kembang anak, mencegah mereka dari risiko penyakit gizi yang serius.

Dalam konteks ini, terdapat tantangan tersendiri bagi orang tua untuk menciptakan atmosfer yang mendukung pola makan yang sehat. Lingkungan keluarga dan jutaan pilihan makanan yang tersedia saat ini, baik yang sehat maupun tidak, bisa menjadi faktor penentu. Oleh karena itu, pembekalan yang baik bagi orang tua dalam memilih makanan dan cara penyajiannya sangat penting untuk membangun kebiasaan makan yang baik bagi anak-anak.

Model perilaku dan kebiasaan makan yang positif juga bisa ditanamkan dalam keseharian. Mengajak anak untuk terlibat dalam memilih dan menyiapkan makanan dapat meningkatkan minat mereka terhadap makanan sehat. Menggunakan pendekatan bermain saat makan, seperti membuat permainan dari makanan sehat atau mengajarkan anak tentang manfaat sayur dan buah, bisa memicu rasa ingin tahu dan sekaligus meningkatkan nafsu makan mereka.

Kitaran buruk dari nafsu makan yang rendah dapat berujung pada masalah yang lebih besar, seperti keterlambatan dalam perkembangan fisik dan kognitif. Dengan memberikan perhatian khusus terhadap asupan gizi sejak dini, diharapkan anak-anak dapat terhindar dari masalah serius di masa depan.

Secara kumulatif, isu nafsu makan yang buruk pada anak memiliki dampak luas, tidak hanya pada kesehatan fisik tetapi juga kemampuan belajar dan berinteraksi sosial mereka. Oleh karena itu, tindakan pencegahan sejak dini dan perhatian ekstra dari orang tua dan masyarakat sangatlah penting. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya asupan gizi yang baik dan pola makan yang sehat, kita dapat membantu mempersiapkan generasi penerus yang lebih sehat, cerdas, dan lebih mampu menghadapi tantangan di masa depan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button