PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) mengumumkan komitmennya untuk meningkatkan investasi dalam mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) seiring dengan keputusan pemerintah Indonesia yang tidak akan memberikan insentif untuk mobil hybrid. Hal ini diungkapkan oleh Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto, yang menyatakan bahwa perusahaan akan memperluas jajaran produk mobil listriknya dengan memanfaatkan pabrik baterai yang sedang dibangun dan fasilitas perakitan yang ada di dalam negeri.
Pemerintah Indonesia, melalui berbagai kebijakan, menunjukkan komitmennya untuk menuju program “net zero carbon”. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) 55 Tahun 2019 yang diperbarui dengan Perpres 79 Tahun 2023, yang menekankan percepatan adopsi kendaraan bermotor listrik di Indonesia. "Pemerintah ingin ‘berlari’ menuju penggunaan mobil listrik," ungkap Frans.
Dalam upaya mendukung ekosistem mobil listrik, Hyundai telah mempersiapkan lebih dari 600 titik lokasi pengisian di seluruh Indonesia. Perusahaan juga menjalin kerjasama dengan PLN untuk meningkatkan jumlah tersebut menjadi lebih dari 1.000 titik. "Dengan kata lain, setiap 1 km di Pulau Jawa, Hyundai memiliki 1 titik lokasi pengisian," tambah Frans, memastikan bahwa pelanggannya tidak perlu khawatir tentang ketersediaan charging station di kawasan padat penduduk seperti Pulau Jawa.
Mulai Agustus 2024, Hyundai akan membatasi penggunaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) untuk merek lain, dengan tujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi pengguna mobil listrik Hyundai. Produk andalan mereka, seperti Ioniq 5, Ioniq 6, Ioniq EV, dan Kona EV, direncanakan akan semakin memperkuat posisi Hyundai di pasar otomotif Indonesia yang semakin beralih ke mobil listrik.
Hyundai juga menjalankan proyek besar dengan konsorsium Hyundai dan LG Energy untuk membangun pabrik ekosistem baterai mobil listrik di Cikarang dan Karawang, Jawa Barat. Fasilitas pertama yang beroperasi adalah milik PT HKML Battery, dengan total investasi mencapai US$1,1 miliar (setara Rp15,6 triliun), yang memiliki kapasitas produksi sel baterai mencapai 10 GWh per tahun. Selain itu, sebuah fasilitas packing battery juga dibangun di Cikarang, dengan investasi sebesar US$60 juta (sekitar Rp900 miliar).
Di sisi lain, memastikan tidak akan ada insentif tambahan bagi industri otomotif, termasuk untuk kendaraan hibrida, menjadi langkah yang signifikan dari pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa meskipun ada harapan akan kebijakan baru dari beberapa pihak, pemerintah akan tetap melanjutkan kebijakan yang sudah ada. "Tentu kalau untuk otomotif kebijakan sudah dikeluarkan, jadi tidak ada perubahan kebijakan tambahan lain," tegasnya dalam konferensi pers di Jakarta Pusat pada 5 Agustus 2024.
Keputusan pemerintah ini, tanpa ragu, merupakan tanda bahwa fokus industri otomotif di Indonesia telah bergeser ke arah elektrifikasi penuh. Dalam konteks ini, Hyundai tampaknya siap untuk menyambut peluang pasar dengan cepat berinvestasi di infrastruktur dan teknologi untuk mendukung transisi menuju kendaraan listrik. Hal ini juga berpotensi membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian lokal dengan adanya pabrik dan fasilitas baru.
Dengan semangat untuk menjadi salah satu pemain utama dalam industri kendaraan listrik, Hyundai berencana untuk terus menambah model kendaraan listriknya, menyadari bahwa tren global adalah bergerak ke arah penggunaan kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan investasi yang solid, Hyundai berpotensi menjadi pemimpin dalam sektor mobil listrik di Indonesia, yang sangat penting dalam mendukung usaha nasional untuk mengurangi emisi karbon.
Frans juga menambahkan bahwa dengan semua langkah ini, Hyundai bukan hanya ingin menjadi pelopor dalam segmen mobil listrik, tetapi juga berkomitmen terhadap pengembangan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan pasar kendaraan listrik di masa mendatang. "Kami bersiap untuk tancap gas, mengikuti arahan pemerintah agar penjualan mobil listrik di Indonesia meningkat," ujarnya menutup penjelasannya.
Situasi saat ini menunjukkan bahwa industri otomotif Indonesia berada di ambang perubahan besar, di saat pemerintah konsisten dalam kebijakan untuk mendorong kendaraan listrik sebagai bagian dari strategi pengembangan berkelanjutan. Dengan keadaan ini, Hyundai dianggap berada di jalur yang tepat untuk memperkuat posisinya dalam industri otomotif nasional, terutama dalam era kendaraan listrik yang semakin mendominasi.