Harga minyak dunia mengalami penurunan yang signifikan pada perdagangan Senin (Selasa WIB), dengan harga minyak mentah Brent ditutup pada USD77,66 per barel, menurun USD2,02 atau sekitar 2,5 persen. Penurunan ini sejalan dengan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat yang juga mengalami penurunan sebesar USD2,28, atau 3,0 persen, sehingga harganya mencapai USD74,37 per barel. Penurunan harga minyak ini diakibatkan oleh beberapa faktor, termasuk prospek keberhasilan perundingan damai di Timur Tengah dan melemahnya ekonomi Tiongkok sebagai negara importir utama minyak dunia.
Faktor Perundingan Damai di Timur Tengah
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga minyak adalah harapan terhadap perundingan damai terkait konflik di Timur Tengah. Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, menyatakan bahwa pasar menghadapi tekanan karena ekspektasi yang tinggi mengenai kesepakatan gencatan senjata. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, juga menyampaikan bahwa dorongan diplomatik terbaru dari Washington untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza mungkin merupakan kesempatan terakhir. Dalam pernyataannya, Blinken meminta semua pemangku kepentingan untuk menyelesaikan kesepakatan tersebut.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan kembali komitmen Israel terhadap usulan terbaru Amerika Serikat mengenai pembebasan sandera dengan mempertimbangkan kebutuhan keamanan Israel. Hal ini menunjukkan bahwa stabilisasi dan penyelesaian konflik di wilayah tersebut dapat menjadi faktor penentu dalam harga minyak dunia.
Dampak Ekonomi Tiongkok
Di sisi lain, masalah ekonomi Tiongkok turut memengaruhi penurunan harga minyak. Data terbaru menunjukkan bahwa harga rumah baru di negara tersebut turun pada laju tercepat dalam sembilan tahun terakhir. Selain itu, kilang minyak di Tiongkok juga telah memangkas tajam laju pemrosesan minyak mentah bulan lalu sebagai respons terhadap melemahnya permintaan bahan bakar. Kekhawatiran tentang permintaan yang lambat di Tiongkok telah membuat investor cenderung melakukan aksi jual, seperti yang dikatakan Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading.
Ketidakpastian terhadap pertumbuhan permintaan minyak dari Tiongkok, yang merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, menjadi kekhawatiran tersendiri. Investor semakin meredakan ekspektasi pertumbuhan permintaan, yang pada gilirannya membuat harga minyak semakin tertekan.
Proyeksi Pemotongan Suku Bunga
Meskipun terdapat risiko pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah dan meningkatnya konflik antara Rusia dan Ukraina, sentimen pasar terhadap harga minyak saat ini menunjukkan lebih banyak perhatian terhadap proyeksi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Mayoritas ekonom memperkirakan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin di masing-masing dari tiga pertemuan yang tersisa tahun ini. Jika proyeksi ini terwujud, hal tersebut dapat mendorong aktivitas ekonomi di AS, yang merupakan negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung pemulihan permintaan minyak. Meskipun belum ada kepastian terkait pemotongan suku bunga ini, harapan akan kebijakan moneter akomodatif menjadi salah satu faktor yang berpotensi memberikan dukungan bagi harga minyak di masa mendatang.
Kesimpulan Penurunan Harga Minyak
Secara keseluruhan, harga minyak dunia mengalami penurunan yang jelas seiring dengan perkembangan-perkembangan di arena internasional. Prospek suksesnya perundingan damai di Timur Tengah, serta dampak dari pelemahan ekonomi Tiongkok, turut menjadi faktor penting yang mempengaruhi pasar minyak global. Investor akan terus memantau situasi ini, terutama dalam konteks risiko pasokan yang masih ada dan proyeksi kebijakan moneter di AS. Tantangan dalam permintaan minyak, terutama dari Tiongkok, tetap menjadi perhatian utama yang mungkin akan terus memengaruhi pergerakan harga minyak dalam waktu dekat.