Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mempertimbangkan untuk membentuk komite ahli guna menilai apakah wabah mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, perlu dinyatakan sebagai keadaan darurat internasional. Dalam pernyataannya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan pentingnya meningkatkan respons terhadap wabah ini, terutama mengingat jenis virus mpox yang lebih mematikan kini menyebar di sejumlah negara di Afrika. WHO bersama Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) berupaya menekan penularan penyakit ini dengan berbagai langkah yang lebih terintegrasi.
Tedros mengingatkan bahwa untuk memastikan respons yang komprehensif, diperlukan lebih banyak pendanaan dan dukungan. "Saya sedang mempertimbangkan untuk membentuk komite darurat Peraturan Kesehatan Internasional untuk memberikan saran terkait status darurat kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia terkait mpox," ungkapnya, mengutip dari The Straits Times.
Mpox adalah infeksi yang disebabkan oleh virus Monkeypox (MPXV), yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dan keluarga Poxviridae, yang memiliki kesamaan dengan virus penyebab cacar. Penyakit ini bersifat zoonosis, menular dari hewan ke manusia, dan sering kali gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan cacar. Pertama kali ditemukan di Denmark pada tahun 1958 ketika terjadi wabah mirip cacar pada koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, cacar monyet telah meluas sejak kasus pertama pada manusia dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.
Seiring berjalannya waktu, cacar monyet mulai dilaporkan di luar Afrika, termasuk di negara-negara seperti Amerika Serikat, Israel, Singapura, dan Inggris, yang biasanya terkait dengan perjalanan internasional atau impor hewan. Penularan virus ini dapat terjadi melalui kontak dengan hewan terinfeksi, terutama monyet dan hewan pengerat, serta melalui kontak kulit-ke-kulit dengan orang yang memiliki lesi akibat virus. Masa inkubasi virus monkeypox berkisar antara 6 hingga 16 hari, tetapi bisa juga lebih lama.
Metode penularan cacar monyet meliputi:
- Kontak langsung melalui cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi.
- Konsumsi daging hewan liar yang terinfeksi.
- Kontak dengan benda yang terkontaminasi.
- Virus dapat masuk melalui luka terbuka, saluran pernapasan, atau selaput lendir.
- Penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi, serta kontak tidak langsung dengan bahan lesi.
Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar, namun umumnya lebih ringan. Gejala awal yang dapat muncul meliputi demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, serta perasaan cold shivers dan kelelahan. Fase erupsi, yang ditandai dengan munculnya ruam atau lesi pada kulit, biasanya terjadi satu hingga tiga hari setelah gejala awal. Ruam ini biasanya dimulai dari wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Meskipun cacar monyet dapat sembuh dengan sendirinya, pengobatan yang spesifik belum tersedia, sehingga penanganan saat ini lebih bersifat simptomatis dan suportif. Diagnosis cacar monyet dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium untuk memastikan keberadaan virus.
Pencegahan cacar monyet meliputi:
- Menghindari kontak langsung dengan hewan yang mungkin membawa virus.
- Menghindari kontak fisik dengan individu yang terinfeksi atau barang terkontaminasi.
- Membatasi konsumsi daging hewan liar yang berpotensi terinfeksi.
- Menjaga kebersihan tangan secara optimal.
- Penggunaan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien juga dianjurkan.
Meskipun hingga saat ini kasus cacar monyet belum terdeteksi di Indonesia, kewaspadaan dan tindakan pencegahan tetap menjadi hal yang penting. Hal ini terutama berlaku bagi anak-anak yang lebih rentan terhadap penyakit ini. Dengan memperhatikan bahwa populasi yang lebih muda cenderung lebih berisiko, langkah-langkah pencegahan yang efektif sangat dibutuhkan, termasuk membatasi kontak dengan hewan liar dan menjaga kebersihan serta kesehatan.
Selain itu, pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gejala dan penularan cacar monyet tidak dapat dipandang sebelah mata. Pendidikan kesehatan yang memadai dapat membantu masyarakat melakukan tindakan pencegahan yang tepat dan mengurangi risiko penularan. Para ahli kesehatan masyarakat juga mendorong kolaborasi internasional dalam penguatan surveilans penyakit guna mendeteksi dan merespons setiap kemungkinan kasus dengan cepat.
Dengan berbagai langkah tersebut, diharapkan wabah mpox ini dapat dikelola dengan lebih baik, mencegah penyebaran dan melindungi kesehatan masyarakat secara global. Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan organisasi kesehatan, sangat diperlukan untuk mengantisipasi dan mengatasi wabah ini secara efektif dan efisien.