Perang dingin antara dua selebriti, Azizah Salsha dan Rachel Vennya, kembali menghebohkan publik. Saat ketegangan antara mereka terus berlanjut, Azizah Salsha diduga menyindir Rachel Vennya dengan menyinggung tentang Narsistik Personality Disorder (NPD). Dalam sebuah unggahan di media sosial, sosok yang dianggap sebagai Azizah mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap permintaan maaf yang dianggap tidak cukup. Dia menulis, “Dia pikir gue bikin kasus kabur karantina kali ya harus minta maaf di public, udah minta maaf secara personal kalo masih belum cukup juga ya udah bukk mau apalagi gitu loh.”
Meski dalam unggahan tersebut tidak ada nama Rachel Vennya yang disebutkan, banyak warganet yang berasumsi bahwa sindiran tersebut secara langsung merujuk pada mantan istri Okin itu. “Terus disuruh minta maaf atas kegaduhan? Lah lo yg bikin gaduh bukk kegaduhan. NPD kah dia?” ungkapnya dalam cuitan yang memicu banyak perbincangan di internet. Sindiran ini muncul di tengah laporan tentang konflik mereka yang terjadi setelah Rachel pernah kabur dari karantina.
Apa itu NPD? Narsistik Personality Disorder, atau NPD, merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan pola perilaku dan cara berpikir yang membuat penderitanya berusaha menjadi pusat perhatian. Individu dengan NPD sering merasa mereka lebih unggul dibandingkan orang lain dan memiliki hak atas perlakuan istimewa. Mereka memiliki kecenderungan untuk mencari perhatian dan pengakuan, serta merasa sangat terluka jika perhatian yang mereka harapkan tidak diperoleh.
Salah satu aspek yang paling mencolok dari individu dengan NPD adalah kurangnya empati. Mereka mengalami kesulitan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain, yang dapat membuat mereka terlihat dingin atau tidak peka. Meski sering muncul percaya diri, di dalam diri mereka, rasa ketidakamanan dan kerentanan sering kali mempengaruhi perilakunya. Ketidakmampuan untuk merasakan empati menjadi salah satu ciri utama yang membedakan mereka dari individu dengan kepribadian yang lebih sehat.
Ciri-ciri NPD mencakup sejumlah perilaku yang khas. Pertama, mereka sering kali memiliki pandangan yang sangat tinggi tentang diri sendiri dan menganggap diri mereka lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Selain itu, mereka juga cenderung mencari perhatian dan pujian secara berlebihan, dan selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri.
Orang dengan NPD juga sering kali memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi, tanpa mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain. Salah satu indikasi lain dari NPD adalah sifat cemburu yang sering muncul, di mana mereka cenderung merasa iri terhadap kesuksesan orang lain dan beranggapan bahwa orang lain juga merasa cemburu terhadap mereka.
Selain itu, individu dengan NPD biasanya menganggap diri mereka istimewa dan percaya bahwa mereka unik, sehingga hanya bisa dipahami oleh orang-orang tertentu atau kelompok elit. Hal ini membuat mereka cenderung mencari interaksi dengan orang yang mereka anggap sepadan dan mengabaikan orang-orang di luar lingkaran tersebut.
Ketegangan antara Azizah Salsha dan Rachel Vennya bukan hanya sekadar konflik personal, tetapi juga menyentuh aspek psikologis seperti NPD. Ketika seseorang menyebutkan gangguan kepribadian ini dalam konteks perdebatan atau konflik, penting untuk menyadari bahwa NPD adalah kondisi klinis yang kompleks yang bisa berdampak pada kualitas hidup penderitanya.
Sebagaimana diketahui, konflik di media sosial dapat memperburuk masalah kesehatan mental. Baik Rachel maupun Azizah, sebagai figur publik, dapat mengalami dampak dari ketahanan mental yang otot-ototnya bisa dipicu dengan cepat melalui komentar negatif dan penilaian publik. Dalam kasus mereka, istilah NPD menjadi alat untuk menyerang kualitas personal yang bersangkutan, dan hal ini menimbulkan pertanyaan lebih luas tentang bagaimana kita memahami dan mengevaluasi kesehatan mental seseorang di era digital yang sangat terkoneksi.
Dengan meningkatnya kesadaran tentang kesehatan mental, penting bagi masyarakat untuk lebih memahami bahwa label dan diagnosis tidak bisa hanya dilontarkan sembarangan. Figur publik sering kali berada di bawah sorotan kamera, dan pernyataan yang tampaknya santai atau candaan bisa memiliki resonansi yang lebih dalam daripada yang mereka inginkan.
Dalam media sosial, di mana informasi disebarluaskan dengan sangat cepat, efek domino dari bentrokan antarpersonal dapat menyebabkan konsekuensi yang serius bagi kesehatan mental individu. Hal ini juga memperlihatkan betapa pentingnya untuk bertindak dengan hati-hati saat berbicara tentang gangguan mental, baik secara langsung maupun dalam konteks sindiran.
Konflik antara Azizah dan Rachel menunjukkan bagaimana dinamika sosial dapat memengaruhi persepsi publik terhadap kesehatan mental. Dengan pengetahuan yang lebih luas tentang kondisi seperti NPD, diharapkan masyarakat dapat lebih berempati dan menjauh dari stigma yang berpotensi merugikan.
Dalam era di mana media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, pemahami terhadap kesehatan mental, termasuk gangguan seperti NPD, menjadi lebih dari sekadar pengetahuan — ini adalah landasan untuk membangun komunikasi yang lebih sehat dan saling menghormati antarpersonal di tengah arus informasi yang deras.