Sains

Menelusuri Mesin Apollo 11: Seberapa Kuat Sebenarnya Mereka?

Apollo 11 adalah momen bersejarah dalam penjelajahan luar angkasa yang mengubah pandangan umat manusia terhadap luar angkasa. Untuk dapat mencapai bulan dan membawa pulang tiga astronot, kendaraan peluncur yang digunakan, Saturn V, merupakan salah satu inovasi teknologi terhebat pada masanya. SATURN V: ROCKET TERKUAT DI DUNIA. Hingga saat ini, Saturn V masih diakui sebagai roket terkuat yang pernah ada, dengan kemampuan membawa muatan besar melalui level atmosfer yang tinggi. Roket ini memiliki tiga tahap berbeda, masing-masing dilengkapi dengan mesin canggih yang telah dirancang untuk menghasilkan tenaga yang sangat besar.

MESIN PADA TAHAP PERTAMA
Tahap pertama Saturn V, yang dikenal sebagai S-IC, dilengkapi dengan lima mesin Rocketdyne F-1 yang merupakan jantung dari peluncuran roket ini. Mesin ini menggunakan campuran bahan bakar RP-1 dan oksigen cair untuk membakar propellant dengan tenaga maksimal. Dengan tinggi mencapai 138 kaki dan diameter 33 kaki, tahap ini mampu menghasilkan total dorongan mencapai 7,5 juta pon — jumlah yang luar biasa untuk mengatasi tarikan gravitasi bumi. Selama 168 detik, tahap ini meloncatkan Saturn V ke langit dengan kecepatan luar biasa 7.500 kaki per detik, atau sekitar Mach 6.72. Pembuangan bahan bakar dalam tahap ini cukup masif, dengan laju konsumsi mencapai 42.500 galon per menit. Setelah menyelesaikan tugasnya, tahap pertama ini akan terlepas dan jatuh kembali ke lautan Atlantik.

TAHAP KEDUA YANG KAMERA
Setelah tahap pertama selesai, tahap kedua yang dikenal sebagai S-II mengambil alih pengendalian. Dikenakan dengan lima mesin Rocketdyne J-2, tahap ini berfungsi untuk meneruskan perjalanan ke luar atmosfer bumi. Berbeda dari tahap pertama yang menggunakan bahan bakar berbasis kerosena, tahap kedua ini menggunakan hidrogen cair dan oksigen cair. Dengan tinggi 81,6 kaki dan diameter yang sama sebesar 33 kaki, tahap ini mendorong Saturn V ke kecepatan 15.300 mph dan meloncatkan roket hingga ketinggian 114,5 mil. Durasi pembakaran mesin pada tahap ini lebih lama, mencapai 395 detik hingga akhirnya terpisah dari tahap ketiga.

TAHAP KETIGA: CUKUP DENGAN SATU MESIN
Tahap ketiga S-IVB berfungsi untuk memfokuskan sebagian besar tenaga melawan gravitasi bulan. Berbeda dengan dua tahap sebelumnya, tahap ini hanya memiliki satu mesin J-2. Dikenakan campuran bahan bakar yang sama dengan tahap pertama, tahap ketiga memiliki tinggi 58,4 kaki dan diameter sekitar 21,7 kaki. Tukang roket ini menjalani dua kali pembakaran; pertama saat masih di orbit Bumi, dan kedua saat harus mendorong pesawat menuju bulan. Sebagian besar dari tahap ketiga akhirnya mengarah ke bulan, dengan beberapa bagian berhasil berfungsi selama bertahun-tahun hingga kini masih menjadi bagian dari luar angkasa.

PERAN CRUCIAL MESIN DALAM MISI APOLLO 11
Dengan mengandalkan 11 mesin J-2 dan sistim penggerak yang dirancang untuk keberhasilan perjalanan, Apollo 11 tidak hanya membuat sejarah tetapi berkontribusi besar terhadap pemahaman kita tentang luar angkasa. Mesin-mesin ini tidak hanya mendukung peluncuran dari Bumi, tetapi juga memfasilitasi pengembalian astronot ke posisi orbit sebelum melanjutkan kembali ke rumah, suatu prestasi yang tak terbayangkan sebelumnya.

Melalui kehandalan desain dan kekuatan mesin-mesin ini, Apollo 11 berhasil membawa tiga astronot — Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins — yaitu untuk misi bersejarah mendarat di bulan pada 20 Juli 1969. Sejak saat itu, pencapaian ini terus menginspirasi generasi baru untuk menjelajahi dan memahami lebih dalam tentang luar angkasa. Saturn V mengukuhkan posisinya tidak hanya sebagai kendaraan peluncur, tetapi juga sebagai simbol keberanian, inovasi, dan tekad manusia untuk menjelajahi hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button