Belakangan ini, isu mengenai maltodextrin dan dampaknya terhadap kesehatan anak kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Banyak yang menyatakan bahwa keberadaan maltodextrin dalam susu formula dapat meningkatkan risiko diabetes dan masalah kesehatan lainnya. Namun, informasi ini tidak sepenuhnya benar. Menurut Dr. Rosyanne Kushardina S.Gz Msi., seorang pakar gizi dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, maltodextrin merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang telah dinyatakan aman dan terbuat dari sumber alami.
Maltodextrin, seperti yang dijelaskan Dr. Rosyanne, adalah bahan makanan tambahan yang sering digunakan dalam industri pangan, termasuk susu formula. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia juga mengatur penggunaan bahan tambahan pangan dengan kebijakan yang jelas, termasuk BPOM No. 11 Tahun 2019 yang mengatur penggunaan dan keamanan bahan pangan. “BTP ditambahkan dengan tujuan teknologi, baik untuk meningkatkan rasa maupun tekstur produk,” jelasnya.
Penting untuk dicatat bahwa maltodextrin tidak hadir secara alami dalam makanan. Sebaliknya, ia dihasilkan melalui proses hidrolisis pati yang berasal dari sumber karbohidrat seperti jagung, serealia, dan umbi-umbian. Dr. Rosyanne menerangkan bahwa maltodextrin memiliki nilai dextrose equivalent (DE) yang bervariasi, yaitu antara 3 hingga 19, yang menunjukkan tingkat kemanisannya yang rendah. Maltodextrin bukanlah gula tambahan yang berisiko tinggi bagi kesehatan anak, melainkan digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pengganti laktosa pada produk susu bagi mereka yang intoleransi.
Sementara itu, Dr. Yoga Devarea Sp.A(K), seorang dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan metabolik dari FKUI, menegaskan pentingnya memahami fungsi gula secara umum. “Gula adalah sumber karbohidrat yang esensial untuk energi,” ujarnya. Gula, termasuk maltodextrin, berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kalori, yang mendukung pertumbuhan anak. Namun, penting juga untuk memperhatikan jumlah asupannya. WHO merekomendasikan agar asupan gula tambahan tidak melebihi 10% dari total kalori, dengan saran yang lebih baik di bawah 5%.
Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa maltodextrin menyebabkan peningkatan gula darah yang signifikan atau berisiko terhadap kesehatan ginjal anak. Dr. Yoga menyebutkan bahwa gagal ginjal pada anak lebih sering disebabkan oleh kelainan bawaan daripada konsumsi gula dari makanan. Penyakit ini lebih umum terjadi pada individu dewasa. Meski demikian, konsumsi gula yang berlebihan tetap perlu diwaspadai, karena dapat mengarah pada masalah kesehatan kronis dalam jangka panjang.
Bagi orang tua, menjadi krusial untuk memahami label nutrisi pada produk susu untuk anak. “Yang harus dicermati adalah kandungan gula tambahan seperti sukrosa, bukan kadar gula total,” kata Dr. Yoga. Laktosa, gula alami yang terdapat dalam susu, juga memiliki peranan khusus dalam perkembangan otak anak, terutama pada ASI yang memiliki kadar laktosa yang tinggi.
Lebih lanjut, Dr. Rosyanne menambahkan bahwa maltodextrin sangat umum digunakan dalam berbagai produk pangan, tidak hanya dalam makanan manis tetapi juga dalam produk asin seperti kaldu. Keterlibatan maltodextrin dalam makanan bergizi untuk anak-anak harus dilihat dalam konteks keamanan yang telah teruji. Misalnya, di berbagai negara, panggunaan maltodextrin telah disetujui oleh lembaga kesehatan seperti FDA dan Codex, yang menilai maltodextrin sebagai bahan yang aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan berbagai studi terbaru, maltodextrin juga diketahui memiliki manfaat kesehatan, terutama dalam mendukung mikrobiota usus. Maltodextrin resistan dapat difermentasi menjadi asam lemak rantai pendek (SCFA) yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan. Ini menunjukkan bahwa selain proses pembuatan susu yang aman, maltodextrin bisa berkontribusi positif terhadap kesehatan usus.
Kesadaran orang tua dalam memilih makanan yang tepat untuk anak, termasuk produk susu, adalah sangat penting. Penggunaan maltodextrin dalam susu formula ternyata bukanlah sebuah bahaya, melainkan sebuah inovasi dalam pemenuhan gizi anak. Sebagai bahan tambahan yang sah, maltodextrin membantu dalam mempertahankan sifat-sifat dari produk susu tanpa memberikan efek negatif yang signifikan asalkan digunakan sesuai dengan regulasi dan dalam jumlah yang tepat.
Dalam menghadapi desas-desus mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh gula dan bahan tambahan makanan, penting untuk merujuk pada informasi yang valid dan berdasarkan bukti ilmiah. Dengan memahami berbagai aspek mengenai maltodextrin dan konsumsi gula, orang tua dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk asupan gizi anak mereka, mempertimbangkan baik manfaat maupun potensi risiko yang ada. Pakan yang seimbang dan cukup gizi akan membantu memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal sambil menghindari risiko kesehatan jangka panjang.