Marthino Lio, aktor asal Indonesia, baru-baru ini mengungkapkan kebahagiaannya saat terlibat dalam film horor berjudul Dosa Musyrik. Dalam film yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu tersebut, Marthino memerankan karakter Nugie, seorang pemuda yang terjerat utang akibat tekanan untuk membiayai keluarganya. Masalah utang yang menekan ini bukan hanya membebani mentalnya, tetapi juga mengantarkannya pada tindakan yang disebut sebagai dosa musyrik.
Film Dosa Musyrik menyuguhkan lebih dari sekadar elemen horor biasa. Hadrah Daeng Ratu menjelaskan bahwa film ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku berbahaya yang dilakukann seorang manusia ketika ia terjerat dalam tingkah laku yang dilarang agama. Musyrik, yang berarti berkecil hati kepada makhluk selain Tuhan, menjadi tema sentral yang menyelimuti alur cerita. Dalam wawancaranya, Hadrah menekankan bahwa film ini bukan hanya sekadar menampilkan sosok setan atau jin, tetapi menggambarkan perjalanan karakter yang berusaha mencari jalan pintas untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti kesembuhan, rezeki, dan kekuasaan, melalui cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai keyakinan.
Nugie, yang diperankan oleh Marthino, menghadapi situasi sulit ketika ibunya jatuh sakit parah. Terdesak oleh rasa cinta dan tanggung jawab, ia membawa ibunya ke dukun sakti bernama Mbah Narto. Dalam pencariannya untuk menyembuhkan ibunya, Nugie ternyata terjebak dalam godaan akan kekayaan dan kekuatan yang ditawarkan oleh dukun tersebut. Dia dipikat oleh harta Mbah Narto, dan malangnya, apa yang ia dapatkan bukanlah uang, melainkan keris keramat yang mengikatnya pada teror yang tak terduga.
Setelah mendapatkan keris tersebut, Nugie mendapati dirinya dihantui oleh Ni Larapati, sosok yang menakutkan dan membawa malapetaka bagi sekitarnya. Teror yang dialami Nugie tidak hanya mengancam dirinya, tetapi juga orang-orang terdekat yang mulai menjadi korban. Dalam konteks film horor, kehadiran Ni Larapati menjadi puncak dari ketegangan yang tercipta akibat pilihan-pilihan yang diambil Nugie.
Marthino juga mengungkapkan alasan mengapa ia tertarik untuk terlibat dalam film ini. Kesempatan untuk beradu akting dengan istrinya, Delia Husein, menjadi salah satu faktor utama yang membuatnya antusias. Hal ini menunjukkan bahwa sinergi antara kehidupan pribadi dan profesional bisa menghasilkan karya yang menarik dan bermakna.
Film Dosa Musyrik berupaya untuk menyampaikan pesan moral yang dalam di balik cerita yang menegangkan. Seperti yang dikatakan Hadrah, perilaku musyrik akan mendatangkan konsekuensi yang berat, memperlihatkan bahwa tindakan seseorang tidak hanya berdampak pada dirinya, tetapi juga memengaruhi orang-orang di sekitarnya. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan kondisi etika dan moral yang seharusnya dipegang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Film ini direncanakan tayang di bioskop mulai 31 Oktober 2024, dan Marthino bersyukur bisa terlibat dalam proyek yang membawa tema yang serius meskipun dikemas dalam genre horor. Penonton diharapkan akan memperoleh pengalaman yang tak hanya menakutkan, tetapi juga mengedukasi. Dosa Musyrik menjadi contoh bagaimana film dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan yang kompleks, sekaligus menghibur.
Kehadiran aktor-aktor muda seperti Marthino Lio di industri perfilman Indonesia diharapkan dapat menarik lebih banyak perhatian dan memberikan nuansa baru pada film-film yang ada. Marthino yang dikenal dengan kemampuan aktingnya yang mumpuni, kali ini menantang dirinya untuk beradaptasi dengan karakter yang berada di ujung batas moral dan spiritual.
Lewat film ini, penonton diajak untuk berhadapan dengan pertanyaan mendalam mengenai eksistensi, pilihan hidup, serta akibat dari tindakan yang mungkin tampak sepele namun dapat berujung pada kehampaan. Dosa Musyrik bukan hanya sekedar tontonan; ia adalah refleksi dari perjalanan hidup yang kerap kali dihadapi setiap individu yang terbelit masalah dan godaan duniawi.
Film ini merupakan kontribusi terbaru bagi sinema Indonesia yang terus berkembang, menampilkan tidak hanya elemen visual yang menarik tetapi juga narasi yang berbobot dan dapat menggugah pemikiran. Penonton kini tinggal menunggu dengan antusias, bagaimana Marthino bersama timnya akan mengeksekusi tema berat ini dalam bentuk karya audio-visual yang menarik dan mengesankan.