Israel pada Kamis, 10 Oktober 2024, melakukan serangan yang menargetkan tiga pangkalan UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) di Lebanon selatan. Kejadian ini berlangsung di Naqura, yang merupakan lokasi pusat operasi misi perdamaian PBB di daerah tersebut. Akibat serangan ini, setidaknya dua pasukan penjaga perdamaian PBB mengalami luka-luka, dengan informasi awal menyebutkan bahwa kedua pasukan tersebut merupakan anggota dari Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Serangan yang Ditargetkan
Berdasarkan laporan sumber intelijen militer Lebanon, serangan yang dilakukan oleh Angkatan Pertahanan Israel (IDF) bertujuan untuk menembaki salah satu pangkalan Italia yang berada di sepanjang garis demarkasi antara Israel dan Lebanon. Salah satu lokasi yang menjadi sasaran adalah pangkalan UNP 1-31, yang terletak di bukit Laboune, di mana tanggung jawab operasionalnya diemban oleh kontingen Italia yang terdiri dari sekitar 1.000 personel. Dari serangan yang diluncurkan, tampak bahwa Israel menggunakan tembakan artileri yang ditujukan langsung ke bunker yang berfungsi melindungi tentara Italia.
Sumber-sumber lokal mengungkapkan bahwa serangan ini terjadi setelah pesawat nirawak Israel melakukan pengintaian di area pangkalan. Akibat serangan itu, komunikasi antara pangkalan dan komando UNIFIL yang berbasis di Naqura juga dilaporkan mengalami kerusakan, mempersulit koordinasi di lapangan.
Dua Pasukan TNI Terluka
Dua pasukan penjaga perdamaian yang terluka di Naqura diyakini adalah warga negara Indonesia, menurut sumber keamanan yang memberikan informasi kepada media ANSA. Kedua pasukan tersebut mengalami luka akibat tembakan yang diarahkan ke menara observasi di pangkalan mereka. Meskipun begitu, sumber medis setempat memastikan bahwa kondisi mereka tidak serius, dan mereka mendapat perawatan yang diperlukan.
Sementara itu, tidak ada laporan mengenai korban di kalangan personel militer Italia yang terlibat dalam misi tersebut. Namun, beberapa kamera yang dipasang di dua pos terdepan Italia di pangkalan UNIFIL dilaporkan rusak terkena serangan artileri Israel.
Latar Belakang UNIFIL
UNIFIL merupakan misi perdamaian PBB yang dibentuk pada 19 Maret 1978 yang bertujuan untuk memastikan keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut, terutama setelah konflik antara Israel dan pihak-pihak bersenjata di Lebanon. Didirikan untuk melaksanakan beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB, misi ini mendapatkan mandat untuk memverifikasi demiliterisasi Hizbullah, mendukung operasi militer Lebanon melawan berbagai kelompok bersenjata, serta memastikan penarikan pasukan Israel dari tanah Lebanon.
Hingga saat ini, terdapat 1.231 pasukan Indonesia yang aktif terlibat dalam misi UNIFIL, sebagai bagian dari upaya global dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayah konflik.
Reaksi Internasional
Peristiwa yang terjadi di Naqura ini diperkirakan akan mendapatkan perhatian dari komunitas internasional, terutama mengingat pentingnya peran UNIFIL dalam menjaga perdamaian di kawasan yang rawan konflik. Menteri Pertahanan Indonesia dan pihak Kementerian Luar Negeri kemungkinan akan memberikan pernyataan terkait kejadian ini, sebagai bentuk respons dan kepedulian terhadap keselamatan anggotanya yang bertugas di lokasi tersebut.
Dampak Terhadap Operasi UNIFIL
Serangan ini tidak hanya menimbulkan dampak bagi pasukan yang langsung terlibat, tetapi juga bisa berpengaruh besar terhadap operasi UNIFIL secara keseluruhan. Kerusakan pada sistem komunikasi dan infrastruktur pangkalan dapat menghambat efektivitas misi dalam melaksanakan tugasnya untuk menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan. Hal ini juga dapat mempengaruhi hubungan antara UNIFIL, pemerintah Lebanon, dan Israel, yang dapat memicu ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut.
Simpulan Sementara
Walau belum ada keterangan resmi dari pemerintah Israel, serangan ini menambah daftar panjang ketegangan yang terjadi antara Israel dan Lebanon. Kejadian ini menunjukkan kompleksitas situasi yang dihadapi oleh pasukan perdamaian PBB di lapangan dan menggarisbawahi pentingnya verifikasi dan komunikasi yang efektif dalam melaksanakan misi perdamaian di daerah konflik. Rekaman dan investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak dari insiden ini dan menentukan langkah-langkah selanjutnya bagi UNIFIL serta pihak terkait lainnya.