Pasar kendaraan bekas di Indonesia saat ini masih didominasi oleh kendaraan bermesin bakar dan hybrid. Menurut Agustinus, seorang perwakilan dari Focus Motor, meskipun popularitas mobil listrik bekas mulai meningkat, jual beli unit tersebut belum mencapai angka yang signifikan. “Permintaan mobil listrik bekas ada, dan banyak yang menjualnya, tetapi dibandingkan dengan mobil bermesin bakar, penjualannya belum seimbang. Mobil bermesin bakar telah menguasai pasar ini selama bertahun-tahun, sedangkan mobil listrik baru muncul beberapa tahun terakhir,” imbuh Agus.
Di antara kendaraan listrik yang beredar di pasar bekas, Hyundai Ioniq 5 menjadi salah satu model yang paling banyak dijumpai. Agus mencatat bahwa meskipun jumlahnya masih sedikit, keberadaan mobil listrik di segmen ini mulai tampak. Namun, ia juga menyoroti masalah lain yang dihadapi oleh konsumen yang ingin membeli mobil listrik bekas, yaitu sikap perusahaan leasing. Banyak dari mereka yang masih ragu untuk memberikan pembiayaan untuk mobil listrik bekas, sebuah kondisi yang mungkin menghambat pertumbuhan pasar ini.
Alasan utama yang disampaikan oleh leasing terkait penolakan pembiayaan adalah belum adanya data yang jelas mengenai ketahanan dan performa mobil listrik setelah lima hingga sepuluh tahun digunakan. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi perusahaan pembiayaan, yang mempertimbangkan risiko saat memutuskan untuk memberikan kredit. “Mobil listrik harus terbukti dapat bertahan dan tetap berfungsi dengan baik di masa depan, agar kami bisa yakin dalam memberikan pembiayaan,” kata Agus.
Kendati demikian, Agustinus pada prinsipnya percaya bahwa pasar kendaraan listrik bekas akan berkembang seiring dengan waktu. Ia menjelaskan bahwa jika mobil listrik terbukti kuat dan tidak mengalami penurunan performa yang signifikan setelah digunakan beberapa tahun, hal ini akan memberikan dampak positif pada kepercayaan konsumen dan leasing dalam segmen tersebut. “Sebenarnya, ini tinggal masalah waktu dan buktinya. Jika mobil listrik terbukti dapat bertahan lama dan efektif, maka resistansi dari leasing juga akan berkurang,” tambahnya.
Agustinus mengungkapkan bahwa saat ini, dari estimasi yang mereka lakukan, jumlah kendaraan listrik bekas masih belum mencapai 10 persen dari total kendaraan bekas yang beredar. Ia juga mencatat bahwa banyak pengguna mobil listrik saat ini masih dalam tahap euforia, khususnya di daerah Jakarta. “Pengguna mendapatkan banyak kemudahan, seperti akses yang lebih baik di dalam kota, sehingga mereka merasa lebih nyaman menggunakan mobil listrik,” ungkapnya.
Dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan dan perlunya beralih ke kendaraan ramah lingkungan, potensi pasar mobil listrik tampak menjanjikan. Namun, kesulitan dalam hal pembiayaan dan probabilitas penurunan nilai jual kembali menjadi pertimbangan bagi banyak pembeli. Hal ini menjadikan situasi di pasar kendaraan bekas tidak sepenuhnya mendukung pertumbuhan mobil listrik.
Melihat ke depan, keterlibatan lembaga keuangan dalam mengembangkan skema pembiayaan yang nyaman dan menarik untuk mobil listrik bekas dapat menjadi langkah kunci dalam meningkatkan minat. Inovasi dalam produk pembiayaan akan membantu menurunkan kekhawatiran di kalangan leasing dan pelanggan.
Agustinus mengingatkan bahwa saat ini ada banyak hal yang masih perlu diperhatikan dalam industri otomotif yang sedang bertransformasi ini. Misalnya, pengembangan infrastruktur pengisian daya untuk mendukung pengguna mobil listrik. Jika infrastruktur ini tidak memadai, maka minat konsumen untuk beralih dari kendaraan konvensional akan tetap terbatas.
Inisiatif yang diambil pemerintah juga diharapkan dapat mempercepat proses prefabrikasi kendaraan listrik di Indonesia. Dengan memberikan insentif, serta pembaruan regulasi yang mendukung, diharapkan lebih banyak individu beralih ke kendaraan listrik. Hal ini pada gilirannya akan mendorong peningkatan pasar mobil listrik bekas.
Kesimpulannya, pasar mobil listrik bekas di Indonesia saat ini masih dalam fase perkembangan. Sementara permintaan ada dan beberapa model mulai terlihat, faktor pembiayaan dari leasing menjadi salah satu hambatan utama. Agustinus meyakini bahwa pelan-pelan, dengan bukti dan data yang mendukung, serta dukungan dari berbagai pihak, pasar ini akan berkembang. “Kami dari showroom mobil bekas tetap optimis dan siap membeli mobil listrik bekas asalkan unit tersebut dalam kondisi baik,” tutup Agus.