Kanker payudara menjadi salah satu isu kesehatan yang semakin mendesak di Indonesia. Data dari Globocan pada tahun 2022 mencatat adanya 66.271 kasus baru kanker payudara, yang setara dengan 16,2% dari total kasus kanker baru yang terdiagnosis di negara ini. Angka kematian yang diakibatkan oleh kanker payudara pun sangat mengkhawatirkan, dengan lebih dari 22.598 kematian tercatat akibat penyakit ini. Dalam menghadapi kondisi ini, deteksi dini merupakan kunci yang sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Namun, meski deteksi dini sangat penting, hanya 5% perempuan Indonesia yang mengetahui mengenai pemeriksaan dini kanker payudara seperti metode ultrasonografi (USG) dan mamografi. Hal ini sangat mengkhawatirkan, khususnya ketika ditemukan bahwa sekitar 25% perempuan berusia 40 tahun ke atas yang seharusnya menjalani pemeriksaan rutin tidak melakukannya selama dua tahun terakhir. Situasi ini menjadi semakin rumit di kalangan perempuan dengan penghasilan rendah, di mana hampir 40% dari mereka mengaku belum pernah melakukan mamografi sama sekali.
Menurut Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad (K), spesialis onkologi radiasi, banyak pasien yang datang untuk pengobatan kanker payudara sudah dalam stadium lanjut. Ia menekankan bahwa deteksi dini dapat meningkatkan keberhasilan penanganan kanker payudara hingga 43%, asalkan pasien rutin melakukan deteksi dan menghindari faktor risiko yang dapat memicu kanker. Oleh karena itu, menjalani pemeriksaan pada stadium awal menjadi sangat esensial dalam menentukan pengobatan yang tepat.
Deteksi dini kanker payudara kini termasuk dalam Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Strategi ini terdiri dari tiga pilar utama: promosi kesehatan, deteksi dini, dan tatalaksana kasus. Tercatat bahwa target dari program ini adalah 80% perempuan berusia 30-50 tahun harus menjalani deteksi dini, dengan harapan 40% kasus dapat didiagnosis pada stadium 1 dan 2 serta pasien bisa mendapatkan pengobatan dalam kurun waktu 90 hari setelah diagnosis.
Pentingnya deteksi dini ditegaskan oleh dr. Kardinah, SpRad PRP(K), spesialis radiologi konsultan payudara. Ia menjelaskan bahwa jika kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium dini dan menerima terapi yang tepat, tingkat kesembuhan dapat mencapai 80-90%. Kementerian Kesehatan RI saat ini mengajak masyarakat untuk lebih aktif melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara secara Klinis (SADANIS) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
SADARI, yang sebaiknya dilakukan setelah menstruasi (hari ke-10), dianjurkan agar dilakukan oleh perempuan sejak usia 20 tahun. Sementara itu, pemeriksaan menggunakan USG dan mamografi sebaiknya dilakukan setiap satu hingga dua tahun untuk perempuan yang berusia di atas 40 tahun. Prof. Soehartati menekankan pentingnya untuk tidak melewatkan kesempatan melakukan deteksi dini melalui SADARI dan SADANIS di fasilitas kesehatan terdekat.
Untuk memperkuat edukasi dan promosi deteksi dini, Indonesia akan mengadakan Indonesia International Cancer Conference 2024 (IICC) yang akan diselenggarakan di Bali. Acara ini diharapkan dapat menjadi platform bagi para ahli, dokter, dan pemangku kepentingan untuk berbagi informasi dan teknologi terbaru dalam deteksi kanker payudara. IICC 2024 akan membahas berbagai topik, termasuk kemajuan teknologi dalam deteksi dini, yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia.
Sesuai dengan upaya Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 300 alat mamografi akan dibagikan ke rumah sakit di seluruh Indonesia. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas para dokter radiologi dalam melakukan dan membaca hasil pemeriksaan. GE HealthCare, sebuah perusahaan terkemuka dalam bidang teknologi medis, juga turut berkontribusi dalam mensukseskan acara ini. Mereka berkomitmen untuk mendukung transformasi kesehatan yang menjadi prioritas Kementerian Kesehatan, khususnya dalam mendukung deteksi dini kanker payudara.
Melalui acara IICC 2024, diharapkan para peserta dapat memperkuat pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan, serta menghilangkan ketakutan yang sering dikaitkan dengan prosedur deteksi dini. Matt Jones, Ultrasound General Manager dari GE HealthCare ASEAN Korea ANZ, menambahkan pentingnya mengajak perempuan untuk melakukan deteksi dini dan memastikan bahwa tidak ada yang melewatkan pemeriksaan penting ini.
Pemahaman dan penerapan deteksi dini diharapkan tidak hanya meningkatkan angka kesembuhan, tetapi juga menekan angka kematian akibat kanker payudara. Dengan pengetahuan yang lebih baik tentang pemeriksaan kanker payudara, serta dukungan dari pemerintah dan institusi kesehatan, perempuan di Indonesia diharapkan bisa lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka.
Deteksi dini kanker payudara, melalui berbagai metode yang telah tersedia, merupakan langkah awal yang krusial. Dalam kondisi di mana kanker payudara bisa menimpa siapa saja, pendidikan dan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan dini harus terus digalakkan. Dengan cara ini, kita semua bisa berkontribusi untuk menurunkan angka kebangkitan dan kematian akibat kanker payudara di Indonesia.