Korea Utara diyakini telah mengirim sejumlah tentaranya ke Rusia untuk terlibat dalam perang di Ukraina, yang dapat dianggap sebagai eskalasi serius dalam konflik yang telah berlangsung sejak 2022. Informasi mengenai pengiriman ini berkembang setelah Ukraina merilis sebuah video yang diduga memperlihatkan puluhan tentara Korea Utara yang sedang menerima perlengkapan militer dari pasukan Rusia. Video tersebut dibagikan oleh Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi Ukraina, lembaga yang berada di bawah Kementerian Kebudayaan dan Informasi, dan menunjukkan para tentara Korea Utara antre untuk mendapatkan perlengkapan dari Rusia. Pernyataan resmi dari Ihor Solovey, Kepala Pusat Komunikasi, menyebut bahwa video ini berasal dari sumber yang berkomitmen pada keamanan informasi.
Sebelum pengumuman ini, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah mengirim sekitar 1.500 tentara ke Rusia, dengan klaim dari Kepala Intelijen Militer Ukraina, Kyrylo Budanov, bahwa saat ini terdapat sekitar 11.000 tentara Korea Utara yang sedang berlatih di wilayah timur Rusia. Keterlibatan Korea Utara dalam konflik ini menunjukkan perubahan signifikan dalam dinamika perang Rusia-Ukraina dan dapat memberikan dampak yang lebih luas pada tatanan geopolitik global.
Olga Boichak, editor di Digital War sekaligus akademisi dari Universitas Sydney, menyatakan bahwa ini merupakan momen yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, keterlibatan tentara Korea Utara tidak hanya sebagai langkah militer biasa; implicasinya jauh lebih mendalam. Dia mengamati bahwa sebelumnya Iran juga turut terlibat dengan mengirimkan senjata, terutama drone, dan kini Korea Utara mengambil langkah serupa. Boichak juga mencatat adanya perubahan dalam kebijakan imigrasi di negara-negara Eropa yang memungkinkan warga Rusia dan Belarusia untuk lebih mudah memasuki wilayah Uni Eropa. Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa tentara Korea Utara bisa beroperasi di Eropa dengan lebih leluasa.
Ron Huisken, seorang ahli strategi dari Universitas Nasional Australia, menambahkan bahwa langkah ini menunjukkan transformasi kebijakan luar negeri Korea Utara. Ia menilai bahwa keterlibatan tentara Korea Utara menandai akhir dari kebijakan isolasi yang selama ini dianut oleh negara tersebut. Namun, Huisken juga memperingatkan bahwa reaksi dari Ukraina dan sekutunya terhadap pengiriman pasukan ini bisa menjadi sesuatu yang tidak dapat diabaikan.
Keterkaitan antara Rusia dan Korea Utara semakin menguat, setelah Kim Jong Un dan Vladimir Putin menandatangani pakta bantuan militer pada Juni 2023. Kesepakatan ini dihasilkan dari kunjungan pertama Kim ke Rusia dan terlihat sebagai sebuah momen penting dalam hubungan bilateral kedua negara. Peter Zalmayev, Direktur Inisiatif Demokrasi Eurasia, menyatakan, "Masih belum jelas mengenai kemampuan tempur mereka." Menurutnya, pengiriman pasukan ini mungkin merupakan hasil dari persetujuan yang terjadi antara kedua pemimpin, namun kemampuan tempur tentara Korea Utara yang tersebar di medan pertempuran masih menjadi tanda tanya.
Situasi ini menciptakan ketegangan yang lebih besar di Ukraina. Pengiriman tentara Korea Utara ke Rusia dilihat sebagai peningkatan intensitas dalam konflik yang telah melibatkan banyak pihak internasional dan memperdalam jurang perbedaan antara pihak-pihak yang terlibat. Keterlibatan yang lebih dari satu negara dalam konflik ini tidak hanya memperpanjang durasi pertempuran tetapi juga menggambarkan kompleksitas yang dihadapi dunia saat ini dalam menangani isu konflik bersenjata.
Sejak awal perang, banyak pengamat internasional mencatat bahwa setiap kali ada negara baru yang terlibat, dinamika konflik dapat berubah dengan cepat. Keterlibatan Korea Utara dalam konteks ini menimbulkan pertanyaan tentang strategi militer dan aliansi yang akan dibentuk di masa mendatang. Dengan semakin banyaknya aktor yang masuk ke dalam kancah pertikaian, baik langsung maupun tidak langsung, dampaknya pada keseimbangan kekuatan di kawasan bisa sangat signifikan.
Lebih jauh lagi, pengiriman pasukan Korea Utara dapat memicu perubahan strategi dari pihak-pihak lain, termasuk Ukraina dan negara-negara sekutunya. Hal ini menjadi perhatian utama mengingat adanya risikonya terhadap keamanan global dan stabilitas regional. Para analis khawatir bahwa langkah-langkah ini dapat meningkatkan intensitas pertempuran di medan perang dan memperpanjang penderitaan bagi rakyat Ukraina yang sudah lama terjebak dalam ketidakpastian dan konflik bersenjata.
Sebagai dampak dari situasi ini, Korea Selatan telah mengambil langkah proaktif dengan memanggil duta besar Rusia untuk menyampaikan kecaman terhadap pengiriman tentara Korea Utara ke Ukraina. Korea Selatan menyatakan keprihatinan yang mendalam dan berjanji untuk terus memantau perkembangan situasi ini secara ketat. Negara-negara lain di kawasan juga kemungkinan akan mengambil sikap yang serupa, memperlihatkan ketegangan yang sedang meningkat antara negara-negara yang terlibat dalam konflik ini.
Kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia menandakan sebuah babak baru dan kompleks dalam perang Ukraina, menjadikan situasi ini lebih sulit diprediksi. Dengan berbagai faktor yang terlibat, baik dari sisi militer maupun diplomasi, masa depan konflik ini masih jauh dari jelas. Perkembangan ini tentunya akan terus diikuti oleh masyarakat internasional dengan cermat, mengingat potensi efek jangka panjang pada stabilitas global.