Dunia

Korban Tewas Topan Yagi di Vietnam Bertambah Jadi 127, Puluhan Lainnya Masih Hilang

Jumlah korban tewas akibat terjangan Topan Yagi di Vietnam telah mencapai 127 orang, dengan tambahan 54 orang masih dilaporkan hilang. Hujan deras dan badai tropis terkuat tahun ini ini telah memicu tanah longsor dan banjir di wilayah utara, yang menjadi fokus berita pada Selasa, 11 September 2024, mengutip laporan dari Vietnam News serta pernyataan resmi dari Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.

Menurut data yang dirilis, sekitar 764 orang juga mengalami luka-luka akibat dampak dari badai dan banjir yang melanda. Topan Yagi, yang dihantam sepenuhnya oleh kekuatan badai, melepaskan dampak yang luas di beberapa provinsi di Vietnam, seperti Cao Bang, Lao Cai, Quang Ninh, Hai Phong, dan Phu Tho. Di antara daerah yang paling terkena dampak adalah Cao Bang, yang mencatatkan korban tewas dan hilang terbanyak, dengan 19 orang dinyatakan tewas dan 36 orang lainnya masih belum ditemukan.

Dari total korban, setidaknya 12 orang dinyatakan meninggal dunia akibat badai, sementara 72 orang hilang karena tanah longsor, dan enam orang akibat banjir bandang. Selain itu, delapan orang mengalami nasib buruk karena ambruknya Jembatan Phong Chau yang terletak di Phu Tho pada hari Senin. Peristiwa ini menandai salah satu peristiwa paling tragis yang pernah terjadi akibat bencana alam di negara tersebut.

Banjir yang disebabkan oleh Topan Yagi juga berimbas pada sektor perikanan dan pertanian. Sebanyak 85 perahu dilaporkan tenggelam di Quang Ninh, sementara ribuan hektare sawah, tanaman pangan, dan pohon buah-buahan mengalami kerusakan serius. Tidak hanya itu, 1.582 keramba ikan tersapu oleh banjir, dan sekitar 1.174 hewan ternak dilaporkan mati. Kerugian ekonomi dan dampak sosial akibat bencana ini diperkirakan akan sangat besar, mengingat ketergantungan banyak masyarakat terhadap pertanian dan perikanan.

Seiring berlanjutnya hujan deras di seluruh negeri, Pusat Prakiraan Hidrometeorologi Nasional memperingatkan bahwa keadaan cuaca ekstrem ini belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik. Menanggapi situasi darurat ini, pemerintah Vietnam telah mengerahkan ribuan personel militer untuk membantu proses evakuasi dan penyelamatan korban di daerah terdampak. Lebih dari 50.000 orang dari kota-kota pesisir telah dievakuasi untuk menghindari potensi risiko yang lebih besar akibat kemarahan alam ini.

Topan Yagi sebelumnya diketahui telah melanda wilayah utara Filipina pada tanggal 3 September, mengakibatkan hujan lebat, tanah longsor, dan banjir yang merenggut nyawa 20 orang serta menyebabkan 26 orang hilang. Setelah itu, badai ini melanjutkan perjalanan ke Hainan, Tiongkok pada tanggal 7 September, di mana empat orang dilaporkan meninggal dunia dan 95 orang lainnya mengalami cedera akibat dampak badai.

Pemerintah Vietnam berkomitmen untuk mengatasi dampak dari bencana ini dengan melakukan operasi pemulihan dan bantuan kepada para korban. Dalam situasi seperti ini, solidaritas antar warga dan respons cepat dari pemerintah sangat diperlukan untuk membantu pemulihan dan memberikan dukungan kepada masyarakat yang teraffected. Apalagi, perjuangan untuk menemukan korban yang hilang dan menangani kerugian ekonomi yang ditimbulkan sangat penting agar masyarakat bisa kembali ke kehidupan normal.

Masyarakat diharapkan tetap waspada dan mengikuti arahan dari pemerintah serta pihak berwenang terkait penanganan bencana. Momen-momen seperti ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana alam dan perlunya infrastruktur yang lebih baik untuk mengatasi dampak dari fenomena cuaca ekstrem. Untuk itu, dampak jangka panjang dari Topan Yagi di Vietnam tidak hanya akan terlihat dalam hitungan hari, tetapi juga mungkin akan terus terasa dalam waktu yang lebih panjang saat masyarakat berupaya untuk memperbaiki kehidupan mereka setelah bencana yang memilukan ini.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button