Gaya Hidup

Kisah Nyata: Bayi Meninggal Dunia Akibat Resistansi Antibiotik, Apa yang Harus Diketahui?

Penggunaan antibiotik yang tidak teratur dan sembarangan di Indonesia telah menjadi masalah serius yang berdampak besar, termasuk pada bayi. Kasus tragis ini terkait dengan Kisah Nyata Felix Liauw, seorang dokter anak yang kehilangan anaknya akibat resistansi antibiotik. Musibah yang dialaminya menyoroti pentingnya kesadaran akan penggunaan antibiotik yang bijak, terutama dalam dunia medis dan bagi masyarakat umum.

Saat anak Felix lahir, ia mengalami masalah kesehatan seperti muntah-muntah dan diare. Meski sebagai seorang dokter anak, Felix merasa frustrasi dan bingung ketika menerima komentar negatif dari rekan-rekannya. Beberapa dari mereka mengejeknya, menyebutnya ‘jorok’, dan bahkan menuduhnya sebagai penyebab masalah kesehatan anaknya. Namun, ia tahu bahwa hanya memberikan ASI kepada bayinya, dan tidak ada alasan yang jelas mengapa anaknya menderita masalah tersebut.

Felix mengingat momen-momen sulit ketika ia harus merawat anaknya di rumah sakit. Setelah melalui serangkaian perawatan dan pengobatan dengan antibiotik yang terus meningkat, kekhawatiran akan kesehatan anaknya semakin mendalam. “Saya drop,” ujarnya, mengenang saat-saat tersebut. Hampir dua bulan anaknya dirawat di rumah sakit, meskipun ia mendapatkan perawatan terbaik, kondisi putranya tidak kunjung membaik.

Setelah berkonsultasi dengan seorang profesor, terungkap bahwa anak Felix mengalami infusi antibiotik yang terlalu banyak, yang mengakibatkan mutasi genetik. Mutasi ini berdampak serius pada kemampuan ususnya, sehingga anaknya tidak mampu mencerna ASI dengan benar. Kematian bayi Felix Liauw tidak hanya menjadi duka cita bagi keluarganya, tetapi juga membangkitkan kesadaran di kalangan masyarakat akan bahaya penggunaan antibiotik yang sembarangan.

World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa kematian akibat resistansi antibiotik bisa mencapai 10 juta pada tahun 2050, suatu angka yang sangat mencengangkan. Kematian akibat infeksi yang tak lagi dapat diobati dengan antibiotik merupakan tren yang meningkat, dan hal ini sering kali disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaan antibiotik. Di Indonesia, masalah ini diperparah dengan banyaknya masyarakat yang membeli dan menggunakan antibiotik berdasarkan resep yang sudah usang.

Situasi ini mendapat perhatian dari pejabat kesehatan. Wakil Menteri Kesehatan Indonesia, Dante Saksono Harbuwono, menggambarkan peluncuran Strategi Nasional (Stranas) Pengendalian Resistansi Antimikroba sebagai langkah penting untuk belajar dari kesalahan yang ada dan berkomitmen untuk mencegah resistansi antimikroba. Stranas ini, menurut Dante, didasarkan pada tiga landasan utama: tata kelola yang efektif, informasi strategis, dan sistem evaluasi eksternal.

Lebih jauh, Stranas memiliki empat pilar penting yang mencakup pencegahan penyakit infeksi, akses terhadap layanan kesehatan esensial, diagnosis yang tepat waktu dan akurat, serta pengobatan yang tepat dan terjamin kualitasnya. Keberhasilan implementasi program ini sangat bergantung pada kesadaran masyarakat dan disiplin dalam mengikuti panduan penggunaan antibiotik.

Kisah Felix Liauw mencerminkan dampak nyata dari resistansi antibiotik bukan hanya pada kesehatan individu, tetapi juga pada kepercayaan diri para kesehatan, terutama mereka yang menjadi korban dari stigma sosial. Felix berharap agar tidak ada orang tua lain yang mengalami penderitaan serupa dan menyerukan perlunya peningkatan kesadaran maupun edukasi mengenai penggunaan antibiotik.

Pengalaman pahit yang dialami Felix menjadi pengingat bahwa meskipun suatu obat seperti antibiotik memiliki potensi untuk menyelamatkan, penggunaannya harus selalu dilakukan dengan hati-hati dan sesuai anjuran medis. Penyebaran informasi dan edukasi yang tepat tentang antibiotik harus selalu diperkuat, agar tidak ada lagi bayi yang harus mengalami nasib tragis serupa.

Kampanye untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya resistansi antibiotik harus dimulai sedini mungkin, baik di kalangan tenaga kesehatan, orang tua, maupun masyarakat luas. Penggunaan antibiotik yang bijak dan tepat akan menjadi langkah awal untuk mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh infeksi yang tidak dapat diobati dan menghindari dampak yang lebih besar di masa depan.

Dengan peningkatan pendidikan dan pemahaman, diharapkan para orang tua dapat lebih bijak dalam memberikan perawatan kepada anak-anak mereka dan menghindari penggunaan antibiotik tanpa pengawasan dari tenaga medis. Respon terhadap crisis kesehatan ini memerlukan kolaborasi dari semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi semua.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button