Kehidupan pribadi Jenderal (Purn) Andika Perkasa kini menjadi sorotan masyarakat, terutama setelah dia resmi dideklarasikan sebagai calon gubernur Jawa Tengah oleh PDIP untuk Pilkada 2024. Dalam perjalanan kariernya yang cemerlang sebagai mantan Panglima TNI, terdapat satu aspek menarik yang tak lepas dari perhatian publik, yaitu perubahan agama Andika, dari Katolik ke Islam. Keputusan ini bukan sekadar pergantian keyakinan, tetapi juga merupakan bagian dari perjalanan cinta Andika kepada pujaan hatinya, Diah Erwiany Hendropriyono, yang akrab disapa Hetty.
Kisah cinta antara Andika dan Hetty memiliki latar belakang yang menarik. Hetty adalah putri dari purnawirawan jenderal bintang empat, AM Hendropriyono, yang dikenal luas di kalangan militer. Ayah Hetty sendiri sudah menggadang-gadang jodoh untuk putrinya, menilai bahwa Andika adalah sosok yang cocok untuknya. Ini bukan tanpa alasan, karena selama Andika menjabat di militer, ia dikenal memiliki prestasi gemilang yang membuatnya terpilih sebagai calon suami oleh Hendropriyono.
Dengan keberanian dan keinginan dari sang ayah, Hendropriyono meminta Hetty yang saat itu tengah berkuliah di luar negeri untuk kembali dan menikah dengan Andika, meskipun Hetty belum pernah bertemu dengan Andika sebelumnya. Tanpa diduga, pertemuan pertama mereka menghasilkan klik yang tak terduga. Hetty langsung jatuh cinta kepada Andika ketika bertemu, terinspirasi oleh penampilan Andika yang kiranya mirip dengan idolanya, Rano Karno. Keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah pada 20 November 1992.
Sebelum memutuskan untuk menikahi Hetty, Andika Perkasa merupakan seorang penganut agama Katolik. Keputusan untuk pindah agama bukanlah keputusan yang sepele bagi banyak orang. Namun, Andika bertekad menjadi mualaf demi cinta kepada Hetty, yang adalah seorang Muslim. Keputusan tersebut menjadi fondasi untuk kehidupan keluarga yang diharapkan full Batasi antara agama dan tradisi.
Pindah agama ini berimplikasi pada perubahan identitas yang nyata bagi Andika. Dalam sebuah wawancara di YouTube di program Hersubeno Point, akademisi dari UNAS, Slamet Ginting, mengungkapkan bahwa Andika sebelum menjadi mualaf dikenal dengan nama Emmanuel saat masih menjabat sebagai Sersan Mayor Satu Taruna. "Andika menikah dengan putri pertama Hendropriyono, dinikahkan secara Islam, artinya disitu Andika sudah menjadi mualaf. Maka namanya Emmanuel sudah tidak dipakai," ungkap Slamet, yang merujuk pada penghapusan nama lama Andika dan pengambilan nama baru yang sesuai dengan keyakinan barunya.
Perubahan dalam kehidupan pribadi Andika ini tidak hanya membawanya kepada Hetty sebagai pasangan hidup, tetapi juga mengubah perspektif hidupnya secara keseluruhan. Terlebih, pernikahan ini menggambarkan komitmen Andika untuk membangun relasi yang harmonis di antara dua latar belakang budaya dan agama yang berbeda. Ini juga mencerminkan integrasi yang kuat dalam kehidupan keluarganya, menciptakan rumah tangga yang saling mendukung meskipun ada perbedaan dalam agama.
Di tengah sorotan publik dan dunia politik yang kini dijalani Andika, komitmennya kepada keluarga dan nilai-nilai yang dianutnya tetap menjadi fokus utama. Saat ini, Andika Perkasa tidak hanya dikenal sebagai mantan Panglima TNI yang berprestasi, tetapi juga sebagai figur yang mampu mengatasi tantangan dalam hidupnya terkait dengan perubahan keyakinan, sekaligus menjaga hubungan baik dan harmonis dengan keluarga dan masyarakat dari berbagai latar belakang.
Keputusan Andika untuk mengubah agama menjadi mualaf tampaknya bukan hanya sebuah langkah untuk menikahi Hetty, tetapi juga simbol dari perubahan dan perkembangan diri yang sangat dibutuhkan dalam dunia yang terus berubah. Ketika Andika menghapus nama Emmanuel, itu juga melambangkan permulaan yang baru, dan langkah pertamanya dalam perjalanan spiritual yang lebih dalam.
Dengan berbagai hal yang telah dilalui, Andika Perkasa menunjukkan bahwa cinta dan komitmen dapat mengatasi banyak rintangan, termasuk perbedaan agama. Dan saat ini, dengan statusnya sebagai calon gubernur, dia juga membawa cerita inspiratif tentang perjuangan dan pencarian jati diri dalam masyarakat yang beragam. Dalam konstelasi politik menjelang Pilkada 2024, pengalaman pribadi seperti ini tentu memiliki dampak yang mendalam dalam perjalanan karier Andika, tidak hanya sebagai seorang pemimpin, tetapi juga sebagai contoh bagaimana menghargai perbedaan dan merayakan kesatuan.