Gaya Hidup

Kiky Saputri Klarifikasi Celetukan Andhika Pratama Soal Berapa Gaji Buzzer?

Label buzzer kembali menjadi sorotan publik, terutama setelah adanya pernyataan dari komedian Kiky Saputri. Sebagai sosok yang dikenal luas di dunia hiburan, Kiky kerap dituding terlibat dalam dunia buzzer karena dukungannya terhadap beberapa tokoh politik seperti Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Menariknya, isu seputar gaji buzzer menjadi perbincangan hangat setelah komentator Andhika Pratama mencuatkan sindiran yang memicu kontroversi.

Dalam salah satu episode acara Lapor Pak, Andhika Pratama melontarkan ungkapan yang menyentil Kiky Saputri dengan mengatakan, “Gua gak mau dicap kayak Kiky, kritiknya sok keras tapi ditawarin buzzer gak nolak.” Pernyataan ini langsung mengundang perhatian banyak orang dan memicu Kiky untuk memberikan klarifikasi. Istri Muhammad Khairi ini kemudian menjelaskan di media sosial bahwa pernyataan Andhika hanyalah bagian dari komedi janjian, yang berarti sebuah lelucon yang sudah disepakati sebelumnya oleh para pelaku.

Kiky Saputri menekankan bahwa Andhika tidak bermaksud menyerangnya, melainkan hanya bercanda. Ia menanggapi dengan santai, mengajak orang-orang untuk memahami konteks komedi yang ada. "Dalam dunia komedi ada yang namanya “Komedi Janjian”. Silakan ditonton biar hatinya makin panas," tulis Kiky sambil membagikan cuplikan dari episode tersebut. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika antara para komedian dan persepsi publik tentang mereka di medan politik.

Mengangkat pertanyaan mengenai gaji buzzer, banyak yang penasaran berapa nominal yang sebenarnya diterima oleh para buzzer di Indonesia. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Oxford, estimasi gaji bulanan buzzer di Indonesia berkisar antara Rp1 juta hingga Rp50 juta. Penelitian ini termasuk dalam riset yang lebih luas berjudul The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation, yang berusaha memetakan manipulasi media sosial di berbagai negara.

Menariknya, dalam riset tersebut ada seorang buzzer anonim yang mengaku dapat memperoleh gaji lebih tinggi, yakni antara Rp50 juta hingga Rp100 juta untuk menggiring opini publik demi kepentingan tokoh tertentu. Ini menjadi sorotan bahwa ada kemungkinan gaji buzzer di Indonesia bisa jauh melampaui bayaran yang diterima Kiky Saputri. Dengan honor manggung Kiky yang dilaporkan mencapai Rp25 juta untuk penampilan selama 10 menit, terbukti bahwa gaji buzzer bisa dua kali lipat atau bahkan lebih.

Kiky Saputri sendiri merupakan seorang komedian yang aktif di berbagai acara televisi dan manggung secara langsung. Selain terlibat dalam program Lapor Pak, ia juga tampil di acara-acara hiburan lain seperti Sahur Segerr dan Pesbukers New Normal. Ditambah dengan karirnya yang melibatkan bermain film, termasuk judul-judul terkenal seperti Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan dan Pasutri Gaje, membuat Kiky menjadi salah satu entertainer terkemuka di Indonesia.

Dengan situasi ini, masalah gaji buzzer dan keterlibatan Kiky Saputri dalam dunia politik menimbulkan diskusi yang lebih luas tentang etika di media sosial dan pengaruh buzzer dalam membentuk opini publik. Banyak yang menyoroti bagaimana para buzzer berperan dalam mendukung atau membantah argumen tertentu dengan imbalan finansial, serta tantangan yang dihadapi oleh para selebriti ketika mereka terjun ke dalam ranah politik.

Klarifikasi Kiky Saputri juga mengingatkan publik bahwa dalam dunia komedi, kadang-kadang ada batas-batas yang harus dipahami. Tindakannya untuk merespons sindiran dengan cara yang humoris menunjukkan sisi lain dari profesinya sebagai komedian. Apakah ini berarti ia akan lebih berhati-hati dalam memberikan dukungan politik di masa depan? Ini masih menjadi pertanyaan yang terbuka.

Sebagai penutup, isu gaji buzzer yang melibatkan Kiky Saputri dan Andhika Pratama menyoroti hubungan yang rumit antara hiburan, politik, dan masyarakat. Fenomena buzzer yang semakin meluas di Indonesia juga menunjukkan bahwa nilai-nilai yang diterima masyarakat terkait opini publik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk penampilan figur publik yang berpengaruh. Keberadaan penelitian dari Universitas Oxford juga menunjukkan pentingnya memahami dinamika digital yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button