Dunia

Kerusuhan Sayap Kanan Meluas, Komunitas Muslim Inggris Alami Ketakutan dan Kewaspadaan Tinggi

Kerusuhan kelompok sayap kanan yang terjadi baru-baru ini di Inggris telah menciptakan suasana ketakutan dan kekhawatiran di kalangan komunitas Muslim. Peristiwa ini dipicu oleh penikaman mematikan di Southport yang menewaskan tiga anak dan melukai delapan lainnya. Insiden ini, yang secara keliru dikaitkan dengan kelompok Muslim, menyebabkan kerusuhan selama lima malam berturut-turut di berbagai kota, termasuk London, Liverpool, Manchester, Sunderland, Belfast, dan Hull.

Kasus penikaman ini melibatkan seorang remaja berusia 17 tahun, Axel Rudakubana, yang diduga melakukan pembunuhan tersebut. Meskipun ia masih di bawah umur, hakim memutuskan untuk mengungkapkan identitasnya demi kepentingan publik. Penelusuran lebih dalam mengungkapkan bahwa aksi kekerasan ini tidak hanya berdampak pada korban, namun juga menimbulkan atmosfer ketegangan yang melibatkan banyak pihak.

Sejak kerusuhan dimulai, kelompok sayap kanan tampak semakin berani melakukan tindakan kekerasan dan penyerangan. Di Hull, misalnya, terdapat video yang menunjukkan seorang pria Asia diserang oleh massa pria kulit putih yang menyalahkan imigran dan Muslim atas penikaman tersebut. Insiden kekerasan juga meluas ke Bristol dan Manchester, di mana dalam video yang beredar diperlihatkan bahwa pria kulit hitam di serang oleh sekelompok pria bertopeng kulit putih.

Di tengah kekacauan ini, muncul laporan bahwa supermarket Sainsbury’s Local di Manchester terpaksa ditutup setelah diserbu oleh perusuh yang melakukan pencurian. Tindakan ini menunjukkan dampak kerusuhan yang tidak hanya membahayakan keselamatan individu, tetapi juga merusak harta benda dan infrastruktur.

Unsur kebencian terlihat jelas di setiap sudut kerusuhan ini. Di Leeds, sekelompok sekitar 150 orang berkumpul membawa bendera Saint George’s Cross dan berteriak, "Anda bukan orang Inggris lagi." Dalam aksi tandingan, ratusan demonstran yang jauh lebih banyak mengekspresikan penolakan mereka terhadap kelompok sayap kanan dengan teriakan, "Sampah Nazi, pergi dari jalanan kami." Aksi ini menunjukkan polarisasi yang semakin mendalam di masyarakat Inggris.

Seiring dengan meningkatnya kekerasan, komunitas Muslim di Inggris merasa terpaksa untuk menjaga masjid dan tempat ibadah lainnya. Kelompok-kelompok Muslim berkumpul tidak hanya untuk melindungi tempat-tempat suci mereka, tetapi juga untuk menunjukkan sikap damai. Dalam rekaman yang beredar di media sosial, banyak Muslim menegaskan bahwa mereka hadir untuk mendukung polisi dan tidak akan melawan para perusuh sayap kanan.

Kekacauan ini muncul sebagai tantangan besar bagi pemerintahan Perdana Menteri Partai Buruh, Keir Starmer, yang baru menjabat selama satu bulan. Dalam sebuah pernyataan, Starmer menuduh kelompok-kelompok preman telah memanfaatkan kesedihan masyarakat untuk menyebarkan kebencian. Ia menegaskan bahwa mereka yang terlibat dalam tindakan kekerasan akan menghadapi konsekuensi hukum yang tegas.

Meskipun pemerintah berkomitmen untuk menindak tegas pelaku kekerasan, kritik juga mengemuka terkait kegagalan pemerintah dalam menjangkau pemimpin komunitas Muslim dan kelompok-kelompok sipil yang berupaya menjaga perdamaian. Hal ini menambah rasa cemas di kalangan komunitas yang merasa terisolasi dalam situasi yang semakin memburuk.

Dengan meningkatnya kekhawatiran akan keamanan, banyak warga Muslim yang menyatakan rasa ketidaknyamanan dan ketakutan. Beberapa dari mereka melaporkan bahwa mereka menerima ancaman secara langsung dan merasa tidak aman berjalan di jalan. Hal ini sangat kontras dengan semangat inklusif yang biasanya menjadi salah satu ciri masyarakat Inggris.

Kejadian-kejadian ini tidak hanya menjadi isyarat tentang potensi konflik sosial yang lebih besar, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi masyarakat mengenai bagaimana mengatasi perpecahan dan kebencian. Di tengah ketegangan yang semakin meningkat, dialog terbuka dan pemahaman antar kelompok menjadi sangat penting. Masyarakat diharapkan dapat bersatu dan menentang segala bentuk ekstremisme yang dapat mengarah pada kekerasan.

Dari kerusuhan ini, terlihat bahwa provokasi terhadap komunitas tertentu bisa dengan cepat menimbulkan reaksi berantai yang berdampak luas. Kita semua tentunya berharap agar pendidikan dan pemahaman antar budaya bisa menjadi solusi untuk meminimalisir perpecahan di masa depan. Sementara itu, komunitas Muslim berharap agar kejadian-kejadian serupa tidak terulang dan mereka dapat hidup dengan aman dan damai di tanah mereka sendiri.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button