Gaya Hidup

Kenapa Sih Susah Keluar dari Hubungan Toxic? Ini Penjelasan dan Solusinya

Kekerasan dalam hubungan pacaran, atau yang lebih dikenal sebagai dating violence, merupakan masalah serius yang kerap kali kurang mendapatkan perhatian yang semestinya. Banyak individu, termasuk remaja dan dewasa muda, mendapati diri mereka terjebak dalam situasi yang merusak, tetapi masih sulit untuk keluar. Menurut Tara Adhisti de Thouars, seorang psikolog klinis dan pakar hubungan, fenomena ini bukan hanya dialami oleh korban saja, tetapi juga berdampak pada orang-orang di sekitar mereka, termasuk teman-teman terdekat yang berusaha memberi dukungan.

Mengapa Banyak Korban Tak Bisa Keluar dari Hubungan Toksik? Pertama, penting untuk memahami bahwa dating violence mencakup beragam bentuk kekerasan, baik fisik, verbal, emosional, ekonomi, hingga seksual. Korban sering kali merasa terjebak karena ketergantungan emosional yang kuat terhadap pasangan mereka, yang terkadang tercipta melalui pola manipulatif yang membuat korban merasa tidak berharga atau terisolasi. Selain itu, ada juga faktor tekanan sosial dan stigma yang seringkali membuat individu merasa sulit untuk meninggalkan hubungan berbahaya.

Tara menjelaskan bahwa kelelahan emosional juga menjadi salah satu alasan mengapa korban tetap bertahan dalam hubungan yang tidak sehat. Ketika teman mencoba memberi saran atau dukungan, namun tidak melihat adanya perubahan dari korban, mereka sering merasa kehabisan energi dan frustrasi. Apalagi, bagi teman-teman yang ingin membantu, kelelahan ini juga dapat menguras emosi mereka, sehingga mereka merasa tidak mampu lagi untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Dampak Kelelahan Emosional ini tidak hanya mengganggu kemampuan teman untuk membantu, tetapi juga menciptakan siklus di mana korban merasa semakin tersisih dan merasa tidak ada jalan keluar. “Banyak teman korban kekerasan akhirnya merasa lelah secara emosional, sehingga mereka tidak bisa lagi memberikan dukungan yang optimal,” kata Tara. Dalam situasi seperti ini, penting bagi orang-orang di sekitar untuk menjaga kesehatan mental mereka sendiri selain membantu korban.

Memberikan Dukungan yang Efektif adalah kunci dalam membantu korban kekerasan dalam pacaran. Sering kali, kita cenderung berpikir bahwa memberikan solusi terbaik adalah cara untuk membantu. Namun, Tara menekankan pentingnya menjadi pendengar yang baik. Terkadang, cukup dengan memberikan ruang bagi korban untuk mengekspresikan perasaannya tanpa dihakimi sudah sangat berharga. Korban membutuhkan tempat untuk berbagi apa yang mereka rasakan, dan hal ini dapat memberikan mereka kekuatan untuk memproses situasi mereka dengan lebih baik.

Proses pemulihan korban kekerasan dalam pacaran adalah perjalanan yang kompleks dan panjang. Dukungan emosional yang konsisten dan tidak menghakimi dari teman-teman dapat memberikan dorongan bagi korban untuk merasa lebih kuat dalam mengambil keputusan yang tepat. Tetapi dalam konteks ini, penting juga bagi teman-teman untuk mengetahui batasan diri mereka; jika merasa kewalahan, mencari bantuan profesional bisa menjadi langkah yang lebih baik.

Tara menyarankan agar jika seseorang merasa tidak mampu memberikan dukungan yang baik, tidak ada salahnya untuk mengungkapkan perasaan tersebut. Misalnya, seseorang dapat mengatakan, “Maaf, aku sayang sama kamu, tapi saat ini aku merasa tidak bisa memberikan dukungan yang kamu butuhkan.” Dengan cara ini, korban bisa memahami kondisi teman mereka tanpa merasa ditolak.

Dalam situasi yang lebih luas, langkah untuk keluar dari hubungan toksik tidak hanya bergantung pada dukungan teman, tetapi juga pada kesadaran diri korban. Mengenali tanda-tanda kekerasan dan memahami bahwa mereka berhak untuk mendapatkan hubungan yang sehat adalah bagian penting dari proses pemulihan. Banyak korban mengalami gaslighting, di mana pasangan mereka mereduksi harga diri dan membingungkan persepsi mereka tentang realitas. Dalam banyak kasus, korban tidak menyadari bahwa mereka terjebak dalam siklus tersebut.

Di sisi lain, sekolah dan lembaga pendidikan memeiliki peran penting dalam memberikan edukasi tentang hubungan sehat dan tanda-tanda kekerasan. Meningkatkan kesadaran di kalangan remaja tentang pentingnya komunikasi sehat dapat menjadi langkah pencegahan yang signifikan. Program-program edukasi yang melibatkan pelatihan untuk mengidentifikasi perilaku manipulatif serta menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bisa sangat membantu.

Dukungan dari lingkungan sosial, seperti keluarga dan teman, juga sangat diperlukan. Seperti yang diungkapkan oleh Tara, memiliki person yang siap mendengarkan tanpa menghakimi dapat memberikan dampak yang positif dan membantu korban merasa lebih kuat. Dengan membangun jaringan support system yang solid, korban pun dapat merasa lebih berdaya untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk keluar dari hubungan berbahaya.

Tetap menjaga komunikasi yang baik dan bersikap terbuka terhadap perasaan yang dirasakan juga memungkinkan korban untuk berbagi pengalaman mereka tanpa merasa tertekan. Dengan adanya pengertian dari orang-orang di sekitarnya, korban dapat merasa lebih nyaman untuk menentukan langkah dan keputusan tentang bagaimana mereka ingin melanjutkan hidup mereka.

Saat ini, penting bagi masyarakat untuk terus meningkatkan kesadaran mengenai isu kekerasan dalam hubungan pacaran. Hal ini tidak hanya membantu korban, tetapi juga memperkuat dukungan yang diberikan kepada mereka. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang tantangan yang dihadapi korban, kita semua dapat berkontribusi untuk mengurangi stigma serta membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi individu yang terjebak dalam hubungan toksik.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button