Dalam perkembangan terkini di dunia medis, khususnya dalam penanganan kanker darah, terdapat pemikiran baru yang mengubah paradigma pengobatan. Kemoterapi yang selama ini menjadi metode andalan, terutama untuk pasien kanker, kini mulai dipertanyakan efisiensinya, terutama pada pasien usia lanjut. Menurut Dokter Konsultan Hematologi Onkologi, Ikhwan Rinaldi, pengobatan intensif seperti kemoterapi tidak lagi dianjurkan bagi pasien berusia di atas 60 tahun. Hal ini disebabkan oleh tingginya risiko kematian dan kegagalan terapi yang menimpa kelompok usia tersebut.
Ikhwan menegaskan bahwa perawatan paliatif kini menjadi pilihan utama dalam pengelolaan kondisi kanker pada pasien lansia. Pendekatan ini bukan hanya fokus pada penyembuhan penyakit, tetapi lebih kepada meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam konteks ini, perawatan paliatif mencakup sejumlah tindakan, antara lain transfusi darah jika terjadi penurunan sel darah merah, serta penambahan trombosit untuk mencegah perdarahan.
Kanker darah, yang mencakup berbagai jenis seperti leukemia, limfoma, dan multiple myeloma, merupakan kondisi serius yang dapat menyebar dengan cepat di dalam tubuh. Ikhwan menjelaskan bahwa meskipun leukemia adalah tipe yang paling dikenal, limfoma juga memiliki tingkat harapan hidup yang lebih baik. Multiple myeloma, di sisi lain, berpotensi memicu terjadinya leukemia. Dengan demikian, pemahaman mengenai jenis-jenis kanker darah penting untuk menentukan langkah perawatan yang tepat.
Sebelumnya, pasien kanker darah dianjurkan untuk menjalani pengobatan rutin seperti kemoterapi, radioterapi, dan transplantasi sumsum tulang. Namun, pada pasien lansia, resiko terkait kemoterapi menjadi sangat tinggi, sehingga perawatan paliatif dianggap lebih tepat. Melalui pendekatan ini, diharapkan pasien dapat menghindari sejumlah komplikasi yang sering muncul akibat pengobatan intensif.
Perawatan paliatif tidak hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga mendukung kesehatan psikologis, emosional, dan spiritual pasien. Ikhwan menegaskan bahwa dukungan yang komprehensif ini sangat penting untuk memberi semangat hidup kepada pasien yang mungkin merasa terpuruk dengan diagnosis mereka. Sebab, banyak pasien mengalami depresi akibat perjalanan panjang yang harus mereka jalani.
Perawatan paliatif dapat dimulai sejak diagnosis awal kanker, bukan hanya untuk pasien yang berada di tahap akhir. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, menangani masalah fisik, dan pada saat yang sama meningkatkan kesejahteraan emosional dan spiritual pasien. Seperti yang diungkapkan oleh Ikhwan, “Perawatan ini dilakukan agar pasien tidak mengalami depresi, lebih kuat, dan mampu menjalani hidup dengan lebih baik.”
Untuk memastikan efektivitas perawatan paliatif, Ikhwan mengatakan bahwa terapi akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Dokter onkologi yang menangani akan memberikan penanganan gejala dan resep obat sesuai dengan kondisi terkini, sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga meskipun kesehatan mereka menurun. “Targetnya adalah meningkatkan kualitas hidup pasien dan membantu mereka membuat keputusan terbaik di sisa waktu yang dimiliki,” kata Ikhwan melanjutkan penjelasannya.
Dalam konteks ini, sejumlah lembaga kesehatan dan komunitas medis mulai meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perawatan paliatif. Masyarakat diimbau untuk lebih memahami bahwa pengobatan kanker tidak selalu harus bersifat agresif. Ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan, terutama kondisi fisik dan mental pasien itu sendiri. Hal ini menunjukkan pergeseran cara pandang dari semata-mata menyembuhkan kanker menuju usaha untuk mendukung kualitas hidup yang lebih baik.
Beberapa ahli onkologi lainnya juga memberikan pendapat yang sejalan dengan Ikhwan, menekankan pentingnya pendekatan individualized dalam pengobatan kanker. Dalam berbagai studi, para peneliti menemukan bahwa modifikasi terapetik yang tepat dapat mengarah pada hasil yang lebih baik bagi pasien, bahkan dalam konteks kualitas hidup, dibandingkan dengan terapi yang bersifat agresif seperti kemoterapi.
Setiap pasien memiliki perjalanan dan kebutuhan yang unik. Karenanya, kolaborasi antara dokter, pasien, dan keluarga menjadi sangat penting dalam membuat keputusan terkait perawatan. Mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dalam pengobatan kanker dapat memberikan hasil yang lebih positif, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Sebagai penutup, pergeseran dalam pendekatan pengobatan kanker darah, terutama bagi pasien lansia, menunjukkan betapa pentingnya untuk terus merefleksikan metode pengobatan yang digunakan. Kemoterapi tidak lagi menjadi satu-satunya opsi, tetapi kini diimbangi dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan berdampak luas terhadap kualitas hidup pasien. Para tenaga medis diharapkan terus mengedukasi masyarakat serta pasien mengenai pilihan-pilihan pengobatan yang ada, serta mendukung mereka untuk mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan kondisi dan keinginan pribadi masing-masing pasien.