Pendidikan

Keluarga Mesti Jadi Basis Pendidikan Etika untuk Generasi yang lebih Baik di Masa Depan

Keluarga adalah fondasi utama bagi pembentukan karakter individu sejak dini. Dalam konteks pendidikan etika, kualitas dan keberlangsungan pendidikan yang diberikan dalam lingkungan keluarga sangat krusial. Namun, saat ini, banyak yang mengungkapkan bahwa kerapuhan keluarga menjadi salah satu penyebab mengapa pendidikan etika kurang optimal di masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Pengamat Pendidikan dari Tamansiswa, Ki Darmaningtyas, dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) mengenai Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara, yang disiarkan melalui YouTube BPIP RI pada 4 September 2024.

Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Etika

Darmaningtyas menekankan pentingnya keluarga sebagai basis pendidikan etika di mana karakter seseorang mulai terbentuk. "Soal keluarga sebagai basis pendidikan etika ya, ini persoalan kita. Justru keluarga kita itu rapuh," ungkapnya. Kerapuhan ini tidak hanya terjadi karena faktor internal, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai aspek eksternal. Di dalamnya terdapat tantangan yang datang dari tingkat pendidikan orang tua, ekonomi, hingga dinamika hubungan dalam rumah tangga.

Faktor Pendidikan dan Kesejahteraan Keluarga

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan etika di dalam keluarga adalah tingkat pendidikan orang tua. Darmaningtyas melanjutkan, “Banyak dari orang tua kita ini lulusan SD, SMP, SLTA, yang lulusan perguruan tinggi itu sedikit. Dan harus diakui, lulusan dari perguruan tinggi itu sangat berpengaruh.” Hal ini menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung lebih mampu memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak mereka.

Darmaningtyas melakukan studi genealogi terhadap 30 orang, di mana 10 di antaranya berasal dari keluarga pasangan lulusan SMP ke bawah. Hasil studi menunjukkan bahwa pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap kondisi keluarga dan perkembangan anak. “Hasilnya sangat dominan setidaknya pendidikan tinggi ini bisa menunjukkan keluarganya mapan. Yang SMP ke bawah itu ada persoalan ekonomi, perceraian dan sebagainya,” jelasnya. Ini menunjukkan bahwa kelompok orang tua dengan pendidikan rendah sering menghadapi masalah yang dapat mengganggu pendidikan etika anak, seperti ketidakstabilan ekonomi dan perceraian.

Dampak Keluarga yang Tidak Stabil

Kerapuhan dalam struktur keluarga dapat berujung pada dampak negatif bagi anak-anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak stabil dapat kehilangan sosok panutan yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai etika dan moral. Selain itu, konflik dalam rumah tangga dan kesulitan ekonomi sering kali mengalihkan perhatian orang tua dari tanggung jawab pendidikan. Hal ini menciptakan siklus yang sulit diputus, di mana anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan etika yang baik di rumah kemungkinan besar akan mengulangi pola yang sama saat mereka membangun keluarganya sendiri kelak.

Peran Lingkungan Eksternal dalam Pendidikan Etika

Meskipun keluarga memiliki peran sentral dalam pendidikan etika, Darmaningtyas juga menyoroti pentingnya lingkungan eksternal. "Pendidikan etika tidak hanya bertanggung jawab pada keluarga, tetapi juga masyarakat dan lembaga pendidikan formal," ujarnya. Dengan kata lain, pendidikan etika perlu menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah, dan lingkungan sosial. Kerjasama antara ketiga elemen ini dianggap perlu untuk menciptakan generasi yang memiliki integritas dan nilai-nilai moral yang kuat.

Upaya untuk Memperkuat Pendidikan Etika Melalui Keluarga

Untuk mengatasi masalah kerapuhan dalam pendidikan etika dari dalam keluarga, perlu ada upaya yang terencana. Salah satunya adalah melakukan program-program peningkatan kapasitas bagi orang tua terkait pendidikan etika dan moral. Hal ini bisa dilakukan melalui seminar, workshop, atau program penyuluhan yang menekankan pentingnya pendidikan karakter di lingkungan keluarga.

Selain itu, pemerintah dan lembaga pendidikan juga diharapkan untuk lebih memperhatikan kurikulum yang mengedepankan pendidikan karakter. Darmaningtyas mendorong agar lembaga-lembaga tersebut memfokuskan bukan hanya pada aspek akademis, tetapi juga membangun kesadaran terhadap nilai-nilai etika yang perlu ditanamkan sejak dini.

Kesadaran Kolektif untuk Membangun Keluarga yang Kuat

Untuk menciptakan keluarga yang kuat dan mampu menjadi basis pendidikan etika yang baik, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran kolektif terhadap pentingnya etika. Organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat berperan aktif dalam membangun program-program yang mendukung pendidikan etika di tingkat keluarga.

Dalam konteks ini, partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat akan sangat berpengaruh pada keberhasilan penerapan pendidikan etika. Kebersamaan dalam membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter di keluarga akan berdampak positif pada perkembangan anak-anak. Hal ini mengingat bahwa anak-anak yang mendapatkan pendidikan etika yang baik di rumah cenderung akan menjadi individu yang lebih bertanggung jawab dan memiliki moral yang kuat.

Dengan memahami dan mengatasi kerapuhan keluarga dalam bidang pendidikan etika, diharapkan terjadi perbaikan yang signifikan dalam kualitas generasi mendatang. Karena pada akhirnya, pendidikan etika yang baik akan menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button