Indonesia

Kelompok Bermain: Solusi Efektif Pengenalan Konsep Agama pada Anak Melalui Paten Inovatif

Jakarta: Pendidikan keagamaan di Indonesia ternyata membutuhkan perhatian yang sama besarnya dengan pendidikan formal. Inisiatif ini diwakili oleh Kamidi, seorang tukang tambal ban berusia 53 tahun, yang mendirikan Kelompok Bermain (KB) Permata Islam di rumahnya di Kulon Progo. Kamidi membuka sekolah ini pada Februari 2009 dengan tujuan untuk mengenalkan konsep agama kepada anak-anak usia dini.

Melalui KB Permata Islam, Kamidi memberikan pendidikan agama kepada anak-anak dari pukul 07.00 hingga 11.00 WIB sebelum melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang tambal ban. "Alhamdulillah, hingga kini sekolah kami semakin diminati, termasuk oleh peserta didik yang tinggal jauh dari Permata Islam," ujar Kamidi dalam pernyataannya. Sejak 2017, kelanjutan pendidikan di sekolah ini semakin menarik perhatian dari berbagai kalangan, termasuk banyak yang datang dari luar daerah untuk belajar.

Ketertarikan ini dapat dipahami karena sejak 2014, KB Permata Islam telah berkembang menjadi sekolah Tahfidz tingkat dasar yang berfokus pada pendidikan hafalan Al-Qur’an. Sekolah ini telah menarik minat peserta didik dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Bekasi, dan Surabaya hingga Aceh, Medan, dan Kalimantan. Meski demikian, Kamidi mencatat bahwa fasilitas yang tersedia masih sangat terbatas, dan ia berharap dapat meningkatkan sarana dan prasarana agar proses pendidikan dapat berlangsung lebih efektif.

Rencananya, sekolah ini akan berkembang dari PAUD hingga SMA dengan kurikulum berbasis tauhid dan entrepreneurship. Harapan tersebut menunjukkan komitmennya untuk mencetak lulusan yang memiliki keberanian, kemandirian, dan kreativitas, serta mampu menciptakan peluang di masa depan.

Tidak hanya Kamidi, tetapi ada pula Adika Hario Nugroho, seorang penyandang disabilitas tuli berusia 33 tahun, yang tergerak untuk memperjuangkan pendidikan Al-Qur’an melalui The Little Hijabi Institute di Bekasi. Adika, yang belajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) saat kecil, mengungkapkan bahwa pendidikan yang diterimanya tidak memadai, khususnya berkaitan dengan pemahaman tentang kondisi dirinya. Setelah berkarier di berbagai pekerjaan, ia menemukan makna hidupnya saat mengajar di institusi tersebut.

The Little Hijabi Institute merupakan sekolah pertama di Indonesia yang didirikan oleh seorang Teman Tuli. Mereka menggunakan bahasa isyarat sebagai jembatan komunikasi antara anak-anak dan orang tua. Adika berkontribusi dengan mengajar kelas bahasa isyarat Muslim kepada mahasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) serta menggelar kelas kisah dalam isyarat untuk orang tua dan mahasiswa.

Proyek yang digagas Adika, yaitu Project Isyarat Cahaya, bertujuan untuk mengembangkan bahasa isyarat khusus Islam. Ia juga terlibat dalam penyuntingan dan pembuatan dokumen serta video isyarat Islam. Ambisinya adalah agar institusinya dapat memiliki studio untuk menerjemahkan kajian Islam dan memproduksi buku kisah dalam bahasa isyarat.

Dedikasi Kamidi dan Adika dalam meningkatkan pendidikan keagamaan dan sosial mendapat pengakuan berupa penghargaan dari Insight Investments. Koordinator program, M Jani, menekankan bahwa penghargaan ini merupakan bentuk dukungan kepada mereka yang berkontribusi dalam bidang pendidikan dan sosial di masyarakat.

"Diharapkan penghargaan ini akan mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan sosial maupun pendidikan," ujar Jani. Penghargaan tersebut adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap keikhlasan mereka dalam berkontribusi pada masyarakat, serta untuk memotivasi individu lain untuk melakukan hal serupa.

Sebanyak 44 sosok inspiratif, termasuk Kamidi dan Adika, menerima hadiah umroh dari Insight Investments. Rencana keberangkatan para penerima penghargaan dilaksanakan pada 28 Agustus, yang juga menjadi bagian dari program yang telah memberangkatkan 900 jemaah sejak 2005, termasuk dalam rangka ibadah haji.

Inisiatif kedua tokoh ini menunjukkan komitmen kuat terhadap perlunya pendidikan agama bagi anak-anak, serta upaya untuk menciptakan ruang inklusif bagi semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Melalui suaranya, Kamidi membawa harapan untuk generasi muda yang lebih baik.

Keberadaan institusi seperti KB Permata Islam dan The Little Hijabi Institute lebih dari sekedar tempat belajar; mereka menjadi contoh nyata dari dedikasi dan kerja keras dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki pondasi spiritual yang kuat. Hal ini mencerminkan pentingnya pendidikan yang holistik, yang mencakup pengajaran nilai-nilai agama sejak usia dini. Aktivitas yang dijalankan oleh Kamidi dan Adika menjadi sumber inspirasi dan harapan bagi masyarakat bahwa pendidikan agama dapat berjalan beriringan dengan pendidikan formal untuk membentuk karakter anak-anak bangsa yang lebih baik.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button