Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra baru-baru ini mencuri perhatian publik saat berangkat untuk mengikuti retreat Kabinet Merah Putih di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Dalam acara yang dihadiri oleh seluruh menteri kabinet tersebut, Yusril menonjol dengan penampilannya yang berbeda, salah satunya adalah pemilihan tas mewah yang dibawanya.
Sesuai arahan yang diberikan kepada para menteri, mereka diwajibkan untuk mengenakan seragam kemeja putih dan celana hitam. Namun, Yusril tampil mencolok dengan membawa dua tas dari merek ternama, yang harganya setara dengan 33 kali Upah Minimum Regional (UMR) Magelang. Para menteri diharapkan dapat menampilkan kesan formal dan profesional dalam acara ini, tetapi Yusril memilih untuk tidak menggunakan tas berlogo "Pusdiklat Bela Negara", yang seharusnya menjadi standar penampilan.
Dalam unggahannya di media sosial, Yusril mengungkapkan momen saat melangkah menuju pesawat Hercules C-130J yang akan membawanya ke Yogyakarta. Dalam video tersebut, penampilannya yang membawa tas mewah jelas mencolok perhatian warganet.
Kedua tas tersebut, satu merek Celine dan satu dari Louis Vuitton, memiliki harga yang fantastis. Tas Celine Homme berwarna hitam yang dibawa Yusril memiliki ukuran 37 cm x 28 cm dan terbuat dari bahan nilon-canvas. Dengan kapasitas yang mampu menyimpan barang-barang penting, tas ini dijual di pasaran dengan kisaran harga $2,065 atau setara dengan Rp 32,1 juta. Sementara itu, tas Louis Vuitton Keepall Bandouliere berwarna coklat gelap, yang juga dibawanya, memiliki dimensi 55 x 31 x 26 cm dan terbuat dari kulit yang ramah lingkungan, dengan harga mulai dari Rp 46 juta.
Apabila dijumlahkan, kedua tas tersebut mencapai harga sekitar Rp 78 juta. Hal ini sangat mencolok, terutama bagi masyarakat Magelang yang mengetahui bahwa UMR untuk kabupaten Magelang pada tahun 2024 adalah Rp 2.316.890 dan Rp 2.142.000 untuk Kota Magelang. Dengan kata lain, harga dua tas itu setara dengan 33 kali UMR di kawasan tersebut, sebuah angka yang mencerminkan kesenjangan ekonomi yang ada di masyarakat.
Reaksi warganet terhadap penampilan Yusril pun beragam. Rata-rata komentar yang muncul di kolom komentar video unggahannya menunjukkan pujian, di mana netizen menanggapi dengan positif, memuji gaya Yusril yang terlihat stylish meskipun usianya telah mencapai 68 tahun. Beberapa komentar bahkan menyoroti kesaman antara tas yang dibawa Yusril dengan tas yang biasa dipakai oleh para selebriti, seperti Lisa dari Blackpink.
"Tasnya keren prof," tulis salah satu netizen. Komentar lain menyebutkan, "Pak Yusril paling keren deh outfitnya, gaul & milenial banget fashion nya…" Komentar-komen ini menunjukkan bahwa meskipun Yusril adalah seorang pejabat tinggi, ia mampu memadukan penampilan formal dengan unsur-unsur kekinian yang disukai oleh generasi muda.
Melihat tren gaya hidup dan standar penampilan pejabat publik, insiden ini mengundang diskusi lebih lanjut tentang etika dan tanggung jawab sosial yang seharusnya dimiliki oleh para pemimpin. Pemilihan aksesori dan fashion yang mencolok, terutama di tengah realita ekonomi masyarakat yang beragam, bisa menjadi sinyal bagi publik tentang bagaimana para pemimpin mereka berhubungan dengan masyarakat yang mereka pimpin.
Adanya perbedaan mencolok antara penampilan Yusril dan seragam menteri lainnya tidak hanya menjadi sorotan media, tetapi juga membuka ruang untuk diskusi mengenai citra dan peran pejabat publik dalam mencerminkan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat. Ketika harga aksesori pribadi seorang menteri dapat menggambarkan 33 kali lipat dari pendapatan masyarakat, pertanyaan yang muncul adalah, seberapa jauh pemahaman dan kesadaran mereka tentang kondisi yang dihadapi masyarakat?
Sementara polemik ini terus bergulir, penting untuk diingat bahwa tas dan penampilan pribadi hanyalah sebagian kecil dari berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan. Meski gaya penampilan Yusril mendapat pujian, tantangan utamanya tetaplah mengedepankan kebijakan dan tindakan yang mampu menjawab kebutuhan rakyat serta menjembatani kesenjangan yang ada di masyarakat.
Sementara itu, para menteri dalam retreat tersebut diharapkan untuk tidak hanya mendiskusikan strategi pemerintah, tetapi juga untuk mengevaluasi bagaimana mereka dapat menjadi lebih dekat dengan rakyat dan merespon kebutuhan serta harapan masyarakat secara lebih efektif. Pada akhirnya, hal ini akan memberi dampak positif bagi citra pemerintahan dan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpinnya.