Indonesia

Kehadiran TSA dan Pengecekan Berlapis Tingkatkan Keamanan di Bandara

Peristiwa tragedi 11 September 2001 (9/11) yang mengguncang dunia tidak hanya membawa duka yang mendalam, tetapi juga mengubah segala aspek keamanan penerbangan secara drastis. Pada pagi hari itu, aksi 19 teroris dari kelompok ekstremis Islam al-Qaeda membajak empat pesawat dan melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan gedung-gedung penting di Amerika Serikat, seperti gedung World Trade Center di New York City dan Pentagon di Arlington, Virginia. Akibat serangan ini, hampir 3.000 orang kehilangan nyawa, dan ribuan lainnya terluka, menandai satu titik balik dalam sejarah keamanan global.

Pembentukan TSA menjadi salah satu langkah penting setelah tragedi tersebut. Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) dibentuk oleh Presiden AS George W. Bush dua bulan setelah serangan, dengan tujuan utama untuk memperkuat keamanan di bandara. TSA diberi wewenang untuk mengatur keamanan penerbangan secara menyeluruh. Tindakan ini meliputi peraturan pemeriksaan barang bawaan, peningkatan keamanan pintu kokpit, serta penambahan jumlah marsekal udara federal pada penerbangan. TSA berupaya untuk mencegah tragedi serupa di masa depan dengan meningkatkan lapisan keamanan di semua titik pemeriksaan bandara.

Pengecekan berlapis menjadi salah satu ciri khas dari kebijakan baru ini. Sebelumnya, penumpang pesawat hanya perlu datang ke bandara tanpa memerlukan prosedur ketat sebelum penerbangan. Namun, setelah 9/11, situasi berubah dratis. Calon penumpang harus menjalani serangkaian pemeriksaan yang lebih ketat. Pengecekan menyeluruh terhadap barang bawaan dilakukan dengan pemindai sinar-X, dan penumpang diharuskan untuk melepas jaket, ikat pinggang, dan barang-barang lainnya ketika melewati detektor logam. Langkah ini bukan tanpa alasan; pemeriksaan menyeluruh diterapkan sebagai upaya untuk menekan risiko potensi serangan atau ancaman yang bisa menggunakan pesawat sebagai alat melakukan kejahatan.

Untuk lebih memperketat kebijakan keselamatan, pembatasan membawa cairan juga diberlakukan. Tindakan awalnya adalah melarang semua barang yang berbentuk cairan, gel, dan aerosol dari masuk ke dalam kabin pesawat. Namun, pada September 2006, perubahan dalam kebijakan ini mengizinkan penumpang untuk membawa cairan dalam wadah yang berukuran 340 gram atau kurang, selama mereka dikemas dalam satu kantong plastik berukuran 1 liter yang transparan dan dapat ditutup kembali. Kebijakan ini menjadi salah satu contoh bagaimana kebijakan keamanan dapat beradaptasi dan berubah berdasarkan kebutuhan dan situasi yang ada.

Inovasi seperti PreCheck dan Global Entry juga diperkenalkan untuk menciptakan efisiensi dalam proses pemeriksaan. Layanan ini memberikan kemungkinan bagi penumpang yang sudah terdaftar untuk melintasi proses pemeriksaan tanpa harus melepas sepatu, jaket, atau ikat pinggang serta mengeluarkan laptop dari tas. Hal ini dirancang untuk mempercepat proses pemeriksaan di bandara dan mengurangi antrean panjang yang biasanya terjadi di titik pemeriksaan. Namun, meski menawarkan kenyamanan, layanan semacam ini juga menimbulkan keprihatinan di kalangan pengamat privasi, karena para penumpang diharuskan memberikan sidik jari dan data pribadi lainnya yang dapat menjadi potensi risiko bagi privasi mereka.

Sejak 9/11, keamanan bandara telah mengalami evolusi yang signifikan. Setiap kebijakan yang diterapkan tidak hanya untuk memperkuat pertahanan terhadap ancaman teroris tetapi juga untuk memberikan rasa aman bagi para penumpang. Peningkatan teknologi, pelatihan personel keamanan, serta penggunaan sistem keamanan yang lebih modern menjadi bagian dari strategi TSA untuk memastikan keselamatan penerbangan.

Kebijakan-kebijakan yang diperkenalkan setelah peristiwa mengerikan itu mengubah cara masyarakat melihat penerbangan dan perjalanan jarak jauh. Banyak penumpang kini menyadari pentingnya mematuhi semua prosedur keamanan, meskipun itu berarti harus tiba di bandara lebih awal dan melalui serangkaian proses yang terkadang menyita waktu. Keberhasilan TSA dalam menerapkan langkah-langkah keamanan berlapis dan inovasi menghasilkan kepercayaan yang lebih besar dari masyarakat terhadap keselamatan penerbangan, meskipun tantangan dalam menjaga privasi penumpang tetap menjadi isu yang harus dihadapi.

Tragedi 9/11 adalah pengingat pahit akan kompleksitas ancaman teroris di era modern. Perubahan dalam keamanan penerbangan yang dipicu oleh peristiwa tersebut menunjukkan betapa pentingnya respons yang cepat dan efektif untuk menghadapi situasi darurat. Melalui berbagai perubahan kebijakan dan inovasi yang diterapkan oleh TSA, diharapkan keamanan penerbangan di masa depan dapat terus ditingkatkan, sehingga penumpang dapat terbang dengan lebih aman tanpa mengorbankan kenyamanan dalam perjalanan mereka.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button