Keberhasilan kebijakan Merdeka Belajar sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam menerima dan menerapkan pembelajaran yang disajikan kepada mereka. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Standar Kurikulum Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, dalam sebuah simposium internasional yang berlangsung di Bali baru-baru ini. Menurutnya, kebijakan Merdeka Belajar berorientasi pada pembelajaran yang dilakukan oleh para siswa, dan oleh karena itu, keberhasilannya sangat bergantung pada interaksi dan keaktifan siswa di dalam kelas.
Anindito, yang akrab disapa Nino, menekankan pentingnya membangun kepekaan pelajar terhadap prinsip dan penerapan kebijakan Merdeka Belajar di ruang kelas. "Apa pun pengaruh kebijakan kami, bergantung pada bagaimana para pelajar," ujarnya. Penekanan pada kepekaan ini penting agar siswa tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga aktif dalam proses pembelajaran yang lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam paparannya, Nino juga menggarisbawahi bahwa komunikasi yang efektif menjadi kunci sukses dalam menerapkan Merdeka Belajar. Dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa, serta antar sesama siswa, diharapkan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik. Nino yakin bahwa lingkungan kelas yang mendukung komunikasi yang terbuka akan merangsang siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan Merdeka Belajar juga memerlukan pola metode pengajaran yang beragam. Anindito menjelaskan pentingnya melatih siswa dengan berbagai metode yang mendukung kurikulum yang telah dibentuk. Mengubah kurikulum saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan pengembangan karakter pelajar. "Kita tidak cukup hanya mengubah kurikulum, tetapi harus mengembangkan karakter pelajar yang mampu berpikir kritis dan kreatif," tegasnya.
Simposium Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) yang dihadiri oleh delegasi dari 20 negara dan organisasi internasional berlangsung dari tanggal 1 hingga 3 Oktober 2024. Acara ini melibatkan negara-negara seperti Finlandia, India, Inggris, Prancis, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab, dengan tujuan utama berbagi pengetahuan tentang transformasi digital dalam dunia pendidikan. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana negara-negara dapat bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam konteks pendidikan digital di era modern yang terus berkembang.
Keberadaan pendidikan digital menjadi sangat penting, terutama di era di mana teknologi informasi berperan besar dalam proses pembelajaran. Transformasi digital bukan hanya tentang penggunaan teknologi, tetapi juga bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa secara menyeluruh. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan para siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang relevan dan dapat diterapkan di dunia nyata.
Pengalaman yang diperoleh dari simposium ini dapat menjadi acuan bagi negara-negara lain dalam menerapkan kebijakan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Merdeka Belajar. Menyimak pengalaman dari negara-negara yang sudah lebih dahulu menerapkan sistem pendidikan berbasis keaktifan siswa, seperti Finlandia, dapat memberikan wawasan dan inovasi baru bagi pengembangan pendidikan di Indonesia.
Nino optimis bahwa jika guru dan siswa mampu beradaptasi dengan metode Merdeka Belajar, hasil pembelajaran akan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, perlu ada upaya kolaboratif antara pemerintah, pendidik, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan mendukung pembelajaran berbasis kompetensi.
Ada tantangan yang harus dihadapi dalam mengimplementasikan Merdeka Belajar ini. Misalnya, tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang sama dalam menerapkan kebijakan ini. Untuk itu, dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, sangat diperlukan agar tidak ada siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran.
Selain itu, untuk memastikan bahwa prinsip Merdeka Belajar dapat diterima dengan baik oleh para siswa, program pelatihan bagi para pendidik juga menjadi sangat penting. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan guru pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana cara menerapkan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran di sekolah dapat menjadi lebih dinamis, interaktif, dan menyenangkan bagi siswa.
Akhirnya, keberhasilan Merdeka Belajar tidak hanya diukur dari aspek akademis saja, tetapi juga dari pengembangan karakter dan keterampilan siswa. Sebuah sistem pendidikan yang baik adalah yang tidak hanya mempersiapkan siswa untuk ujian, tetapi juga untuk kehidupan. Dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam kebijakan Merdeka Belajar, diharapkan para siswa dapat menjadi individu yang kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.