Lebih dari 150 orang dilaporkan hilang dan 14 tewas setelah sebuah kapal yang membawa sekitar 300 penumpang tenggelam di Sungai Niger, tepatnya di Kecamatan Mokwa, Negara Bagian Niger, Nigeria, pada Selasa malam, 3 Oktober 2024. Sebagian besar penumpang adalah wanita dan anak-anak yang kembali dari festival keagamaan Islam, Maulud. Kecelakaan ini terjadi sekitar pukul 8:30 malam, ketika kapal kayu yang seharusnya memiliki kapasitas maksimum 100 penumpang, kelebihan muatan saat melintasi sungai.
Menurut Abdullahi Baba-Arah, direktur jenderal Badan Manajemen Darurat Negara Bagian Niger (NSEMA), operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung. Seorang juru bicara NSEMA juga menambahkan bahwa, “Saat ini, ada 14 mayat yang telah ditemukan, dan penyelam lokal masih mencari lebih banyak korban selamat.” Dalam pernyataan lebih lanjut, Zainab Sulaiman, koordinator tanggap darurat, menjelaskan bahwa kondisi kapal yang sudah tua serta kelebihan muatan adalah faktor penyebab tenggelamnya kapal tersebut.
“Perahu itu kelebihan muatan, dan itulah yang terjadi. Mereka membebani kapal-kapal itu, dan, Anda tahu, sebagian besar kapal-kapal ini sudah tua. Jadi, dengan beban orang-orang, terkadang mereka bahkan membawa bahan makanan dalam tas, Anda melihat bahwa kapal itu terbalik atau terbelah menjadi dua,” imbuh Sulaiman. Keterangan ini menunjukkan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap aturan operasional perahu di daerah tersebut.
Kantor berita lokal, Vanguard News, mengutip Ketua Dewan pemerintah daerah Mokwa, Abdullahi Muregi, yang mengkonfirmasi telah ditemukan sekitar 60 jenazah, sementara 10 korban selamat juga telah ditemukan. Ismaila Umar, yang memimpin sebuah asosiasi nakhoda perahu di Mokwa, menyatakan kepada Reuters bahwa kemungkinan untuk menemukan lebih banyak korban selamat sangat kecil. Hal ini menunjukkan betapa kritisnya situasi di lapangan.
Bencana ini menjadi yang kedua kalinya dalam kurun 18 bulan terakhir di Negara Bagian Niger, di mana lebih dari 100 orang tewas dalam kecelakaan perahu lainnya. Insiden semacam ini menjadi perhatian besar karena sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelebihan muatan, penggunaan perahu yang tidak terawat, dan kegagalan regulasi dari pihak berwenang.
Salihu Garba, direktur bantuan dan rehabilitasi di layanan darurat negara bagian, menyatakan, “Perahu itu seharusnya tidak membawa lebih dari 100 orang, tetapi ada hampir 300 orang di dalamnya. Dan itulah yang mengakibatkan kerusakan pada perahu itu.” Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada aturan, banyak operator perahu yang melanggar demi mengejar keuntungan.
Para ahli menyarankan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk peningkatan regulasi dan perawatan terhadap armada kapal di Nigeria, terutama di daerah-daerah dengan sungai besar, seperti Niger. Kecelakaan serupa yang terus terjadi menunjukkan adanya celah dalam manajemen transportasi air yang perlu segera diatasi oleh pemerintah.
Baba-Arah dari NSEMA mengungkapkan bahwa lembaganya sedang menyelidiki penyebab kecelakaan ini. Media lokal melaporkan bahwa penyelidikan ini akan mencakup pemeriksaan terhadap operator perahu, kondisi kapal, dan apakah prosedur keselamatan diikuti sebelum keberangkatan.
Insiden ini juga menyoroti pentingnya keamanan dalam transportasi air, terutama bagi populasi yang sangat bergantung pada perahu untuk bepergian di wilayah-wilayah seperti Niger, di mana infrastruktur jalan mungkin tidak memadai. Masyarakat lokal mengandalkan perjalanan melalui sungai untuk berpartisipasi dalam berbagai acara, termasuk festival keagamaan, dan hal ini meningkatkan risiko saat keselamatan tidak diprioritaskan.
Momen tragedi ini juga telah memicu solidaritas masyarakat, di mana warga setempat dan relawan telah bergabung dalam upaya pencarian dan penyelamatan. Namun, banyak di antara mereka yang mengkhawatirkan keselamatan mereka sendiri saat berupaya membantu, menambah kompleksitas situasi.
Dalam konteks ini, pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih serius terhadap masalah keselamatan transportasi air dan mengambil langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Penegakan hukum yang lebih ketat dan peningkatan fasilitas serta pelatihan bagi operator perahu diharapkan dapat menyelamatkan kehidupan di masa mendatang.
Kepala Badan Manajemen Darurat Negara Bagian, melalui laporan berbagai media, mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati saat menggunakan moda transportasi air dan selalu mematuhi batasan kapasitas yang berlaku. Tindakan ini menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko duka yang lebih besar di antara komunitas yang sudah merasa kehilangan.
Meskipun operasi penyelamatan dan pencarian korban selamat masih berlangsung, banyak yang berharap tragedi ini akan menggerakkan perubahan signifikan dalam kebijakan dan praktik keselamatan di sektor transportasi air di Nigeria, guna melindungi nyawa dan mengurangi potensi luka di masa depan. Situasi ini menjadi pengingat akan betapa pentingnya kesadaran akan keselamatan dalam setiap aspek kehidupan, terutama saat berhadapan dengan kondisi yang berisiko tinggi.