Hiburan

Kanye West Mengaku Mabuk Saat Ngoceh Soal Anti-Yahudi, Tim Hukum Belum Berkomentar

Musisi kontroversial Kanye West baru-baru ini mengungkapkan bahwa ia sedang dalam pengaruh alkohol saat mengeluarkan pernyataan anti-Yahudi yang membuat geger publik pada tahun 2022. Dalam sebuah episode siniar yang dipandu oleh Candace Owens, Kanye mengakui, “Saya sedang minum waktu nge-tweet soal DEFCON.” Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dirinya mengambil tanggung jawab secara moral atas ucapan yang telah menyinggung banyak orang, sekaligus menunjukkan sebuah upaya untuk menjelaskan konteks di balik komentar yang mengundang banyak kritik tersebut.

Kanye melanjutkan dengan mengungkapkan jenis alkohol yang mempengaruhi pikirannya saat itu: “Anda mau tahu alkohol apa yang ada di dalam diri saya? Hennessy. Itu membuat kita jadi abu-abu. (Dan) setan (keluar dari diri).” Penyebutan merk alkohol dan cara dia menjelaskan pengaruhnya menggambarkan ketidakmampuannya dalam mengontrol perkataannya ketika dalam keadaan mabuk. Namun, Kanye tidak secara eksplisit menyatakan bahwa komentar-komentarnya seharusnya diabaikan sebagai “ocehan mabuk.” Sebaliknya, ia tetap berpegang pada keyakinan bahwa pernyataan yang diucapkannya memiliki kebenaran tersendiri.

Istilah “DEFCON” yang digunakan dalam tweetnya merujuk pada tingkat kesiapsiagaan militer untuk Amerika Serikat. Penggunaan istilah ini dalam konteks pernyataan anti-Yahudi, membuat banyak pihak bereaksi keras, menuntut pertanggungjawaban kepada Kanye atas pengaruh negatif yang ditimbulkan dari ucapannya. Dalam siaran itu, Kanye juga menyebutkan bahwa ia merasa terjebak sebagai korban dari “framing,” menyatakan, “semua orang kulit hitam adalah Yahudi.” Pernyataan tersebut tampaknya berusaha untuk menunjukkan bahwa sikapnya bukanlah bentuk anti-Semitik, tetapi lebih kepada pengakuan identitas yang lebih luas.

Reaksi dunia terhadap kicauan Kanye sangat signifikan. Sejumlah perusahaan besar memutuskan untuk menghentikan kontrak kerjasama dengan dirinya, yang berujung pada kerugian miliaran dollar. Salah satu perusahaan yang mengambil tindakan cepat adalah Adidas, yang menghentikan kerjasama mereka dengan Kanye karena reaksi publik yang sangat negatif terhadap pernyataannya. Langkah ini menunjukkan seberapa besar dampak yang dapat ditimbulkan oleh serangkaian pernyataan yang dianggap rasis dan diskriminatif.

Kanye juga melanjutkan kontroversi tersebut dengan menampilkan dirinya di Paris Fashion Week mengenakan kaus bertuliskan “White Lives Matter,” suatu frasa yang banyak dianggap sebagai balasan provokatif terhadap gerakan “Black Lives Matter.” Sikap ini menunjukkan ketidakpahaman atau penolakan terhadap masalah rasial yang lebih dalam, dan banyak yang melihatnya sebagai upaya untuk menarik perhatian, meskipun dengan cara yang dikecam oleh banyak kalangan. Selama perhelatan tersebut, ia juga menuai kritik tajam ketika memberikan pujian kepada dictator legendaris, Adolf Hitler, yang merupakan sosok yang dikenal sebagai simbol utama dari kebencian dan anti-Semitisme.

Di tengah berbagai kontroversi yang mengelilinginya, Kanye kemudian meminta maaf kepada komunitas Yahudi melalui media sosial, yang menandakan pengakuan bahwa pernyataannya berdampak besar dan menyakiti banyak orang. Permohonan maaf ini dikeluarkan setelah serangkaian pernyataan dan tindakan yang dianggap sangat ofensif dan tak sensitif. Dua sisi interaksi dengan publik ini menciptakan gambaran yang tidak konsisten dari seorang artis yang tampaknya berjuang dengan identitas serta posisi sosialnya, sekaligus mengindikasikan perlunya refleksi yang lebih dalam tentang bagaimana kata-kata dan tindakan dapat menciptakan dampak negatif yang luas.

Respon dari berbagai pihak, baik di kalangan pendukung maupun yang mengecam, menunjukkan bahwa isu yang diangkat sangat kompleks dan memerlukan perhatian serius. Kejadian ini bukan hanya sekadar masalah pribadi Kanye West, tetapi juga menyentuh tema yang lebih luas mengenai ras, identitas, dan tanggung jawab sosial dari individu yang memiliki pengaruh besar di masyarakat. Bagi banyak pengamat dan penggemar, hal ini menggambarkan keharusan untuk mempertimbangkan dengan hati-hati bagaimana pernyataan yang tampak remeh dapat berkontribusi pada kultur kebencian dan diskriminasi yang masih ada di dunia saat ini.

Dengan berbagai komplikasi yang muncul dari serangkaian tindakan dan pernyataan Kanye, tampak jelas bahwa posisi seorang publik figur dalam kapasitasnya dapat membawa dampak jauh melampaui apa yang mereka maksudkan. Sementara Kanye menunjukkan bahwa ia merasa tertekan dan terkekang dalam narasi yang ada, banyak yang berharap agar ini menjadi momen pembelajaran bagi dirinya dan pengikutnya untuk lebih memahami pentingnya empati, toleransi, dan pengertian antar kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kontroversi ini terus memicu perdebatan lanjutan di media sosial dan berpotensi mengubah cara pandang banyak orang mengenai dialog yang sehat tentang isu keadilan sosial.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button