Dunia

Jika Israel Terus Menyerang, Hamas Ancang-Ancam Akan Bunuh Semua Sandera

Gaza: Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Hamas kembali mencuat dengan ancaman serius dari kelompok bersenjata Hamas. Dalam pernyataan yang disampaikan pada hari Senin, 2 September 2024, Hamas mengisyaratkan bahwa jika Israel terus melakukan serangan, maka mereka tidak akan ragu untuk membunuh semua sandera yang berada di tangan mereka. Pernyataan itu disampaikan oleh jubir Brigade Izz ad-Din al-Qassam, Abu Ubaida, yang menekankan bahwa instruksi baru telah dikeluarkan terkait dengan nasib sandera-sandera tersebut.

Hamas Siapkan Instruksi Baru
Abu Ubaida mengungkapkan bahwa instruksi baru tersebut muncul setelah satu operasi penyelamatan yang berlangsung di bulan Juni lalu, di mana empat sandera Israel berhasil dibebaskan, namun mengakibatkan sejumlah warga sipil Palestina tewas. Ubaida secara tegas mengatakan bahwa jika Israel terus memberikan tekanan militer, maka keluarga sandera harus siap untuk menerima fakta pahit bahwa anggota keluarga mereka akan kembali dalam "kain kafan". “Ketegasan Netanyahu untuk membebaskan para tahanan melalui tekanan militer, bukan dengan kesepakatan, berarti mereka akan dikembalikan kepada keluarga mereka dalam kain kafan,” tegasnya dalam konfrensi pers.

Sikap Hamas Terhadap Ancaman Kematian Sandera
Melalui pernyataan itu, Hamas menyalahkan Israel atas kematian para sandera, menuduh bahwa kesepakatan gencatan senjata yang belum terpenuhi menjadi salah satu faktor krusial. Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menyatakan bahwa tuduhan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengenai kematian enam sandera pada tanggal 31 Agustus, hanyalah sebuah upaya untuk mengalihkan tanggung jawab. Abu Zuhri mengklaim, "Netanyahu adalah yang membunuh enam tahanan tersebut dan dia bertekad untuk membunuh sisa tahanan yang lain."

Dalam konteks ini, ketegangan meningkat ketika sebuah video yang memperlihatkan momen terakhir enam sandera dilansir oleh Hamas, meski kapan pasti video itu direkam masih menjadi misteri. Video ini menambah kecemasan di pihak keluarga dan publik terkait nasib para sandera.

Tanggapan Netanyahu dan Penolakan Kesepakatan
Di sisi lain, Netanyahu menanggapi keras tuduhan yang dilayangkan oleh Hamas. Dalam konferensi pers yang diadakan setelah demonstrasi besar oleh 300 ribu massa yang menuntut kesepakatan pelepasan sandera, ia menolak klaim bahwa pihaknya telah memblokade kesepakatan. Netanyahu meminta maaf kepada keluarga para sandera, namun bersikeras bahwa kematian mereka terjadi bukan karena keputusannya untuk menjaga pasukan Israel di Koridor Philadelphi. Ia menyatakan, “(pembunuhan) itu tidak terjadi karena keputusan di Koridor Philadelphi, tapi terjadi karena Hamas tidak mau menginginkan kesepakatan.”

Pentingnya Koridor Philadelphi dalam Negosiasi Gencatan Senjata
Koridor Philadelphi, yang membentang sepanjang 14,5 km di antara perbatasan Gaza Selatan dan Mesir, menjadi pusat perhatian dalam negosiasi gencatan senjata. Netanyahu dan pemerintah Israel menginginkan kontrol penuh atas area ini untuk mencegah penyelundupan senjata oleh Hamas, sementara Hamas menuntut pasukan Israel agar segera meninggalkan Gaza sepenuhnya. Ini menciptakan perpecahan yang signifikan dalam upaya mencapai kesepakatan damai, di mana masing-masing pihak memiliki visi dan kepentingan yang jauh berbeda.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Netanyahu, “Poros Setan” yang terdiri dari Iran dan Hamas, dianggap membutuhkan Koridor Philadelphi, sehingga Israel merasa perlu untuk mempertahankan kontrol di area tersebut. “Untuk memastikan tidak ada 7 Oktober, dan 7 Oktober lainnya, seperti yang dijanjikan oleh Hamas,” ungkap Netanyahu, mengacu pada serangan hendak 7 Oktober 2023 yang dilancarkan Hamas terhadap Israel.

Ketidakpastian dan Ancaman Berkelanjutan
Dengan latar belakang situasi yang semakin menegangkan ini, ketidakpastian semakin menumbuhkan kekhawatiran di antara keluarga para sandera dan masyarakat internasional. Ancamannya, di mana semua sandera bisa terbunuh jika serangan Israel berlanjut, menambahkan lapisan ketegangan yang sudah ada. Persoalan ini tidak hanya menyangkut reputasi kepemimpinan kedua belah pihak, tetapi juga mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai kesepakatan damai yang mendesak.

Keluarga para sandera kini berada dalam posisi yang sangat memilukan, harus menjalani hari-hari dengan harapan sekaligus ketakutan. Dalam pernyataan yang penuh emosi, beberapa anggota keluarga menyampaikan keinginan mereka agar pemerintah Israel mau berNegosiasi dengan Hamas untuk mencapai kesepakatan pertukaran yang aman. Namun, pernyataan keras dari kedua belah pihak menunjukkan bahwa prospek untuk mencapai kesepakatan damai tampak semakin meruncing.

Perspektif Internasional
Fokus dunia kini tertuju pada situasi ini, dengan banyak pemimpin global menyerukan untuk segera menghentikan kekerasan. Namun, dengan adanya pengingkaran dari kedua belah pihak dalam perundingan, jauh dari kata damai. Pihak internasional diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam mendorong tercapainya kesepakatan yang mencakup tidak hanya pembebasan para sandera, tetapi juga memberikan rasa aman dan keadilan bagi masyarakat sipil di Gaza dan Israel.

Ketika situasi ini terus berkembang, masyarakat dunia harus berdoa dan berharap untuk nasib baik para sandera, agar tidak ada lagi keluarga yang harus kehilangan anggota mereka akibat konflik yang berkepanjangan dan tidak berujung ini. Keinginan akan perdamaian semakin mendesak, namun tetap saja tantangan untuk mewujudkannya sangatlah besar.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button