Pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara pada tengah malam Kamis, menargetkan sebuah bunker bawah tanah yang diperkirakan menjadi lokasi pertemuan para pemimpin senior Hizbullah. Serangan ini berlangsung di daerah Dahiya, sebuah kawasan padat penduduk di selatan Beirut, yang dikenal sebagai benteng kelompok militan tersebut. Ledakan besar mengguncang wilayah tersebut, memicu gelombang kejut yang terasa di seluruh ibu kota Lebanon.
Menurut pejabat Israel yang berbicara dengan syarat anonim, militer Israel memiliki informasi intelijen yang menunjukkan bahwa para pemimpin Hizbullah sedang berkumpul di lokasi tersebut. Di antara mereka adalah Hashem Safieddine, sepupu sekaligus calon pengganti Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah yang baru saja dibunuh dalam serangan udara pekan lalu. Informasi ini menambah intensitas konflik yang sudah berlangsung antara Israel dan Hizbullah, terutama setelah eskalasi terbaru dalam kekerasan di wilayah tersebut.
Serangan udara Israel di Dahiya terjadi setelah beberapa insiden lainnya yang menambah kompleksitas situasi di Timur Tengah. Sebelumnya, Israel meluncurkan serangan di Tulkarem, di Tepi Barat yang diduduki, yang mengakibatkan sedikitnya 18 orang tewas. Ini menandai peningkatan yang signifikan dalam jumlah korban selama beberapa serangan yang dilakukan Israel, sejalan dengan pertempuran yang lebih luas dengan Hamas di Gaza.
Tindakan militer Israel tidak hanya terbatas pada serangan di Lebanon dan Tepi Barat. Pada hari yang sama, mereka juga melakukan serangan di Gaza, di mana hampir 100 orang dilaporkan tewas dalam serangan-serangan yang berlangsung dalam periode 24 jam terakhir, menjadikannya sebagai salah satu hari terburuk dalam tiga bulan terakhir. Dengan meningkatnya jumlah serangan, ada kekhawatiran bahwa Israel mungkin bersiap untuk melakukan invasi darat yang lebih besar ke Lebanon, terutama setelah merespons serangan roket dari Hizbullah.
Militer Israel sudah memperingatkan penduduk di lebih dari 20 kota di Lebanon selatan untuk segera meninggalkan rumah mereka. Selain itu, Israel juga mengumumkan akan mengirim divisi kelima tentara ke daerah perbatasan dengan Lebanon, sebuah langkah yang menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat di kawasan tersebut. Sekitar 200 roket dilaporkan telah diluncurkan ke Israel dari Lebanon pada hari yang sama, meski tidak ada laporan pasti tentang cedera yang terjadi akibat serangan tersebut.
Konflik ini juga menyentuh aspek lebih luas terkait Iran, yang berperan dalam mendukung Hizbullah. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa negara tersebut tengah berjuang dalam "perang yang keras melawan poros kejahatan Iran." Ketegangan ini kian memuncak setelah Iran meluncurkan hampir 200 rudal ke berbagai sasaran di Israel, dengan Israel berjanji akan melakukan balasan terhadap agresi tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa Presiden AS, Joe Biden, juga turut berkomentar mengenai situasi ini, menyatakan bahwa ia tidak akan mendukung Israel jika negara tersebut berencana menyerang situs nuklir Iran. Komentar ini muncul di tengah meningkatnya ketakutan akan eskalasi lebih lanjut dalam konflik yang bisa meluas ke seluruh wilayah Timur Tengah. Harga minyak pun melonjak setelah pernyataan Biden terkait kemungkinan serangan terhadap fasilitas minyak Iran, yang menunjukkan dampak global dari ketegangan di Timur Tengah.
Sebagai sebuah negara yang terletak di tengah krisis geopolitik yang kompleks, situasi di Lebanon dan sekitarnya terus berkembang. Serangan udara Israel terhadap Hizbullah menunjukkan bahwa perang di wilayah tersebut kian memasuki fase baru dengan serangkaian serangan balasan yang berpotensi membawa dampak besar bagi stabilitas kawasan. Ketegangan yang terjadi tidak hanya melibatkan kekuatan militer, tetapi juga aspek politik dan diplomatik yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, termasuk negara-negara besar yang berperan dalam konflik ini.
Seiring dengan perkembangan terbaru ini, masyarakat internasional terus memantau situasi dengan cermat. Upaya untuk mencapai resolusi damai masih sangat diperlukan, tetapi tantangan yang ada cukup besar mengingat adanya berbagai kepentingan yang saling bertabrakan di kawasan ini. Kewaspadaan terhadap kemungkinan serangan lebih lanjut baik dari Israel maupun Hizbullah menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh semua pihak, guna menghindari terjadinya krisis yang lebih besar.