Kesehatan

Jessica Iskandar Ungkap Alasan Jalani Program Hamil PGT-A, Ternyata Kurangi Risiko Kesehatan

Jessica Iskandar, seorang publik figur yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, baru-baru ini mengungkapkan alasan di balik keputusannya untuk menjalani program hamil dengan teknologi Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A). Teknologi ini bertujuan untuk mengurangi risiko kelainan kromosom yang dapat berdampak pada kesehatan janin. Sebagai seorang ibu, Jessica seakan membawa pesan penting untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan reproduksi.

Kelainan kromosom merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi bayi yang lahir. Menurut data medis, kelainan ini sering kali terjadi akibat kesalahan saat pembelahan sel dalam proses pembentukan sperma atau sel telur. Implikasi dari kesalahan ini beragam, termasuk kemungkinan bayi lahir dengan jumlah kromosom yang abnormal, yang selanjutnya dapat menyebabkan penyakit bawaan seperti sindrom Down. Dalam sepak terjang Jessica Iskandar di dunia kehamilan, PGT-A menjadi salah satu alternatif untuk memastikan kesehatan janin.

Diungkapkan oleh Dr. Benediktus Arifin, dokter obgyn di Morula IVF Surabaya, kelainan kromosom seperti Down Syndrome atau Trisomi 21, Sindrom Turner, dan Sindrom Klinefelter (XXY) dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan. Anak yang lahir dengan kelainan ini bisa mengalami keterlambatan perkembangan baik secara fisik maupun intelektual. Pendekatan pencegahan yang jelas menjadi sangat penting, terutama bagi pasangan yang berencana untuk memiliki anak.

Pentingnya pemeriksaan genetik sebelum proses implantasi embrio menjadi salah satu alasan mengapa Jessica dan suaminya, Vincent Verhaag, memilih menjalani PGT-A. Teknologi ini memungkinkan dokter untuk memeriksa kromosom embrio sebelum ditanamkan dalam rahim, yang pada gilirannya dapat meningkatkan peluang kelahiran bayi yang sehat dan mengurangi risiko keguguran. Dari lima embrio yang dihasilkan melalui proses in vitro fertilization (IVF), Jessica dan Vincent berhasil memperoleh satu embrio yang sehat untuk ditanamkan, sementara embrio lainnya disimpan untuk ke depan.

Jessica menceritakan pengalamannya dalam menjalani proses ini. “Awalnya aku sempat was-was, tapi setelah dijelaskan dokter tentang prosesnya, aku yakin ini jalan yang tepat. Prosesnya tidak menyakitkan dan berjalan lancar,” ujarnya. Keyakinan Jessica setelah mendapatkan penjelasan dari dokter menunjukkan bagaimana pentingnya komunikasi antara pasien dan tenaga medis dalam setiap langkah proses kesehatan.

Faktor risiko kelainan kromosom menjadi aspek penting lain yang sering kali terabaikan. Menurut para ahli, risiko ini meningkat seiring bertambahnya usia ibu, terutama bagi mereka yang berusia lebih dari 35 tahun. Selain itu, paparan kepada zat berbahaya, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan kelainan kromosom. Untuk itu, langkah-langkah pencegahan yang disarankan termasuk konsumsi asam folat, menjauhi zat berbahaya, menjaga berat badan tetap ideal, serta melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

Menyikapi proses PGT-A yang diambilnya, Jessica turut memberikan harapan kepada pasangan lain yang mengalami kesulitan dalam memiliki keturunan. Dr. Jimmy Yanuar Annas, Kepala TRB Morula IVF Surabaya, juga menyatakan bahwa teknologi PGT-A memberi harapan baru bagi pasangan yang ingin memiliki anak, dengan cara menyeleksi embrio yang terhindar dari risiko kelainan kromosom. “Ini menjadi langkah signifikan dalam membantu lebih banyak pasangan untuk mewujudkan impian mereka menjadi orang tua,” jelasnya.

Program hamil dengan teknologi modern seperti PGT-A tidak hanya memberikan kemungkinan untuk memiliki bayi yang sehat, tetapi juga bermanfaat untuk mengurangi stres emosional yang dialami pasangan yang kesulitan memiliki anak. Dengan kejelasan mengenai risiko yang ada serta dukungan dari tenaga medis yang kompeten, pasangan dapat lebih optimis menghadapi perjalanan panjang menuju kebahagiaan menjadi orang tua.

Jessica Iskandar dan Vincent Verhaag, melalui perjalanan mereka, telah memberikan inspirasi bagi banyak orang. Dengan pengalamannya yang terbuka dan berbagi informasi terkait dengan PGT-A, mereka membantu memperluas pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk memastikan masa depan yang lebih sehat bagi generasi selanjutnya.

Dengan demikian, keputusan Jessica untuk menjalani program IVF dengan teknologi PGT-A adalah langkah yang bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan genetik dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi masyarakat luas. Keberanian dan keterbukaan Jessica dalam berbagi pengalaman ini diharapkan dapat menjadi dorongan bagi pasangan yang ingin memulai keluarga, sekaligus mengingatkan kita semua tentang pentingnya kesehatan sejak awal dalam perjalanan menjadi orang tua.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.
Back to top button