Gaya Hidup

Jarang Ada Kericuhan Demo: 10 Negara Terdamai yang Menciptakan Stabilitas Sosial

Institute for Economics and Peace (IEP) baru-baru ini merilis Indeks Perdamaian Global 2024 atau Global Peace Index (GPI) 2024, yang memberikan gambaran mengenai tingkat perdamaian di berbagai negara di dunia. Dalam laporan tersebut, penekanan diberikan pada pengukuran tingkat perdamaian negatif suatu negara melalui tiga domain, yaitu konflik domestik dan internasional, keharmonisan dalam masyarakat, dan tingkat militerisasi. Negara-negara dengan skor rendah menunjukkan tingkat damai yang tinggi, yang selanjutnya berdampak pada stabilitas, keselamatan, dan keamanan masyarakat.

Islandia mengukuhkan posisinya sebagai negara paling damai di dunia dengan skor 1.112, menjadikannya sebagai contoh utama tentang bagaimana pengelolaan konflik dan stabilitas politik dapat menghasilkan lingkungan yang tenang dan tidak bergejolak. Hal ini didukung oleh tingkat keamanan yang tinggi, rendahnya angka kejahatan, dan tidak adanya konflik yang signifikan, baik di dalam maupun luar negeri.

Irlandia, di peringkat kedua, juga menunjukkan kemajuan substansial dalam hal perdamaian, dengan skornya yang mengindikasikan keharmonisan yang meningkat dan pengurangan potensi konflik. Peningkatan kesejahteraan sosial dan kesetaraan dalam masyarakat berkontribusi pada stabilitas yang lebih baik.

Austria dan Selandia Baru menempati posisi ketiga dan keempat, masing-masing, keduanya dikenal memiliki sistem pemerintahan yang kuat dan efektif dalam menangani masalah-masalah sosial. Kebijakan yang berfokus pada dialog dan kerja sama internasional meningkatkan hubungan bilateral, yang berkontribusi pada keamanan dan stabilitas.

Singapura, menjadi negara Asia Tenggara teratas dalam daftar ini, berada di peringkat kelima, dengan skor 1.339. Singapura dikenal dengan tingkat kriminalitas yang ekstrem rendah dan kebijakan pemerintah yang menekankan pada pemeliharaan ketertiban umum. Stabilitas ekonomi dan politik juga berkontribusi pada iklim sosial yang aman, menjadikan Singapura contoh menarik bagi banyak negara lain.

Di peringkat keenam adalah Swiss, yang terkenal dengan netralitasnya dalam konflik global dan kebijakan luar negeri yang mengedepankan diplomasi. Peringkat yang tinggi dalam GPI mencerminkan masyarakat yang secara keseluruhan damai dan enggan terlibat dalam konflik bersenjata.

Portugal dan Danmark juga mencatat skor yang baik dalam menjaga kesehatan sosial, stabilitas politik, dan keamanan masyarakat. Slovenia, di peringkat kesembilan, menekankan pentingnya keadilan sosial dan partisipasi politik yang luas dalam menciptakan stabilitas.

Malaysia melengkapi daftar sepuluh besar dengan peringkat kesepuluh, menunjukkan kemajuan dalam hal keamanan dan pengelolaan konflik antar kelompok etnis.

Dalam konteks Asia Pasifik, Selandia Baru, Singapura, dan Malaysia juga menjadi pelopor. Negara-negara ini mencerminkan stabilitas yang kuat dan pengelolaan konflik yang efektif, yang berimplikasi positif terhadap tingkat demonstrasi dan pengurangan kericuhan. Dalam laporan GPI, tercatat bahwa 64 negara mengalami peningkatan dalam demonstrasi kekerasan, menunjukkan bahwa meskipun ada sejumlah negara damai, tantangan terhadap perdamaian global masih ada, dengan 152 negara mencatat setidaknya satu demonstrasi yang disertai kekerasan dalam satu tahun terakhir.

Peningkatan demonstrasi yang disertai kekerasan ini menjadi perhatian besar, di mana negara-negara seperti Kazakhstan, Iran, Ukraina, dan Uzbekistan mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini mungkin menunjukkan ketidakpuasan sosial yang mendalam, yang memicu kekerasan sebagai bentuk protes.

Melihat data ini, Indonesia menempati peringkat ke-48 dengan skor 1.857. Meskipun Indonesia memiliki sejarah panjang yang melibatkan kericuhan sosial dan demonstrasi, stabilitas politik yang relatif baik dalam beberapa tahun terakhir membantu mencegah peningkatan kericuhan. Namun, turunnya peringkat Indonesia dalam GPI menunjukkan bahwa tantangan tetap ada, baik dalam hal keamanan sosial maupun penanganan konflik.

Melalui laporan ini, GPI lebih dari sekadar menunjukkan angka; ia juga memberikan wawasan tentang bagaimana negara-negara dapat belajar dari satu sama lain dalam menciptakan lingkungan yang lebih damai. Memperkuat institusi, meningkatkan dialog antar kelompok, dan mendorong partisipasi politik merupakan langkah-langkah kunci dalam mengurangi ketegangan sosial.

Dalam konteks global, perhatian harus terus diarahkan pada negara-negara yang mengalami peningkatan ketidakstabilan. Penanganan demonstrasi yang disertai kekerasan dan isu-isu sosial lainnya memerlukan perhatian konstan dari pemerintah dan masyarakat internasional, untuk mendorong resolusi damai dan menciptakan masa depan yang lebih stabil untuk semua.

Menarik untuk dicatat bahwa indeks ini tidak hanya mengukur jumlah konflik, tetapi juga sejauh mana masyarakat dapat beroperasi dengan aman, harmonis, dan damai. Ini merupakan indikator penting bagi negara-negara yang ingin meningkatkan posisi mereka di panggung global. Perjuangan untuk perdamaian berlanjut, namun dengan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang menciptakan kedamaian, negara dapat lebih baik dalam merespons tantangan yang ada.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button