Kesehatan

Jangan Anggap Remeh! Inilah Cara Atasi Insomnia Kronis dan Kualitas Tidur Anda

Masalah insomnia, yang sering dianggap sepele, sebenarnya merupakan kondisi serius yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Menurut Juru Bicara American Academy of Sleep Medicine (AASM), Indira Gurubhagavatula, insomnia memicu kelelahan dan kekurangan energi yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Insomnia didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur, atau terbangun lebih awal dari waktu yang diinginkan meskipun memiliki kesempatan untuk tidur.

Insomnia dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya insomnia akut, yang seringkali disebabkan oleh situasi stres. Juru bicara AASM menjelaskan bahwa insomnia akut dapat berlangsung beberapa hari hingga mingguan, dan gejalanya biasanya hilang setelah penyebab stres diatasi. Di sisi lain, insomnia kronis merupakan masalah yang lebih kompleks. Untuk dikategorikan sebagai insomnia kronis, seseorang harus mengalami kesulitan tidur setidaknya tiga kali dalam seminggu selama tiga bulan atau lebih.

Dari sudut pandang klinis, Psikolog klinis Nathan Baumann juga menyoroti bahwa ritme sirkadian, yaitu siklus energi dan rehat tubuh, dapat terganggu oleh faktor-faktor seperti stres dan kecemasan, yang pada akhirnya menyebabkan insomnia. Gejala insomnia kronis meliputi ketidakpuasan terhadap tidur, kelelahan saat siang hari, dan masalah konsentrasi, serta efek samping psikologis seperti mudah tersinggung dan kecemasan mengenai tidur itu sendiri. Jika insomnia sudah menimbulkan tekanan dalam hubungan sosial, pekerjaan, atau kualitas hidup, maka sudah saatnya untuk mencari bantuan profesional.

Psikolog berlisensi, Shmaya Krinsky, menyarankan agar individu memantau pola tidur mereka. Gejala yang perlu dicermati termasuk kesulitan tidur selama lebih dari 30 menit setidaknya tiga malam dalam seminggu, serta terbangun tanpa bisa kembali tidur. Jika gejala-gejala tersebut berlanjut, penting untuk segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, seperti dokter di fasilitas kesehatan primer atau spesialis tidur. Krinsky menegaskan bahwa setelah pemeriksaan awal, dokter dapat menyingkirkan kemungkinan kondisi medis atau psikologis lain yang dapat berkontribusi terhadap masalah tidur.

Untuk mengatasi insomnia kronis, AASM merekomendasikan terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I) sebagai metode pengobatan yang paling efektif. Terapi ini mengedepankan perubahan perilaku dan strategi kognitif yang dapat membantu individu mengatasi pola tidur yang tidak sehat. Proses terapi biasanya berlangsung selama enam hingga delapan sesi dan mencakup berbagai teknik, seperti membiasakan diri untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari serta manajemen kecemasan yang berkaitan dengan tidur. Terapi ini sering kali dianggap sebagai alternatif yang lebih efektif dibandingkan penggunaan obat tidur.

Selain CBT-I, terdapat pendekatan lain yang dapat membantu penderita insomnia, yang dikenal sebagai higiene tidur. Beberapa praktik higienis tidur meliputi pengurangan konsumsi kafein dan alkohol, pemeriksaan kondisi kesehatan yang mendasari, serta menetapkan rutinitas tidur yang konsisten. Menurut Gurubhagavatula, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman seperti menjaga kamar tidur tetap sejuk, gelap, dan tenang, juga sangat penting.

Untuk menangani insomnia dengan lebih baik, individu disarankan untuk menghindari paparan cahaya terang satu jam sebelum tidur. Mengatur waktu olahraga secara teratur, dan memastikan mendapat cukup paparan sinar matahari di pagi dan sore hari juga dapat berkontribusi pada kualitas tidur yang lebih baik. Jika masalah tidur tetap persisten meskipun langkah-langkah ini diambil, penting bagi individu untuk menghubungi dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Melihat kompleksitas insomnia dan dampaknya yang luas, satu hal jelas: masalah tidur tidak dapat dianggap remeh. Masyarakat perlu lebih sadar akan pentingnya perhatian terhadap kesehatan tidur. Mengatasi insomnia tidak hanya penting untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, tapi juga untuk menghindari konsekuensi yang lebih serius bagi kesehatan secara keseluruhan. Ketika seseorang merasakan sulit tidur, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali dan mengakui masalah ini agar dapat mengambil langkah yang tepat.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button