Gaya Hidup

Jamaah Masjid Agung Ciamis Viral Kenakan Topi Merah Putih Mirip Santa, Ini Sejarahnya

Viral di media sosial sebuah video yang menunjukkan sekelompok jemaah di Masjid Agung Ciamis mengenakan ciput dan peci berwarna merah-putih, mirip dengan ikon Santa Claus. Video yang beredar luas ini menciptakan perbincangan hangat di jagat maya, tidak hanya tentang penampilan jemaah, tetapi juga mengenai konteks dan makna dari acara tersebut. Dalam video tersebut tertulis jelas bahwa lokasi kejadian adalah Masjid Agung Ciamis, Jawa Barat.

Dalam tayangan yang viral itu, terlihat beberapa jemaah perempuan mengenakan mukena sambil berzikir, sementara beberapa jemaah laki-laki mengenakan peci merah-putih. Penampilan yang terlihat tidak biasa ini memicu berbagai reaksi dari netizen, mulai dari tawa hingga kritik. Banyak yang merasa nyaman dan bangga akan penampilan yang mencolok tersebut, sementara tidak sedikit pula yang mempertanyakan keotentikan konsepsi busana di tempat ibadah.

Mengatasi polemik yang muncul, Ketua DKM Masjid Agung Ciamis, Wawan S. Arifien, memberikan klarifikasi mengenai peristiwa yang menjadi viral itu. Menurutnya, kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 5 Juni 2024 dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Ciamis. Wawan menegaskan bahwa meski Masjid Agung Ciamis menjadi lokasi acara, pengurus masjid tidak berperan sebagai penyelenggara atau panitia kegiatan tersebut. "Kami hanya menyediakan tempat untuk acara yang diselenggarakan oleh Pemda Ciamis bekerja sama dengan Pesantren Sirnarasa yang dipimpin Mama Gaos," ujar Wawan pada Selasa (6/6/2024).

Kegiatan di masjid tersebut diadakan tanpa niatan untuk menciptakan kontroversi atau menimbulkan perdebatan terkait penggunaan warna merah-putih yang mirip dengan topi Santa. Namun, penampilan jemaah dengan ciput dan peci berwarna tersebut tetap menarik perhatian publik. Beberapa warganet menilai bahwa penampilan tersebut dapat disikapi dengan ringan, sementara yang lain mempertanyakan kesesuaian penggunaan pakaian dalam konteks ibadah.

Dalam balutan informasi yang lebih mendalam, Sejarah Masjid Agung Ciamis menyuguhkan perspektif lain mengenai tempat ibadah ini. Masjid yang dibangun pada tahun 1882 dengan luas 8.500 meter persegi ini bukan hanya sekadar tempat sholat, tetapi juga menjadi pusat penyebaran agama Islam yang berimpact signifikan di kawasan Ciamis dan sekitarnya. Dikenal dengan arsitektur yang megah, Masjid Agung Ciamis terletak di lokasi yang strategis, berhadapan langsung dengan Alun-Alun Ciamis dan dikelilingi oleh Gedung DPRD Ciamis serta Pendopo.

Masjid ini memiliki sejarah panjang yang selaras dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Ciamis. Sejak awal pendiriannya, masjid ini mengusung bentuk atap kerucut yang terinspirasi dari ciri khas Masjid Demak dan menggunakan bahan kayu jati sebagai material utama. Pada masa kepemimpinan Bupati RAA Kusumadiningrat, yang menjabat dari tahun 1839 hingga 1886, masjid ini mulai dikenal sebagai pusat aktivitas keagamaaan dan sosial masyarakat.

Meskipun dalam perjalanan sejarahnya, Masjid Agung Ciamis mengalami serangkaian perombakan dan renovasi, satu hal yang tetap utuh adalah fungsinya sebagai tempat berkumpul dan beribadah. Menurut informasi yang terdapat pada prasasti kayu yang kini hilang, masjid ini diakui selesai dibangun pada tahun 1902. Namun, meskipun telah berlalu lebih dari seratus tahun, masjid ini masih menjadi landmark penting bagi masyarakat Ciamis dan sekitarnya.

Pentingnya Masjid Agung Ciamis diperkuat dengan fakta bahwa ini menjadi pusat penyebaran Islam tidak hanya di Ciamis, tetapi juga di region yang lebih luas, termasuk Banjar, Pangandaran, serta wilayah Cilacap dan Brebes di Jawa Tengah. Renovasi besar dilakukan pada tahun 1958 setelah masjid mengalami kebakaran akibat serangan sekelompok pemberontak DI/TII. Renovasi inilah yang membuat dua menara kembar di masjid ini muncul sebagai ciri khasnya.

Selain itu, selama periode tahun 1983 hingga 1988, di bawah kepemimpinan Bupati Momon Gandasasmita, wajah masjid mengalami banyak perubahan, di mana bentuknya menyerupai bangunan pemerintahan, hal ini berujung pada hilangnya atap kerucut yang khas. Namun, sejak tahun 2002, meskipun bentuk masjid masih didominasi oleh dinding tembok, tidak ada perubahan signifikan yang dilakukan. Saat ini, masjid ini menampilkan satu kubah besar di bagian tengah dan empat kubah kecil yang melingkar di sekitarnya.

Dengan demikian, fenomena video viral di Masjid Agung Ciamis bukan hanya menyentuh masalah estetika dan busana, tetapi juga mengajak publik untuk memahami dengan lebih dalam terkait konteks sejarah dan fungsi sebuah masjid dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan yang berkaitan dengan budaya dan tradisi diharapkan dapat dihargai dan dipahami sebagai bagian dari perjalanan identitas kolektif masyarakat Ciamis, sambil tetap mengedepankan nilai-nilai agama yang mendasari aktivitas keagamaan di rumah ibadah ini.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button