Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, memberikan kecaman tajam terhadap serangan yang dilancarkan oleh Israel yang mengakibatkan lebih dari 100 orang tewas di dalam sebuah sekolah di Jalur Gaza pada Sabtu, 10 Agustus 2024. Serangan tersebut terjadi saat warga Palestina melaksanakan salat subuh di Sekolah Al-Taba’een, yang berlokasi di lingkungan Al-Daraj. Dalam sebuah unggahan di media sosial X, Borrell menyatakan, "Mengerikan melihat foto-foto dari sekolah yang menampung warga Palestina di Gaza yang terkena serangan Israel, dengan adanya laporan puluhan korban Palestina."
Serangan yang Mengerikan dan Tidak Bisa Dibenarkan
Borrell menegaskan bahwa tidak ada justifikasi untuk tindakan yang dianggap sebagai pembantaian, terutama ketika menargetkan lembaga pendidikan yang sejatinya berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi warga sipil. Dia menyoroti jumlah korban yang sangat tinggi sejak awal konflik yang dimulai pada bulan Oktober, di mana lebih dari 40.000 warga Palestina saat ini diperkirakan telah kehilangan nyawa. Dalam konteks ini, Borrell juga mengkritik penolakan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, terhadap usulan gencatan senjata yang dianggapnya sebagai "jebakan berbahaya".
Situasi Mengkhawatirkan di Gaza
Data yang tercatat menunjukkan bahwa konflik yang belum kunjung mereda telah merenggut hampir 39.800 nyawa warga Palestina sejak Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan serangan lintas batas ke Israel. Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah, dengan meningkatnya jumlah pengungsi dan kematian akibat serangan yang ditujukan ke infrastruktur sipil. Dalam menghadapi situasi ini, Borrell tetap menekankan bahwa gencatan senjata adalah satu-satunya solusi untuk menghentikan pembunuhan warga sipil dan mengamankan pembebasan para sandera.
Penghukuman oleh Negara-Negara Uni Eropa
Belgia juga turut mengutuk serangan yang merenggut nyawa banyak orang ini. Menteri Luar Negeri Belgia, Hadja Lahbib, menyatakan di media sosial, "Perang ini harus segera dihentikan. Menargetkan infrastruktur sipil melanggar hukum internasional dan tidak dapat diterima." Pernyataan ini menunjukkan gelombang kekhawatiran yang melanda negara-negara Eropa mengenai dampak berkelanjutan dari konflik ini, yang tidak hanya mengakibatkan korban jiwa tetapi juga merusak infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh warga sipil.
Tuduhan Genosida dan Respons Internasional
Israel saat ini sedang menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang meminta negara tersebut untuk segera mengakhiri operasi militer di kota Rafah. Rafah telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang terjebak dalam konflik ini. Tuduhan ini memberi gambaran bahwa pertempuran antara Israel dan Palestina telah melampaui batas, dengan banyak kritik yang muncul dari komunitas internasional yang menyerukan tindakan tegas untuk melindungi penduduk sipil.
Kekhawatiran Krisis Kemanusiaan yang Berkelanjutan
Dengan situasi yang terus memburuk, banyak organisasi kemanusiaan menyerukan perlunya bantuan segera untuk penduduk Gaza yang semakin menderita akibat perang. PBB dan LSM lokal melaporkan bahwa banyak warga yang sakit dan terluka tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai, sementara kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih menjadi semakin sulit diakses. Keadaan ini menambah urgensi untuk segera mengakhiri konflik dan mencari solusi damai yang konkret.
Tidak Ada Sinyal Perdamaian
Dalam konteks politik yang lebih luas, kekhawatiran tentang tidak adanya sinyal perdamaian juga mencuat. Bezalel Smotrich, yang memimpin partai Zionisme Religius di Israel, menolak gencatan senjata, berpendapat bahwa hal tersebut akan menciptakan "simetri delusi" antara sandera dan kelompok bersenjata yang ia anggap sebagai "teroris pembunuh." Pernyataan ini menunjukkan adanya ketegangan mendalam dalam upaya untuk mencapai resolusi damai yang dapat mengakhiri kekerasan yang terus meluas.
Peran Komunitas Internasional
Dengan rentetan kekhawatiran yang muncul dari negara-negara Eropa dan organisasi internasional, ada harapan bahwa tekanan diplomatik akan meningkat terhadap Israel untuk menghentikan serangan yang semakin mengkhawatirkan ini. Namun, apakah tindakan tersebut akan membuahkan hasil dan mengarah pada pendekatan yang lebih humanis dari semua pihak yang terlibat, masih menjadi pertanyaan terbuka. Upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata dan mendorong dialog di antara kedua belah pihak menjadi semakin mendesak mengingat risiko yang semakin meningkat bagi warga sipil.
Kejadian tragis di Gaza akan menjadi pengingat akan pentingnya perlindungan terhadap nyawa manusia dalam konflik bersenjata, dan tantangan besar yang harus dihadapi oleh komunitas internasional dalam upaya menciptakan perdamaian yang langgeng di wilayah yang dilanda konflik berkepanjangan ini.