Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini bisa menyerang seseorang lebih dari sekali dan infeksi lanjutan berpotensi lebih parah. Data terbaru dari World Health Organization (WHO) mencatat, hingga April 2024, terjadi lebih dari 7,6 juta kasus DBD global dengan lebih dari 3.000 kematian, menjadikan Indonesia salah satu negara dengan tingkat prevalensi DBD tertinggi di Asia Tenggara. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat lebih dari 190.561 kasus DBD dan 1.141 kematian hingga minggu ke-36 tahun 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan tajam dari tahun 2023 yang tercatat sebanyak 114.720 kasus dan 894 kematian.
Beban ekonomi akibat DBD juga tidak dapat dianggap sepele. BPJS Kesehatan mencatat pembiayaan hingga Rp 1,3 triliun pada tahun 2023, meningkat hampir dua kali lipat dari Rp 626 miliar di tahun sebelumnya. Melihat situasi yang cukup memprihatinkan ini, Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D, menegaskan pentingnya langkah pencegahan yang lebih inovatif dan efektif. Dalam acara media briefing dan talk show ‘Kepemimpinan Indonesia dalam Melawan Dengue’, ia menyoroti bahwa peningkatan jumlah kasus menjadikan pentingnya penerapan enam strategi nasional untuk penanggulangan dengue.
Strategi yang dimaksud mencakup manajemen penguatan vektor yang aman dan berkesinambungan, peningkatan akses serta mutu tatalaksana dengue, penguatan surveilans yang komprehensif, dan penguatan komitmen pemerintah dengan dukungan partisipasi masyarakat. Ini semua bertujuan untuk memastikan bahwa pencegahan dan pengendalian dengue tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan kolaborasi dari berbagai sektor.
Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 mencerminkan komitmen Indonesia untuk mengatasi DBD. Salah satu langkah penting yang diambil adalah pemberantasan sarang nyamuk melalui program 3M Plus, di mana masyarakat diajak untuk menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, serta menambah langkah-langkah inovatif lainnya. Pemerintah juga meluncurkan program Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan DBD.
Selain itu, pelepasaan nyamuk ber-Wolbachia merupakan salah satu inovasi yang mulai diterapkan. Wolbachia adalah bakteri yang efektif mengendalikan populasinya nyamuk Aedes yang menjadi vektor penyebaran virus dengue. Kerjasama lintas sektor pun terus dipererat, termasuk penyelenggaraan International Arbovirus Summit 2024 yang diadakan di Indonesia.
Untuk memperkuat upaya penanggulangan ini, Kementerian Kesehatan RI bersinergi dengan Kaukus Kesehatan DPR RI serta berbagai pemangku kepentingan, termasuk pihak swasta dan organisasi internasional, untuk merumuskan Koalisi Bersama (KOBAR) dalam melawan DBD. “Kami mengakui dan mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan DBD yang berjalan hingga saat ini,” ungkap dr. Derek Wallace dari Takeda, salah satu perusahaan yang turut berkontribusi dalam penanganan DBD di Indonesia.
Dalam hal inovasi, pemerintah dan pihak swasta seperti Takeda juga berfokus pada pengembangan dan penerapan vaksin dengue. Vaksinasi menjadi bagian dari strategi komprehensif untuk menanggulangi DBD, yang ditujukan untuk anak-anak dan masyarakat berisiko lainnya. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, misalnya, telah memvaksinasi hampir 10.000 anak sekolah dasar di kota Balikpapan.
وفي هذا السياق, فإن بعض المناطق في البلاد, مثل منطقة Probolinggo, التي سجلت ثاني أعلى حالات DBD في جاوة تيمور, بدأت بتقديم برامج تطعيم مشابهة. Dinas Kesehatan di Kabupaten Probolinggo telah meluncurkan program vaksinasi untuk 1.120 siswa Sekolah Dasar di daerah yang terkena dampak tinggi. Inisiatif ini menunjukkan keterlibatan pemerintah daerah dalam melawan DBD.
Prof. dr. Dante Saksono menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. “Pencegahan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Edukasi terhadap penyakit dengue dan langkah-langkah pencegahan harus dilakukan secara berkelanjutan,” katanya. Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis, PP Ikatan Dokter Anak Indonesia, juga menekankan pentingnya mengenali gejala dan tanda-tanda DBD untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan segera.
Menanggapi ini, Andreas Gutknecht selaku Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines menggarisbawahi bahwa pendidikan masyarakat mengenai DBD merupakan kunci untuk pengendalian yang efektif. Kombinasi dari pencegahan tradisional seperti 3M Plus serta inovasi seperti vaksinasi diharapkan dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat DBD secara signifikan.
Kepemimpinan Indonesia dalam mengatasi DBD membuktikan bahwa dengan dedikasi yang kuat dari semua pihak, termasuk sektor swasta, bisa mencapai tujuan bersama untuk mengurangi angka kematian akibat dengue. Inovasi yang terus didorong dan kerja sama lintas sektor diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai model bagi negara-negara lain dalam penanganan DBD.