Program literasi asuransi untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia mendapat perhatian khusus di tengah penurunan inklusi keuangan yang terjadi pada tahun ini. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat peningkatan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia yang mencapai 65,43 persen, meningkat signifikan dari 49,68 persen pada tahun 2022. Namun, di sisi lain, terjadi penurunan inklusi keuangan yang hanya mencapai 72,02 persen, turun dari 85,10 persen di tahun sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa meskipun literasi keuangan meningkat, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menciptakan inklusi keuangan yang lebih baik, terutama untuk sektor UMKM.
Dewi Satriani, Chief Human Resources Officer Prudential Indonesia, menyatakan bahwa program ini sejalan dengan Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan) yang dicanangkan oleh OJK. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, termasuk pengusaha UMKM, mengenai perencanaan keuangan dan perlindungan asuransi yang tepat. “Perlindungan finansial yang tepat bagi masyarakat, termasuk para pengusaha UMKM, sangat penting untuk mendukung pertumbuhan bisnis mereka,” ujar Dewi. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang asuransi, diharapkan dapat terwujud ketahanan keuangan keluarga dan kemajuan perekonomian Indonesia.
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia yang dirilis pada tahun 2024, jumlah UMKM di Indonesia telah mencapai lebih dari 65 juta unit, mencakup berbagai sektor seperti kuliner, fashion, kerajinan tangan, dan teknologi digital. Proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2034, jumlah pelaku UMKM akan meningkat menjadi 83,3 juta, menyoroti potensi pengembangan UMKM yang sangat besar dalam perekonomian nasional.
Di Karangasem, Bali, tercatat terdapat 57.456 UMKM yang beroperasi di berbagai sektor, dari perdagangan hingga industri. Dengan keragaman dan jumlah UMKM yang signifikan tersebut, Prudential Indonesia melihat adanya potensi besar untuk membantu pengusaha dalam mengelola keuangan mereka serta memahami pentingnya asuransi. “Pemahaman mengenai literasi dan inklusi keuangan adalah kunci untuk membantu UMKM berkembang,” lanjut Dewi.
Pentingnya literasi asuransi bagi pelaku UMKM juga diungkapkan oleh Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Yulius Bhayangkara, yang menekankan bahwa kolaborasi antara pemangku kepentingan di industri keuangan dapat menjadi peluang emas untuk menangani tantangan yang ada. “Jika kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi semakin tinggi, perekonomian kita juga akan semakin kuat. Perlindungan asuransi dapat memberikan rasa aman dan stabilitas bagi individu, keluarga, maupun pelaku usaha,” ungkap Yulius.
Gerakan ini diharapkan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan memberikan edukasi mengenai pentingnya perencanaan keuangan yang baik. Diharapkan dengan memiliki pemahaman yang kuat tentang asuransi, pelaku UMKM dapat melakukan perencanaan keuangan yang lebih baik dan memahami urgensi memiliki perlindungan bagi usaha mereka. “Dengan memiliki pondasi perencanaan keuangan yang baik, termasuk produk perlindungan yang sesuai dengan profil individu, masyarakat dapat mencapai kehidupan yang sejahtera untuk saat ini dan masa depan,” tutup Dewi.
Kesadaran akan pentingnya literasi asuransi di kalangan pelaku UMKM diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Dalam konteks perekonomian yang dinamis, asuransi bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah kebutuhan untuk melindungi diri dan usaha dari risiko yang tidak terduga. Di tengah tantangan ekonomi, dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan literasi asuransi bagi UMKM menjadi langkah strategis yang dapat mendorong pertumbuhan dan kestabilan perekonomian lokal.
Secara keseluruhan, literasi asuransi menjadi salah satu pilar penting dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih inklusif. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang asuransi, pelaku UMKM bisa lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang ada, sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian negara.