Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup mengalami pelemahan pada Rabu sore, meskipun sempat mencatatkan penguatan di awal pembukaan perdagangan. Penutupan IHSG kali ini menunjukkan penurunan sebesar 2,64 poin atau 0,03 persen, berakhir pada level 7.829,12. Hal ini menunjukkan sikap pelaku pasar yang cenderung bersikap wait and see terhadap kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat.
Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, bursa saham regional di Asia menunjukkan pergerakan yang mixed seiring pelaku pasar menantikan keputusan penting dari The Fed, yang diperkirakan akan memutuskan untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuannya. Sentimen positif muncul dari rilis data ekonomi terbaru yang menunjukkan bahwa Industrial Production di AS mengalami peningkatan dari sebelumnya minus 0,9 persen menjadi 0,8 persen. Meskipun penjualan ritel menunjukkan pertumbuhan yang kurang agresif dengan peningkatan tak terduga sebesar 0,1 persen, hal ini tetap memberi harapan bagi pelaku pasar bahwa The Fed akan mengambil langkah-langkah untuk mendukung perekonomian.
Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang terjadi pada 17-18 September 2024, Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 6,00 persen. Keputusan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dengan menciptakan suasana yang lebih kondusif bagi investasi dan konsumsi masyarakat.
Mayoritas sektor saham menguat di awal perdagangan, tetapi berbalik arah di sesi kedua. Pada tahap awal, IHSG menunjukkan performa yang solid dan bergerak di zona positif. Namun, seiring berjalannya waktu, pergerakan indeks mulai melemah dan ditutup di area merah. Dalam konteks ini, berdasarkan data dari Indeks Sektoral IDX-IC, enam sektor mengalami penguatan, di mana sektor kesehatan memimpin dengan kenaikan sebesar 2,15 persen. Selain itu, sektor properti dan sektor industri masing-masing naik sebesar 2,00 persen dan 0,71 persen.
Di sisi lainnya, terdapat lima sektor yang mengalami penurunan. Sektor teknologi mencatatkan penurunan yang paling dalam dengan minus 2,50 persen, disusul oleh sektor infrastruktur dan sektor barang konsumen non-primer yang masing-masing turun sebesar 1,26 persen dan 1,17 persen. Dalam hal ini, saham-saham yang mengalami penguatan terbesar termasuk MMIX, GUNA, SGER, KMDS, dan NEST, sedangkan saham-saham dengan penurunan terbesar antara lain NASI, TFAS, VISI, BELL, dan PSAB.
Frekuensi perdagangan saham pada hari itu tercatat cukup aktif dengan total 1.313.025 kali transaksi. Jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 28,53 miliar lembar, dengan nilai transaksi mencapai Rp12,22 triliun. Dari keseluruhan, tercatat 282 saham mengalami kenaikan, sementara 295 saham mengalami penurunan, dan 222 saham tidak bergerak dari posisi sebelumnya.
Ketidakpastian di pasar global, terutama yang berkaitan dengan kebijakan moneter bank sentral, tampaknya masih menjadi sorotan utama bagi pelaku pasar domestik. Pengumuman mengenai keputusan suku bunga yang akan datang dari The Fed sangat dinantikan oleh investor, yang berdampak pada perilaku pasar saham di tanah air. Di samping itu, rilis data ekonomi yang menunjukkan indikasi positif namun tidak cukup agresif juga memberikan sinyal campur aduk bagi pelaku pasar.
Pasar saham regional Asia pada sore hari juga menunjukkan variasi yang menarik. Indeks Nikkei dari Jepang melanjutkan penguatannya dengan kenaikan sebesar 177,00 poin atau 0,49 persen, mencapai level 36.581,80. Di sisi lain, indeks Shanghai mengalami pelemahan sebesar 13,18 poin atau 0,49 persen ke posisi 2.717,28, sedangkan indeks Strait Times dari Singapura turun sebesar 3,58 poin atau 0,10 persen menjadi 3.589,83.
Kondisi ini mencerminkan respons pelaku pasar terhadap berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi persepsi risiko dan peluang investasi saat ini. Kebijakan moneter yang berubah dapat menghasilkan dampak signifikan pada laju pertumbuhan ekonomi serta nilai aset di pasar saham, yang tentunya menjadi perhatian bagi semua pemangku kepentingan.
Ke depan, pelaku pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan terkait rilis kebijakan yang dilakukan oleh The Fed dan respons pasar terhadap data ekonomi yang akan datang. Pengambilan keputusan yang hati-hati menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian dan volatilitas yang dapat terjadi di pasar keuangan. Pasar saham Indonesia akan terus mencerminkan dinamika ekonomi domestik dan global, sesuai dengan arah dan kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang.