Produsen otomotif asal Korea Selatan, PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), tengah mengoptimalkan strategi penjualan mereka untuk merespons kebijakan terbaru dari Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan. Penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang diadakan pada bulan September 2024, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pasar otomotif Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan keputusan Bank Sentral AS, The Fed, yang memangkas suku bunga hingga 50 basis poin, menjadi 4,75%-5%.
Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer (COO) Hyundai Motors Indonesia, menyatakan bahwa suku bunga adalah salah satu faktor kunci dalam dinamika pasar otomotif. "Oleh karenanya, penurunan tingkat suku bunga akan berdampak positif terhadap pasar otomotif Indonesia," ujarnya. Strategi ini menunjukkan bahwa Hyundai berusaha memanfaatkan momen ini untuk memperluas pangsa pasar mereka dan mendongkrak penjualan di tengah persaingan yang semakin ketat.
Ketika berbicara tentang strategi yang akan diterapkan, Frans menjelaskan bahwa Hyundai memiliki tiga pilar utama: memperkenalkan produk-produk baru, memperkuat ekosistem Hyundai, serta memberikan pelayanan purna jual yang terbaik. Pendekatan ini ditujukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan sekaligus menarik lebih banyak konsumen ke dalam ekosistem brand Hyundai.
Hyundai juga merencanakan peluncuran tiga model terbaru yang masih sejalan dengan target perseroan hingga akhir tahun ini. Model-model baru ini mencakup berbagai segmen, seperti mobil hybrid, mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV), dan juga mobil berbahan bakar konvensional (internal combustion engine/ICE). Frans menegaskan bahwa mereka tetap akan meluncurkan model HEV meskipun pemerintah tidak akan memberikan insentif untuk mobil hybrid. Dia percaya bahwa pasar mobil hybrid memiliki prospek yang cerah di Indonesia.
Lebih lanjut, Hyundai akan meluncurkan model-model baru baik yang dirakit secara lokal dalam skema Completely Knocked Down (CKD) maupun yang diimpor secara utuh atau Completely Built Up (CBU). Diversifikasi ini bertujuan untuk memenuhi berbagai segmen konsumen dan memastikan bahwa mereka tetap kompetitif di pasar.
Dalam pandangannya mengenai masa depan industri otomotif di Indonesia, Frans berpendapat bahwa pada 2025, kondisi pasar akan berangsur membaik. Dia berharap pemerintahan kabinet yang baru dapat mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul, terutama yang berkaitan dengan geopolitik dan ekonomi.
Hyundai memiliki target ambisius dalam hal penjualan, berharap pasar otomotif Indonesia mampu mencapai angka di atas 1 juta unit penjualan tahunan. Saat ini, Hyundai menetapkan target untuk mempertahankan market share di atas 3% hingga akhir tahun. Merujuk pada data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan ritel Hyundai tercatat sebanyak 15.950 unit, dengan pangsa pasar sebesar 2,7%. Sementara itu, selama delapan bulan pertama tahun 2024, total penjualan mobil secara ritel mencapai 584.857 unit.
Situasi ini menunjukkan adanya peluang besar bagi Hyundai untuk memperluas pangsa pasarnya, terutama di saat suku bunga menurun. Penurunan suku bunga acuan biasanya mendorong daya beli masyarakat, yang pada gilirannya dapat berimbas positif pada industri otomotif. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan masyarakat akan lebih berani melakukan pembelian kendaraan baru dibandingkan sebelumnya.
Tidak hanya Hyundai, tetapi seluruh industri otomotif nasional diharapkan dapat merasakan dampak positif dari kebijakan moneter ini. Sektor otomotif adalah salah satu pilar penting dalam perekonomian Indonesia, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan lapangan pekerjaan. Penurunan suku bunga menjadi angin segar, dan pemangkasan ini diharapkan bisa merangsang pertumbuhan sektor-sektor lain yang terkait dengan otomotif, seperti perbankan, pembiayaan, dan industri suku cadang.
Meskipun demikian, tantangan tetap ada. Masyarakat perlu memastikan bahwa tidak hanya suku bunga saja yang turun, namun kebutuhan akan infrastruktur yang mendukung dan kebijakan yang pro-investasi juga harus diperhatikan. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan industri otomotif dan menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia.
Dengan peluncuran produk-produk baru dan komitmennya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen, Hyundai berupaya untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar otomotif Indonesia. Penurunan suku bunga mungkin saja menjadi peluang emas bagi mereka untuk meningkatkan pangsa pasar dan memenuhi target penjualan mereka hingga akhir tahun. Seiring dengan perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, industri otomotif Indonesia, termasuk Hyundai, harus siap untuk beradaptasi dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Dalam konteks ini, fokus pada inovasi produk dan penguatan ekosistem layanan akan menjadi kunci bagi Hyundai untuk mencapai keberhasilan yang berkelanjutan di pasar otomotif yang semakin kompetitif. Dalam beberapa tahun ke depan, bagaimana strategi dan implementasi yang mereka jalankan akan menjadi sorotan, terutama ketika pasar global juga terus mengalami perubahan signifikan.