Otomotif

Honda (HPM) Siap Hadapi Potensi Kenaikan Pajak Mobil Hybrid dari Pemerintah

PT Honda Prospect Motor (HPM) sedang bersiap menghadapi kemungkinan kenaikan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil hybrid. Rencana pemerintah ini berpotensi mempengaruhi penjualan mobil hybrid, yang saat ini tengah menunjukkan pertumbuhan signifikan di Indonesia.

Yusak Billy, Direktur Penjualan & Pemasaran serta After Sales PT HPM, mengungkapkan bahwa kenaikan tarif pajak dapat memberikan dampak pada penjualan segmen hybrid electric vehicle (HEV). Meski demikian, ia percaya bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga minat konsumen terhadap kendaraan ramah lingkungan ini. "Meskipun ada kemungkinan dampak, kami yakin pemerintah akan mengupayakan cara untuk menjaga keberlanjutan pasar mobil listrik," ujarnya.

Honda Prospect Motor saat ini memasarkan dua model mobil hybrid, yaitu Honda CR-V HEV seharga Rp814,4 juta dan Honda Accord HEV yang dijual dengan harga Rp959,9 juta. Dengan adanya rencana kenaikan PPnBM, HPM tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penyesuaian harga guna tetap menarik minat pembeli. "Kami saat ini masih mengimpor HEV dari Thailand, tetapi model HEV lainnya yang akan dipasarkan ke depan juga akan disesuaikan mengikuti pajak yang berlaku," jelas Billy.

Pertumbuhan segmen mobil hybrid saat ini lebih cepat dibandingkan battery electric vehicle (BEV) di Indonesia. Data menunjukkan bahwa, pada semester pertama 2024, pertumbuhan penjualan BEV masih di bawah 3%. Billy menyatakan bahwa keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk tingginya minat beli masyarakat terhadap mobil listrik serta pengembangan infrastruktur yang belum memadai. HPM pun berkomitmen untuk terus menghadirkan teknologi elektrifikasi dengan tujuan mencapai visi netralitas karbon.

Dalam konteks pasar otomotif yang lesu, HPM mencatat bahwa penjualan mobil mereka secara ritel turun 12,8% menjadi 51.681 unit pada semester I/2024, dibandingkan dengan 67.787 unit di periode yang sama tahun lalu. Iklim suku bunga yang tinggi menjadi salah satu penyebabnya, di mana Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga di level 6,25%, sementara The Fed di kisaran 5,25%-5,5%. Hal ini berdampak pada daya beli konsumen yang cenderung menurun.

Berkaitan dengan upaya pemerintah dalam menaikkan PPnBM, Kementerian Perindustrian menunjukkan rencana tersebut akan dilakukan secara bertahap. Rencana ini berlanjut dalam konteks harmonisasi insentif pajak untuk Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74/2021 tentang PPnBM kendaraan bermotor, skema tarif awal direncanakan akan ditingkatkan untuk jenis mobil non-battery electric vehicle (BEV), termasuk hybrid.

Tarif pajak untuk HEV yang saat ini dikenakan 7% akan naik menjadi 11%, sedangkan untuk model mild hybrid akan meningkat dari 8% menjadi 12%. Hal ini tentu saja akan menjadikan harga kendaraan hybrid semakin tinggi.

Billy menambahkan, “Dengan berbagai tantangan yang ada, kami akan terus memonitor perkembangan ini. Kami berharap ada pemangkasan suku bunga yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih stabil, sehingga bisa mengurangi the cost of financing, dan pada akhirnya meningkatkan daya beli masyarakat.”.

Sementara itu, dampak dari kenaikan pajak ini kemungkinan akan terasa bagi konsumen yang ingin membeli mobil hybrid. Di sisi lain, bagi pelaku industri, penyesuaian harga akan menjadi strategi yang harus dilakukan untuk tetap bertahan di pasar yang kompetitif.

Selain itu, meskipun penjualan mobil listrik secara keseluruhan tertekan, potensi besar masih ada pada segmen mobil hybrid. Permintaan akan kendaraan yang lebih efisien bahan bakar dan ramah lingkungan mendongkrak penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada batasan pada insentif pajak dan minat masyarakat terhadap kendaraan listrik, segmen HEV tetap menjanjikan.

Honda sendiri sedang mempersiapkan berbagai inisiatif untuk menghadapi masa depan yang lebih ramah lingkungan, termasuk pengembangan model-model baru serta peningkatan investasi pada teknologi elektrifikasi. Di tengah situasi yang penuh tantangan ini, mereka berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.

Langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan regulasi dan dinamika pasar akan menjadi kunci bagi HPM dan produsen otomotif lainnya untuk bertahan dan berkembang di industri yang terus berubah. Sebagai perusahaan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan, HPM tetap optimis dan terus memperkuat posisinya di pasar otomotif Indonesia dengan menghadirkan inovasi dan teknologi terbaru.

Dengan demikian, meskipun kabar mengenai kenaikan PPnBM mobil hybrid dapat memicu kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku industri, HPM tetap berfokus pada usaha untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan dan lingkungan. Keberlanjutan dan inovasi dalam segmen mobil listrik akan terus menjadi fokus utama mereka di masa depan.

Redaksi Ilmiah

Ilmiah merupakan situs media online yang menyajikan berita dan informasi terbaru di Indonesia yang paling update.

Artikel Terkait

Back to top button